"oh okedeh gapapa, oh iya gua jadi kepikiran deh Jay."Selepas Aivy berkata demikian, Jay tidak seluruhnya mendengar karna Riki sudah lebih dulu memanggil dirinya.
"Jay ayo buru, keburu telat!" Suara bariton terdengar jelas dari arah belakang mereka berdua
"iya bentar Rik!" Mendengar suara tersebut Jay pun membalikkan badannya.
lalu Jay pun berpamitan di selingi dengan Riki yang ikut berpamitan
"Ais aku duluan ya, pulangnya hati hati." pamitnya tidak lupa sambil mengelus surai lembut Aivy
"gue juga ya lu hati hati Aivy." Saut Riki
"huum iya lu pada juga hati hati, main yang bener." Balas Aivy sambil melambai-lambaikan tangan tanda selamat tinggal kepada mereka berdua dan tentu saja ice-cream yang di makannya sedari tadi belum habis
Lalu berakhirnya Aivy disini, masih di pekarangan sekolah dengan memakan ice-cream nya itu Ia enggan untuk pulang karna jikalau sampai dirumah dia tidak tau harus apa. Padahal banyak kegiatan yang bisa dia lakukan, tapi entahlah rasa malas selalu menggerogoti dirinya.
Dia berniat pulang dengan jalan kaki, ya jika di pikir pakai bus lebih cepat, tapi jarak rumah Aivy dan sekolah tidak terlalu jauh. Jadi tidak masalah untuk dia berjalan kaki.
Dari arah belakang terdengar suara mobil dan terus berjalan ke arah nya tak lama mobil itu berhenti di sampingnya memperlihatkan seseorang yang bahkan Aivy tidak ingin lihat saat ini.
"Aivy pulang sama gue yuk?" mungkin nada Evan terdengar biasa saja, tapi di telinga Aivy seperti memaksa.
"gak dulu deh Evan rumah gue deket juga." tolaknya dengan halus lalu berjalan mendahului mobil Evan
tapi Aivy jadi terpikir kalau dia pulang cepat dia pasti tidak ingin melakukan apa apa, mungkin ajakan Evan ini bisa membuat bosan dirumahnya menghilang. Lalu suapan terakhir ice-cream nya pun telah lenyap
Baru saja Evan ingin menyamai langkah kaki Aivy dengan mobilnya, Aivy berbalik badan lalu mendekati mobil Evan.
"yaudah gue ikut, tapi ajakin jalan jalan."
Evan hanya bisa terkejut dalam diam, pasalnya dari dulu Aivy selalu menolak ajakannya. Jadi wajar saja dalam hati dia sangat senang karna perlahan gadisnya mulai menyukai dirinya."boleh apapun buat lo."
🫦🫦🫦
mereka menelusuri jalan yang hampir mulai malam, dengan angin sepoi dari luar jendela mobil Evan, serta music dari radio yang terdengar membuat Aivy terbuai dengan lamunannya. Evan yang di seberang berusaha membagi fokus untuk menyetir dan tentu saja memperhatikan gadisnya itu. Evan selalu ingin menghentikan kecanggungan yang hanya menurut dirinya saja yang merasa canggung. Aivy bahkan tidak merasa begitu.
terlepas dari lamunan, Aivy melihat ke arah jalan lalu ke arah Evan yang menyetir. Ditatapnya Evan tanpa menoleh kearah manapun yang membuat Evan sedari tadi sadar bahwa ia di perhatikan namun ia harus menjaga wibawanya untuk tidak bertindak asal-asalan.
"Evan?" tanya Aivy masih memperhatikan Evan
"kenapa Aivy?" tanya balik Evan sambil melihat kearah Aivy dan berbalik melihat arah jalan.
"Lu beneran suka sama gue?"
"iyalah lu ga liat usaha gue buat dapetin lu, tapi lu selalu pilih jay!" jawabnya sedikit naik yang membuat Aivy menaikkan satu alisnya.
"Maaf, gue bakal kasi lu kesempatan sebulan, tolong buat gue suka sama lu."
Evan kali ini sungguh dibuat terkejut dengan ketiba-tibaan yang barusan dikatakan Aivy, dia memberhentikan mobilnya di tepi jalan lalu langsung memegang kedua bahu Aivy dengan pasti.
"Lu serius ngomong gini, ga ada yang ngapa ngapain lu kan?" tanya nya khawatir melihat keadaan fisik Aivy yang jika di lihat dari mata telanjang pun masi normal.
Aivy melepaskan tangan Evan yang berada di kedua bahunya lalu menggenggam tangan Evan berusaha meyakini dirinya sendiri dan tentu saja Evan.
"iya gue serius, emang kapan gue pernah ngomong kaya tadi selain hari ini?" tanya Aivy sambil mengelus jari jari Evan yang sudah berkeringat karna sedari tadi dada Evan juga ikut berdetak tidak hentinya.
Evan ragu apakah perkataan Aivy memang benar adanya atau ada sesuatu yang tidak ia tau.
Tanpa berpikir panjang Evan langsung memeluk tubuh Aivy dalam dekapnya, Aivy yang menerima pelukan itu awalnya tidak membalas, namun ntah apa yang membuatnya sedikit demi sedikit menerima pernyataan cinta yang selalu Evan katakan setiap hari untuk dirinya.
Entahlah keputusan ini benar atau tidak, namun sedari dulu Aivy lah yang menyukai Evan lebih dulu. Dia mencoba mengkubur jauh perasaan nya untuk Evan karna mungkin dia berpikir tidak pantas untuk menjadi kekasih Evan kala itu.
*jadi bohong ya kalau Aivy nolak, dalam hatinya yes yes banget.
🫦🫦🫦
akhirnya perjalanan mereka berakhir dan kini Evan sudah berada di depan rumah Aivy untuk mengantarkan pulang seperti yang di janjikan.
Aivy lekas turun dari mobil namun Evan mencegat tangannya.
"kalau besok lu pergi sama gue gimana?" tanya Evan membuat Aivy berpikir, dia biasanya hanya pergi dengan Jay dan terkadang ada Sunghoon dan kadang sophie. Namun untuk Evan, Aivy masih sedikit tidak biasa mungkin?
"gue pikir pikir dulu ya, soalnya gue selalu bareng Jay." Jawabnya membuat senyum yang sedari tadi Evan kembangkan hanya untuknya seketika pudar.
jelas membuat perasaan Aivy jadi tidak enak pada nya
"maaf maaf maksud gue bukan gitu, emm boleh deh boleh." sanggah nya lagi membuat Evan senang kembali
"lu serius gue ga keberatan kok lu sama Jay juga." nada nya ikhlas namun sepertinya tidak.
Aivy ingin sekali menjahilinya namun dia tidak tega hati dan menggeleng pelan
"gak, nanti gue bilangin jay aja kalau gue sama lu, gue masuk. hati-hati!" tertutup pintu mobil Evan dan melihat Aivy melambai-lambaikan tangannya lalu masuk kedalam rumah.
Evan sangat senang seperti anak kecil yang di belikan mainan baru, lalu dia menancapkan gas menuju tempat yang biasa dia kunjungi
🫦🫦🫦
halo boleh bantu vote dong kalau udah terimakasih loveyou
KAMU SEDANG MEMBACA
Try Again - Heeseung
Fiksi PenggemarSetelah kecelakaan yang terjadi tanpa sebab, membuat ku kehilangan ayah dan ingatan lainnya. Bermula dari Evan yang menyukaiku namun, ada hal buruk yang nantinya akan menimpaku jika terlalu lama berhubungan dengannya. Disclaimer 🚫 18+ only