Setiap hari yang terkesan biasa saja bahkan sangat monoton tidak bewarna melengkapi hari hari Aivy, dibawah langit yang sepertinya sebentar lagi akan meneteskan air hujan serta suara gemuruh yang mulai terdengar dari beberapa lapis langit yang gelap.Aivy menenteng kantung sampah untuk di buang ke tempatnya, sedikit kesusahan dengan sampah yang di produksi restoran kecil milik saudaranya, Jun. Semakin banyak, mengingat pelanggan yang jumlah nya terus bertambah. Sebentar lagi akan turun hujan, dan disanalah semua pelanggan ingin merasakan kehangatan mie ramen buatan Jun.
"Aivy tolong ambil stok di gudang."
"Aivy tolong bersihin meja no 4."
"Aivy tolong layanin kasir sebentar."
"Aivy tolong.."
mengingat banyak pertolongan yang Aivy tolong membuatnya sedikit lelah dengan tugas yang kesekian kalinya yaitu membuang sampah.
Selesai dengan sampah ia pun membersihkan ini dan itu, menyiapkan dengan segera pesanan oleh pelanggan tercinta kami dan tentu saja hari ini juga sama gelapnya. Lebih tepatnya masalah yang jarang sekali menghampiri kami muncul.
"Halo mbak pesanan saya kok lama banget, harusnya dari tadi udah di kasi dong!" perintah salah satu pelanggan yang baru jumpai wajahnya yang terlihat antagonis.
"ah iya maaf untuk keterlambatan penghantaran pesanannya, di dapur kita lagi sibuk mohon nunggu sebentar ya. bukan kakak aja kok yang nunggu yang lain juga menunggu." jawab Sharlotte yang sedang melayani wanita yang terlihat antagonis.
mendengar jawaban Sharlotte, pelanggan yang lainnya mengangguk paham, jika mereka pelanggan lama mereka pasti akan mengerti seberapa sibuk restoran kecil yang beberapa tahun ini di bangun, karna bukan dari rasanya saja alasan kenapa restoran kecil ini berdiri dengan kokoh, namun dari segi kualitas bahan yang premium yang dapat di berikan restoran ini.
seketika mendengar jawaban Sharlotte wanita yang terlihat antagonis ini marah dan langsung mencerca banyak pertanyaan yang yang sharlotte sendiri bingung untuk menjawab nya
"duh, baru segini doang pelayanannya lama banget, gimana kalau restoran ini udah gede bisa duhh ampun deh!" nyinyir wanita tersebut dan melihat sekeliling sudut ruangan restoran dengan berkacak pinggang.
"lagian nyiapin mie yang ga seberapa itu ga lama kan, alesan kalian doang itu!"
"kalian kerja berapa orang si, lelet banget kalau saya jadi owner mungkin kalian semua udah saya pecat!"
"duh ga lagi lagi deh nunggu disini, ga worth it sama sekali!" masi dengan nyinyiran yang begitu hebat yang wanita itu lontarkan, mendengar penuturan wanita itu pelanggan yang biasa membeli juga ikut kesal dan ada yang mulai melempar sampah kecil, seperti sampah permen dan kertas struk belanja.
"duh! aduh kalian ini gimana si. Udah tau salah di dukung!" masi dengan pembelaan akibat dia tidak menerima pesanannya belum siap sedia.
Aivy yang mendengar langsung berhadapan langsung dengan wanita tersebut yang membuat sharlotte was was memegang tangan kiri Aivy untuk tidak mengakhiri kalimat wanita bermulut nyinyir ini.
"Buk! maaf kalau ga suka sama pelayanan kita yang lamban menurut ibu, itu pintu di belakang, mau jalan sendiri atau saya dorong?" tanya Aivy santai namun membuat keadaan semakin ricuh dan mengundang tontonan pelanggan yang masi menunggu diluar menunggu meja antrian selanjutnya.
"widih ada apaan tuh."
"ribut banget kayanya, gue baru liat orang kaya begitu disini."
"bolot banget ya dia kayanya, udah jelas ngantri."
"duh elah lama banget antriannya."
sebagian ada yang ikut menonton dan mulai memaksa masuk dan sebagian merasakan sedikit emosi karna lama menunggu.
"duh kalian apa apaan ini udah udah!" sedikit bentakan dari Eric yang mulai menyajikan ramen kepada pelanggan yang lain dengan sigap. Dan tentu saja dengan wanita yang terlihat sangat marah.
"maaf atas kesan yang tidak mengenakkan, ini sudah siap pesanan nya. Kalau ibu mau lanjut makan silahkan duduk kalau tidak pintunya di belakang." lalu Eric kembali ke dapur dengan keadaan dapur yang sangat panas.
sama panasnya dengan perseteruan wanita tadi dengan Aivy, wanita tadi pun yang gengsi karna sudah mencerca restoran yang dia anggap Sangat tidak worth it pun langsung bergegas keluar dari restoran itu dan mengundang kembali riuh ricuh yang menyorakkan wanita tersebut.
melihat Eric yang mengakhiri dengan cara yang membuat Aivy kesal, ia langsung kebelakang restoran untuk mendinginkan kepala. Padahal ia ingin sekali menendang wanita tersebut sampe keluar dari restorannya.
"huft anjing ngeselin banget tua bangka!" kesalnya sambil mengeluarkan Sepuntung rokok untuk menenangkan pikirannya.
di hidupkannya korek api dan di sodorkan ke ujung rokok, Aivy mulai mengesap rokok perlahan.
"dek kenceng banget lu rokoknya, kurang kurangin, ntar mati kaya papa." lalu Jun keluar dari dapur panas karna bertukar dengan Eric.
penuturan Jun yang terkesan begitu tajam di telinga Aivy langsung menatap sinis ke arah kakaknya tersebut.
Jun juga ikut mengeluarkan rokok dan menyesap rokoknya dalam diam, melihat langit yang sudah turun hujan dan seperti akan berlangsung lama.
"dek kenapa kita ditinggalin ya, mana mama kawin lagi ga ingat kita. papa udah ga ada, nasib kali ya." curhat Jun kepada Aivy adik nya
"diem deh lu Juni, kita udah sepakat ya ga bahas beginian. Gue percaya kok papa ga mati. Lu ngomong lagi gue sundut ini rokok ke matalo!" lalu Aivy berdiri dan bergegas mengambil tas menuju rumah nya, sambil menghabiskan sisa sisa rokok yang dia nikmati. Restoran sama rumahnya cuma belakangan jadi masih bisa terhubung satu sama lain.
Melihat langkah kaki mungil Aivy yang akan menuju rumah Jun berteriak.
"Ais, Evan tadi nyariin lu." teriak Jun lalu berdiri menuju dapur karna keadaan semakin ramai.
mendengar kalimat yang dilontarkan Kakaknya membuat Aivy terdiam sejenak, lalu segera masuk kedalam rumah.
🫦🫦🫦
halo sayang vote dong biar aku semangat
KAMU SEDANG MEMBACA
Try Again - Heeseung
FanfictionSetelah kecelakaan yang terjadi tanpa sebab, membuat ku kehilangan ayah dan ingatan lainnya. Bermula dari Evan yang menyukaiku namun, ada hal buruk yang nantinya akan menimpaku jika terlalu lama berhubungan dengannya. Disclaimer 🚫 18+ only