Comforting Hug

759 84 12
                                    

Mereka tengah duduk di sofa dengan Salma yang duduk bersandar di pundak Rony. Saat bangun tadi subuh, Rony mengatakan ingin berbicara kepada Salma setelah menunaikan sholat subuh.

"Ini"

Salma menerima sebuah foto yang diberikan oleh Rony. Dalam foto tersebut, ada seorang gadis cantik yang diapit oleh Rony dan Paul. Gadis itu terlihat merangkul lengan Rony dan Paul.

"Ini yang namanya Anggis?" Tanya salma memastikan.

Rony mengangguk. Salma membalik foto itu, ternyata ada tulisan tangan di bagian belakang foto.

Kesayangan Anggis, abang Paul dan abang Rony

"Anggis itu adiknya Paul, tapi udah aku anggap adik juga. Aku sayang Anggis sebagai adik, nggak pernah lebih dari itu" Ucap Rony setelah beberapa saat terdiam.

Salma hanya diam, menunggu Rony melanjutkan ceritanya.

"Dulu aku pengen banget punya adik, tapi mami nggak bisa hamil lagi. Aku juga pernah punya adik angkat, tapi nggak tau kenapa tiba-tiba ilang. Mami nggak pernah mau cerita"

"Aku sama Paul mulai temenan waktu kita masuk SMP. Pertemanan kita awet bahkan sampai bangku perkuliahan. Aku  deket sama keluarga Paul, terutama Anggis. Begitu juga dengan Paul yang dekat sama mami papi. Orang tua kami juga ternyata rekan bisnis"

Rony menjeda ceritanya, setelah beberapa kali menarik napas, Rony kembali bercerita.

"Lima tahun yang lalu, hubungan aku sama Paul dan keluarganya mulai renggang. Ak- aku, aku- " Salma menggenggam erat tangan Rony.

"Kalau nggak bisa lanjutin, ceritanya lain kali aja yah!" Rony menatap mata Salma yang memberikan ketenangan baginya.

"Aku yang bunuh Anggis, Sal. Anggis meninggal saat sama aku dan aku nggak bisa mencegah itu. Aku pembunuh" Mata Rony berkaca-kaca, tangannya semakin erat menggenggam tangan Salma.

Salma melepaskan genggaman tangan Rony, ia beralih memeluk Rony. Memberikan kekuatan kepada kekasihnya itu. Sesekali Salma mengusap punggung Rony. Setelah beberapa saat, Rony melepas pelukan mereka, pelukan yang membuatnya nyaman dan tenang. Ia menatap Salma.

"Itu pikiran b*doh yang terus bersarang di otak aku selama ini, Sal. Sangking b*dohnya, aku harus ditanganin sama dokter jiwa sampai sekarang. Tapi sekarang aku sadar, semua bukan salahku. Itu keputusan Anggis yang sudah menjadi takdir untuknya. Aku nggak boleh hancurin hidup aku, apalagi sampai melukai orang-orang yang aku sayang karna pikiran b*dohku. Terutama kamu". Ada penegasan di setiap kata yang diucapkan oleh Rony.

"Aku nggak mau b*doh lagi, Sal. Aku nggak mau nyakitin kamu. Aku mau jadi orang yang selalu bisa kamu andalkan dalam keadaan apapun. Aku mau melindungi kamu" Salma dapat melihat kesungguhan di netra Rony.

Salma mengangguk yakin.

"I believe you" Ucap Salma.

*
*

_Flashback on_

Lima tahun lalu

"Kok bang Rony yang jemput? Bang Paul mana?" Ucap gadis dengan seragam putih abu-abu saat baru saja memasuki mobil Paul dan ternyata Rony yang mengemudi karena sang pemilik memiliki urusan lain.

"Paul ada urusan. Kenapa kalau abang yang jemput? Kamu nggak suka?" Tanya Rony setelah melajukan mobil menuju rumah Paul.

"Nggak, Anggis seneng kok di jemput bang Rony" Jawab Anggis dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya.

Rony mengacak rambut gadis yang ada di sampingnya. Sungguh ia menyayangi adik sahabatnya ini, yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.

Setelahnya, keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Rony yang mengemudi sedangkan Anggis sibuk memainkan handphonenya. Hingga beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja Anggis berteriak, membuat Rony secara mendadak menghentikan mobilnya. Untung saja tidak ada kendaraan lain di belakang mereka.

Let Me be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang