Hai, hai! Jangan lupa vote dan komen, ya! Selamat membaca :)
─
Leony bersolek di depan cermin kamarnya. Gadis itu mengenakan setelan baju batik berwarna merah jambu dengan rambutnya yang diurai ke samping serta mengenakan jepit-jepitan berlian.
Hari itu datang juga; hari pernikahan Nando. Meskipun dengan perasaan campur aduk, dia bertekad untuk menunjukkan wajah tabah dan sebisa mungkin tidak ada perasaan dendam yang akan menghancurkan suasana hati para mempelai nanti.
"Oke, dateng, salaman, makan zuppa soup, terus langsung cabut!" Bercakap sendirian setelah menyemprotkan parfum di pergelangan tangan.
Saat kesiapannya sudah matang dan kakinya melangkah ke luar dari apartemen, ponsel pintar Leony berdering, membuatnya terkejut. Saat melihat layar, nama 'Pak Bara' muncul sebagai penelepon. Leony mengerutkan kening dalam kebingungan sekaligus firasat yang buruk, bertanya-tanya mengapa bosnya menghubunginya di akhir pekan.
"Selamat siang?" Leony menjawab, suaranya dipenuhi ketidakpastian.
"Len, datang ke kantor sekarang, ya!" Seru bosnya terdengar, dengan nada yang datar. "Ada revisi dari proyek Garden Rose dan Nadine lagi nggak bisa dihubungi sekarang."
Leony benar-benar tidak tahu bagaimana harus merespon perintah sang bos. Di satu sisi, Leony memang membenci Nando dan berharap untuk tidak akan pernah melihat lagi wajah sang mantan, apalagi dalam balutan atribut pengantin. Namun di sisi lain, Leony sudah memberikan banyak usaha untuk belajar ikhlas dan melupakan masa lalunya bersama Nando, sehingga kedatangannya ke acara pernikahan Nando tidak lagi menjadi suatu beban.
"Aduh pak, maaf banget," jawab Leony, mencoba menyembunyikan kekecewaannya, "saya lagi mau pergi ke acara. Sudah janjian dari dua minggu yang lalu."
Bara menghela napas dengan frustasi. "Len, untuk sekarang kayaknya nggak ada yang lebih penting daripada improve kinerja kamu di kantor. Kamu punya tanggung jawab di Celestial, untuk itu saya minta kamu untuk datang sekarang juga ke kantor, terutama kalau kamu mau memperbaiki kesalahan kamu yang kemarin itu."
Leony merasa tertekan oleh desakan si bos yang arogan. Terjebak antara rasa kewajibannya pada pekerjaannya dan keinginannya untuk menghadiri pernikahan, dia merasa terpukul.
Setelah sejenak merenung, Leony membuat keputusan, "iya, pak. Kalau gitu saya OTW ke kantor." Leony tidak lagi menyempatkan diri untuk berganti pakaian, terutama setelah mendengar ungkapan mendesak Bara yang seakan-akan dunia ini akan kiamat jika Leony tidak secepatnya tiba di kantor. Pupus sudah semua tenaga dan waktu yang Leony berikan untuk acara hari ini.
Dengan berat hati, ia membatalkan rencananya untuk menghadiri pernikahan dan bergegas ke kantor, menyingkirkan perasaan pribadinya demi kepuasan bosnya yang egois. Memperbaiki kesalahan, katanya. Adakah saat ini yang lebih buruk ketimbang bekerja di bawah didikan seorang bos yang tidak mengenal kehidupan pribadi?
Saat memasuki gedung, dia bisa merasakan beban dari konfrontasi yang akan datang di bahunya. Berjalan menuju ruang rapat, Leony menemukan Bara sedang duduk di kepala meja, tenggelam dalam percakapan dengan beberapa anggota tim lainnya, termasuk Fitri, sang sekretaris. Ia merasa ragu sejenak, mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi keras kepala si bos dan entah bencana apapun yang tak terhindarkan.
Bara mengangkat pandangannya dan mata mereka bertemu. Leony bisa melihat kejutan melintas di wajah bosnya saat dia melihat penampilannya, "kenapa penampilannya harus kayak gitu?" tanya Bara, nada suaranya penuh dengan sindiran. Tidak hanya Bara, tiga anggota tim yang lain pun turut mengedarkan pandangan yang aneh kepada Leony, "ini kantor, bukan fashion show."
![](https://img.wattpad.com/cover/368779736-288-k486020.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Art of Babygirlism ✔️ [TERBIT]
Romance"Kalau gitu kita buat perjanjian. Saya akan penuhi apa yang kamu butuhin, tapi kamu harus menjauh dari dia. Ngerti?" "Bapak ngancem saya?!" "Kenapa? Kamu pikir saya nggak bisa jadi sugar daddy buat kamu?" Perjalanan Leony mencari sosok pelarian di t...