Mereka bertiga berada di ruangan yang sama tengah menyantap makanan buatan William dengan keadaan yang sangat sepi, dentingan sendok, suara mengunyah dan menelan minuman yang memberantas keheningan di tengah tengah canggung nya keadaan, William makan dengan tenang, namun sejak tadi Jhonny seperti risau makan nya saja setengah setengah seperti akan mempersiapkan dirinya menanyakan sesuatu yang mungkin akan sangat fatal untuk dirinya dan juga Evan."Bang gue boleh nanya ga si?" Tanya Jhonny sudah meluap karna dadanya yang sangat berdetak menyiapkan diri untuk bertanya.
Mendengar hal tersebut atensi Evan terpecah lalu melihat Jhonny sambil mengangguk "Iya tanya aja." lalu meletakan piring makan karna telah duluan menyelesaikan makannya.
"Lu ada masalah kah?" Tanya Jhonny to the point
Evan tidak membalas, sepertinya sudah tau jika pertanyaan yang di ajukan Jhonny benar adanya.
Dia enggan menjawab, terlebih lagi tidak ada yang tau masalahnya namun dengan cepat Jhonny mengetahui nya, mungkin dia harus berbagi cerita. Namun dia masi takut.
"Masalah apaan? enggak ada gua fine fine aja." Jawab Evan seperti berbohong pikir Jhonny.
Jhonny ingin bertanya lagi karna Jawaban yang di berikan Evan tidak menjawab, ia tau Evan berbohong. sebelum pertanyaan di lontarkan William sudah lebih dulu memperingatkan untuk tidak bertanya hal yang lebih jauh dari ini, lewat dari tatapannya yang sudah menajam menatap Jhonny, seketika Jhonny hanya diam tidak ingin William dan yang lain marah padanya.
"Kenapa lu nanya itu doang?" Tanya Evan
"Iya bang, gue kirain ada masalah muka muka lu kaya orang susah makanya dapet masalah terus, hahaha." Jawabnya di akhiri tertawa canggung
"Sialan lu cil." Jawab Evan sambil tersenyum
Selesai dari makan mereka hanya berdiam diri dengan William yang bermain ponsel Jhonny juga, hanya Evan yang menatap mereka bermain dan sesekali melihat sudut rumah.
"Lu udah jadian ya". Tanya William seperti mengintrogasi
"Belum, gue belum nembak." Jawab Evan
"Oh, yaudah secepatnya deh." Jawab William malas
Perihal mimik wajah yang di dapati Evan saat ini William benar benar marah padanya, namun berterimakasih lah dia yang sudah mengobati dirinya.
"Makasih Wil, Jhon." Ucap Evan
"Iya bang sama sama, nonjok si Jay nya lebih berasa lagi, elu kan yang kena tonjok." Jawab Jhonny bercanda sambil memukul pelan bahu Evan
Lalu Jhonny dan Evan bercerita William hanya melihat mereka sesekali dan bermain ponsel karena menghubungi Jay memberi kabar jika Evan sudah sadar dan membaik.
Tak lama terdengar suara pintu terbuka yang memperlihatkan Riki masuk dengan muka yang tidak biasa duduk di samping William tanpa sapaan atau bersalaman dengan Evan dia sibuk bermain ponsel membuka game kesayangan itu.
🫦🫦🫦
"Eh Ais kita kerumah gue dulu ya ada barang mau gue ambil." Ucap Jay di sela sela makan
Mereka berdua kini berada di toko serba ada tengah lahap menyantap mie dengan nasi kepal dan sosis yang di hangatkan, Keinginan Jay untuk membawanya kesini, menarik ulur waktu karna ia harus membawanya kerumahnya. Balas Aivy mengangguk mendengarkan Jay sambil terus melahap mie nya itu.
Jay risih dengan rambut Aivy yabg terus mengganggu makannya itu, kemudia Jay berdiri lalu mengeluarkan karet gelang mengikatnya seperti terlatih. Sudah ahli Jay dalam hal mengikat rambut, dulu ia Jay sering kali menata rambut Aivy karna dulu rambut Aivy tidak begitu rapi seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Try Again - Heeseung
FanfictionSetelah kecelakaan yang terjadi tanpa sebab, membuat ku kehilangan ayah dan ingatan lainnya. Bermula dari Evan yang menyukaiku namun, ada hal buruk yang nantinya akan menimpaku jika terlalu lama berhubungan dengannya. Disclaimer 🚫 18+ only