XXX. SEBELUM JAKARTA [REVISI]

559 23 2
                                    

─

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada bulan Maret tahun 2022, sebuah ruang rapat di Celestial Design dipenuhi dengan suasana antisipasi dan konsentrasi yang mendalam. Di atas meja yang besar, berjejer potret-potret kandidat muda berpotensial, dilengkapi dengan resume dan portofolio mereka yang tersusun rapi di sampingnya. Para karyawan senior dari berbagai divisi tengah berdiskusi dengan serius, membandingkan catatan dan memperdebatkan keunggulan masing-masing kandidat.

Bara, salah satu karyawan senior yang berpengalaman dan kini sudah menjadi seorang kepala divisi, memeriksa potret-potret tersebut dengan teliti. Di antara deretan wajah-wajah yang penuh harapan itu, terdapat satu potret yang menarik perhatiannya. Seorang wanita muda dengan rambut diikat kuncir kuda rapi, mengenakan blazer putih, dan tersenyum manis ke arah kamera. Resume dan portofolionya membuat Bara terkesan. Namun, jejak kehidupan profesional di atas kertas bukan satu-satunya hal yang menarik perhatian Bara.

"Coba lihat yang ini," Bara menunjuk potret wanita muda itu, "Leony. CV-nya outstanding, dia juga kelihatan natural banget dan percaya diri selama wawancara dan psikotes. Dari kandidat lainnya, saya paling suka sama cara dia memahami rancangan interior walaupun portfolio-nya agak di luar permintaan kita."

Fitri, sang sekretaris, menganggukkan kepala, "saya setuju, pak. Mungkin portfolio dia agak spesial karena dia sekolah di luar negeri. Tapi, pak, kita punya beberapa kandidat kuat lain di sini. Ada baiknya kita nggak terlalu cepat mengesampingkan yang lain."

Reo, seorang perancang interior senior yang sudah lama bekerja di bawah bimbingan Bara, ikut menambahkan, "Contohnya anak ini," ia menunjuk potret lain, "juga punya CV yang bagus dan proyek-proyek yang sangat menjanjikan. Kekurangannya di mata saya, ini anak memang kurang cekatan dalam problem solving."

Bara menyandarkan tubuhnya ke depan, ekspresinya menunjukkan keteguhan hati. "Leony punya pengalaman hidup di Swiss, memang nggak menjamin bakal jauh lebih baik dari kandidat yang kuliah di Indonesia, tapi etos kerjanya pasti ngebantu buat kita. Dia juga nggak terlalu idealis soal Celestial, yang berarti harusnya dia sipa untuk beradaptasi sama budaya kerja kita."

Fitri memajukan bibir, "poin bagus sih, pak. Pengalamannya di luar negeri bisa membawa perspektif baru untuk Celestial."

Reo berpikir sejenak sebelum mengangguk setuju, "Oke, kita udah bisa voting sekarang. Siapa yang setuju untuk merekrut Leony?"

Para anggota tim saling bertukar pandang sebelum mengangkat tangan mereka satu per satu. "All right, kayaknya kita semua udah satu suara," Fitri tersenyum.

Setelah keputusan dibuat, suasana di dalam ruang rapat menjadi sedikit lebih ringan. Tidak hanya divisi rancangan interior, tetapi para karyawan senior dari divisi lain juga telah memutuskan karyawan baru yang akan bergabung dengan tim mereka dan membawa warna baru ke dalam perusahaan.

Bara akhirnya bisa meninggalkan kantor, tetapi tidak langsung pulang ke rumah tercintanya. Bara diundang untuk makan malam di rumah ayahnya, salah satu tempat yang paling ia benci di dunia. Bara telah menolak undangan tersebut beberapa kali, tetapi setelah adik perempuannya memohon hingga memarahinya dengan keras, juga setelah beberapa pertimbangan, Bara akhirnya memutuskan untuk datang.

The Art of Babygirlism ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang