11 : sakit

84 4 0
                                    


Sudah 2 hari lamanya Aivy tertidur karna tubuhnya benar benar seperti di hancurkan, tiba tiba saja setelah bangun dari tidurnya yang di dapati Jun yang sedang mengusap air matanya yang sudah memerah dan ingus yang sudah menjalar kemana mana. Jun akui jantungnya tidak sanggup untuk rintangan hidup seperti ini. Bila perlu dia saja yang pergi duluan jangan adik kecilnya yang sudah lama bersama dengannya semenjak Ayahnya hilang tanpa jejak.

Aivy bangun membuat Jun terkejut dan bantu membangunkan Aivy untuk terduduk, Aivy mengerjap beberapa kali memerhatikan sudut ruangan serta bau obat obatan.

"Bang Evan yang bawa gue kesini kah?" tanya Aivy polos lalu melihat infus di tangan dan menghela napas panjang.

"Iya tadi dia panik nganterin lu, nelpon gue juga gemeter. Lu laper? ini makan dulu gue suapin ya." Jawab Jun lalu menyiapkan makanan untuk Aivy makan

Setelah makan Aivy merasa badannya sungguh lelah dan tiba tiba saja dia pingsan lalu tertidur sampai sekarang.

Jun kalang kabut dibuatnya sehingga ia memanggil Eric, Sharlotte terlebih dahulu ketimbang memanggil dokter.

Diliat dari grafik perkembangan, Kesehatan Aivy tidak terlalu bagus dalam jangka panjang. Sebaiknya dilakukan perawatan lebih serius untuk menangani kasus Aivy ini.

Kini sudah 4 hari Aivy di rumah sakit secara dipaksa keadaan Aivy tiba-tiba saja membaik namun tidak sepenuhnya. Aivy masih dalam penyembuhan.

Aivy sedikit lega masa masa yang tidak dia inginkan sudah berakhir dan ntah sampai kapan menunggu akan datang.

Di temani Evan dirumah sakit untuk berbenah pulang, Aivy hanya melihat gerak gerik Evan yang dengan telaten membersihkan dan memindahkan keperluan Aivy kala itu. Selama 4 hari ini pula Evan sibuk pulang balik untuk melihat Aivy, tidak pernah absen bahkan dia bolos sekolah hanya untuk menjaga Aivy padahal tidak siapapun menyuruhnya. Terkadang terlalu cinta itu membuat mata buta. Itukah yang kini dirasakan Evan yang tertangkap basah tengah senyum menatap Aivy yang sedang memandang jendela.

"Ais aku udah beresin semua, kita berangkat?" tanya Evan, panggilan tidak asing terdengar di telinganya membuatnya menatap Evan seraya tanda tanya.

"Ais? kamu tau dari mana nama itu, setau aku cuma Jay yang manggil itu?" tanya Aivy, Gotcha! Evan menunggu saat seperti ini dia harus menang di atas Aivy agar lebih mudah mendapatkan hatinya.

Mendekati Aivy lalu menatap Aivy dalam "Aku ga boleh panggil kamu itu? cuma Jay doang yang boleh? jadi kemarin kamu izinin aku buat lebih dekat sama kamu kan? sia sia dong kalau aku ga ada gebrakan baru?" Banyak pertanyaan yang di lontarkan membuat Aivy menautkan satu alisnya ke atas seraya makin bingung.

"Iya aku emang bolehin tapi ga Ais juga?" sepertinya Aivy belum sanggup jika bukan Jay dan Jun yang memangil nya begitu.

"Loh kenapa? apa salahnya juga aku manggil kamu Ais, Jun juga manggil kamu itu kan? kenapa aku ga boleh?"  tanya nya lagi serasa menang berdebat dia harus menghentikan percakapan ini sebelum akhirnya lebih parah lagi.

"yaudah aku bakal tetap panggil kamu Ais, biar suara Jay hilang dari pikiran kamu. Udah yuk kita jalan." Finalnya lalu menarik pelan tangan Aivy untuk ia genggam meninggalkan ruangan rumah sakit itu.

         🫦🫦🫦

Evan kini telah mengantarkan Aivy pulang dengan selamat, menurut nya tadi ia sangat keterlaluan melihat raut wajah Aivy yang tidak suka di panggil 'Ais" oleh dirinya itu. Ia merutuki kebodohan, ia berinisiatif membelikan sesuatu yang bisa membuat Aivy senang, sampai jalan pulang ia belum juga memikirkan nya.

sampainya mobil itu di rumah terlihat mamanya yang sudah bertengger di depan pintu siap untuk menghantam dengan makian, seperti sudah menjadi makanan sehari hari nya Evan kini mulai bertelinga tebal dan bahkan menghilangkan suara mamanya saat sedang memakinya.

"Van, mama tau kamu kemana aja selama ini, kenapa harus cewe itu?" tanya mamanya membuat Evan terhenti lalu menatap mamanya datar seperti tidak minat membahas topik apapun.

"Mama ngapain peduliin aku? aku juga tau mama kemana aja selama ini." skak Evan lalu meninggalkan Mamanya tang terkejut dengan kalimat anaknya barusan, apakah rahasia perlahan akan terbongkar dia tidak tau jika secepat ini. Bagaimana kalau suaminya tau. Merutuki kebodohan yang di lakukannya, Ilene hanya bisa menggigit jari seraya cemas. Dia harus mencari strategi baru.

         🫦🫦🫦

Malam ini Aivy berada di tempat Jun memakan dua mangkuk ramen seperti orang kelaparan, suasana kedai saat itu masih ramai. Kalau Aivy sehat pasti dari tadi sudah disuruh ini itu oleh kakaknya.

"Aivy kamu gapapa? udah mendingan belum badannya." Sharlotte menghampiri Aivy membawakan jus kesukaan Aivy. Aivy senang rasanya jika di perhatikan sedalam ini, bahkan orang asing sekalipun seperti Sharlotte baginya Sharlotte sudah seperti kakak kandungnya. Ia sangat menyayangi nya.

"Iya kak mendingan, laper banget aku kak. bubur rumah sakit ga bikin aku selera makan." Jawab Aivy sambil memakan suapan terakhir nya itu.

"Ini dek jus, cepet sembuh ya nanti aku ajak belanja baju kesukaan kamu." Ucap Sharlotte lalu meninggalkan Aivy sendiri karna restaurant semakin ramai.

Aivy ingin mengucapkan makasih sebelumnya Sharlotte sudah berlalu lalang jauh dari pandangan nya.

"sendirian aja ni neng." Tepat di depan Aivy ada Jay yang sudah duduk rapi ingin ikut makan dengan Aivy sebelumnya ia sudah memesan di depan dilayani oleh Jun sendiri. Tak lama pesanannya datang di antarkan langsung oleh Sharlotte. Sharlotte yang melihat mereka berdua hanya senyum senyum seperti menonton drama kesukaannya. Aivy yang mengerti maksud Sharlotte hanya bisa menyuruh Sharlotte menjauhi dari meja mereka.

"Kenapa tu kak Sharlotte, kok senyum senyum?" tanya jau memulai makannya

"Iya karna kamu ganteng." Ucap Aivy blak blakan hampir membuat Jay tersedak.

"Monyet lu bisaan." ingin rasanya ia menoyor gadis di depannya ini, seharusnya dia sudah biasa mendengar hal seperti ini namun ntah kenapa akhir akhir ini Aivy selalu muncul dalam bayang bayangnya

Aivy tertawa melihat sikap salah tingkah Jay teringat ia dengan Evan tadi.

"Jay masa tadi Evan manggil gue Ais, kan engga banget." Julid Aivy tak suka seperti mau tak mau kepasa Evan.

"Ya mungkin denger dari orang kali, dia gitu mau lebih deket sama lu. Jangan gitu udah buka hati terus mau lepas tangan?" Ucap Jay serius menatap Aivy yang juga menatap balik dirinya, mereka bertatapan lama sekali sampai Jay yang mengakhiri melihat pandangan lain tak ingin hatinga jatuh lebih dalam lagi.

"Biarin aja vy, selagi dia ga macem macemin lu, coba kasih feedback yang baik. Lu siap ga si sebenarnya nerima Evan?"

         🫦🫦🫦

Tbc. yuk vote plis 👀

Try Again - HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang