12 : siapa sangka

43 4 0
                                    


Perkataan yang di ucapkan Jay begitu membekas di pikiran Aivy, Sepulang dari restauran Jun dia hanya bermalas malasan di kamar, obat sudah ia minum agar kesehatan nya membaik. Jay baik sekali pikirnya. Padahal ia sendiri tau kalau Jay menyukai dirinya namun hatinya belum bisa memberikan hal yang sama kepada Jay.

Dia tertidur di kasur, kali ini tidak merokok karna semua rokok milik Aivy telah di ambil paksa oleh kakaknya itu. Kalau sepenuhnya sehat akan di kembalikan. Dia tidak tau harus apa saat ini. Melihat mainan yang di berikan Jay, Aivy menjadi bertanya tanya kenapa dia tidak bisa membalas perasaan Jay padahal lebih jelas hubungan yang di jalin bersama Jay dibandingkan dengan Evan yang baru dia kenal walau dulu sempat menyukai. Sekarang juga tapi tidak sebanyak dulu.

Apa benar keputusan nya seminggu yang lalu adalah keputusan yang tepat, di liat dari Evan memperlakukan nya tidak masalah baginya perihal yang dirumah sakit mungkinkah Evan hanya terlaku cemburu. Jika di posisi Evan mungkin Aivy akan melakukan hal yang sama.

Dia tidak berniat untuk membalas pesan Evan yang sedari tadi berbunyi, dia hanya sedang dalam mood yang tidak baik. Lebih baik dia mengasingkan semua orang dari pada emosinya berimbas ke orang lain.

         🫦🫦🫦

Seperti biasa Aivy bersekolah dengan hari hari yang monoton ia terlupa jika mulai saat ini Evan berniat mengobrak abrik isi hatinya. Sedari tadi Evan menunggu dengan senyum yang ceria. Aivy yang tidak mau membuat keceriaan Evan memudar hanya bisa membalas tersenyum palsu sambil membuat keyakinan apakah keputusan nya adalah jalan yang terbaik.

"Kamu gimana udah enakkan badannya?" tanya Evan sedang mengendarai mobil menuju sekolah.

"Aku udah baikan." jawabnya singkat Aivy tidak menatap Evan pandangannya hanya lurus kejalan. Mengetahui ada hal yang salah Evan langsung bertanya kepada Aivy

"Ais kenapa? aku ada salah ya? kemarin kamu ga balas chat aku karna aku ada salah ya sama kamu?" tanya Evan banyak kali dengan nada memelas mata yang sedikit berair menatap Aivy dengan Aivy yang masi melihat jalan.

Air suara Evan sudah terdengar aneh di telinganya dia menoleh ke arah Evan, jelas saja matanya berkaca kaca dengan mudahnya, seperti bayi saja.

"Evan, aku rasa kita ga perlu deket lagi deh-" ucap Aivy menggantung membuat Evan hampir menabrak motor di depannya jikalau Evan tidak terkesiap mungkin mereka tidak pergi sekolah pagi ini.

Aivy terkejut dengan tindakan Evan, pikirnya sudah salah paham Evan atas omongan yang menggantung itu.

"Kenapa kamu ga suka aku panggil Ais? aku minta maaf aku gatau harus gimana, aku takut kamu suka sama Jay." ucap nya gusar sambil tetap menyetir ia ingin sekali memberhentikan mobilnya namun keadaan sedang tidak mendukungnya karna banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang.

"Van aku baru ngomong udah di potong. maksud aku kita gausah deket lagi boleh mulai pacaran, tapi aku ga bakal bilang hubungan kita udah sah jadi pasangan." Ucap Aivy tanpa ragu menatap Evan, Evan melongo di buatnya, perubahan Aivy yang begitu cepat bahkan hanya seminggu membuat Evan masi tidak menyangka akan menjadi pacar Aivy, satu satunya tidak ada lagi Jay yang bersama perempuan nya itu.

"Aivy aku ga maksa kamu buat jadi pacar aku secepat ini, aku takut kamu terpaksa nerima aku." Ucap nya kembali memelankan nada suaranya sungguh takut Evan jika Aivy hanya menerimanya karna pemasaran

"Gak kok, maaf ya sikap aku selama ini bikin kamu usaha buat dapetin aku, kayanya doa kamu ke kabul hari ini." Ucap Aivy panjang ia yakin keputusan ini adalah keputusan terbaik yang pernah di buatnya.

Evan tidak sanggup lagi menutupi kesenangan dia sampai bernyanyi ria sambil melihat dengan penuh cinta ke arah perempuannya itu, dia harus segera menembak Aivy dengan semua usaha yang ia punya, ia ingin Aivy menjadi wanita paling bahagia di dunia.

Try Again - HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang