First Impression

585 55 4
                                    

Roni's POV

Hari itu Daniel bilang kalau dia bakalan ngundurin diri jadi sekretaris gue. Di satu sisi gue pusing ngurus kerjaan kalau nggak ada yang bantuin. Bukannya apa, gue paling susah buat klop sama orang lain, Daniel aja bertahan jadi sekretaris gue karna kita udah kenal sejak SMA jadi gampang dia kerja sama gue. Kalau mau cari pengganti Daniel yah pasti pusing lagi. Si sisi lain, gue juga nggak boleh egois buat tetap pertahanin Danil di samping gue sedangkan istrinya lebih butuh perhatian Daniel untuk saat ini. Dengan terpaksa gue terima pengundurannya dengan catatan dia yang harus pilihin penggantinya dia sekaligus ngasih training sebelum jadi sekretaris gue sepenuhnya.

Satu bulan setelahnya, Nayl kepala bagian HRD datang sama cewek yang ternyata adalah pengganti Daniel, yang gue tau nama Salma setelah dia memperkenalkan diri. 'Independent women', itu kesan pertama gue liat tuh cewek. Dia datang dengan setelan kemeja putih dengan celana kulot hitam, jilbab coksu yang senada dengan blezer setengah paha. Pake kacamata dengan frame tipis. No, dia sama sekali nggak kelihatan culun dengan gayanya, malah kelihatan anggun banget. Tingginya kira-kira 167 atau 168, di atas rata-rata tinggi perempuan Indonesia. Dan satu hal penting yang bikin gue terima dia, dia nggak menor dandanannya.

Setelah satu pekan dapat training dari Daniel, akhirnya dia secara resmi jadi sekretaris gue. Selama kerja, dia nggak banyak tanya. Tipikal orang kerja yang 80% pake otak dan 20% pake mulut. Dia bukannya nggak jago publik speaking, jago banget malah. Gue sempat speechless waktu dengerin dia presentasi materi meeting sama klient. Bahkan klient gue juga sempat muji dia.

Hari ini udah dua pekan dia kerja sama gue, dan gue rasa dia juga udah mulai tau beberapa kebiasaan gue. Dan yang bikin gue nyaman itu karna dia nggak pernah banyak nanya masalah pribadi gue yang agak aneh.

Hari ini gue sempat badmood. Setelah gue sidak di kantor cabang, gue baru ingat kalau hari ini adalah hari di mana beberapa tahun lalu gue hancur. Hari di mana gue akhirnya kehilangan beberapa orang yang gue sayang. Akhirnya, setelah sampai kantor, gue sempat drop dikit karna kilasan kejadian beberapa tahun lalu muncul di kepala gue seperti memori kaset rusak.

Gue nyuruh Salma keluar, tiba-tiba saat gue mau berdiri, kepala gue pusing lagi dan nggak sengaja kenak vas bunga yang ada di meja. Gue sempet kaget waktu dengar pintu dibuka, ternyata itu Salma. Dia bantu gue buat duduk di sofa. Yang anehnya, gue nggak mau lepasin genggaman tangannya. Nyaman, itu yang gue rasain waktu gue genggam tangannya dan dia sempat pegang kening gue sampai akhirnya gue ketiduran.

Setelah bangun, gue udah nggak liat Salma di samping gue. Dari ruangan gue yang terhalang dinding kaca yang bisa tembus pandang dari dalam, gue liat Salma kerja dengan jari-jarinya yang lentik sibuk dengan keyboard komputer sambil sesekali dia buka beberapa map. Cantik, dari segi manapun dia tetap dan selalu cantik. Bukan cantik yang kebanyakan orang lain inginkan seperti mata bulat atau hidung mancung. Matanya biasa aja tapi kalau senyum jadi cantik banget kayak bulan sabit dan itu menarik buat gue.

Setelah melepas jas dan ninggalin di ruang kerja, gue jalan keluar sambil gulung asal-asalan lengan kemeja gue yang udah kusut banget. Gue samperin Salma dan pamit pulang. Tapi ternyata dia fokus banget sampe nggak ngeh gue udah ada di depannya. Dia liat gue dengan mata bulat karna kaget, yang menurut gue imut banget ekspresinya. Gue tatap balik matanya, cantik as always dan entah kenapa dalam matanya gue selalu liat ada luka yang terpancar sejak pertama kali gue liat dia.

'Dandelion dan primrose' dua bunga yang menggambarkan karakter Salma. Dia tegar dan mandiri dari luar, sedangakan dari dalam ada kesedihan yang dia sembunyikan.

Rony's POV end

_ _ _

_Kantor Wilaga Group_

Let Me be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang