LAM | rumah baru

276 21 2
                                    

apresiasi cerita ini dengan
v o t e & c o m m e n t
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───

Baru beberapa minggu mereka tinggal di rumah baru, Aiko sudah merasakan kelelahan yang ekstrim.

Pinggangnya terasa mau copot, kakinya bengkak, perutnya terasa mau meledak. Memiliki rumah besar dengan usia kandungan yang tinggal menghitung waktu membuat Aiko kesusahan.

"Semua gara-gara kau!"

Aiko terus saja mengomel kepada Kakashi yang sedang memijat kakinya. Pria itu tidak bergeming dan membiarkan emosi Aiko tersalurkan.

"Aku kan sudah bilang, pindahnya nanti saja! Kenapa kau memaksa sekali untuk segera pindah? Kau tidak lihat aku kelelahan?"

"Iya sayang maaf, aku hanya berpikir untuk tinggal di tempat nyaman. Maaf jika aku salah sangka, ternyata kau malah menjadi seperti ini."

"Aku sebal!" Aiko terus saja merajuk. Sesekali kakinya ia hentakkan sehingga membuat Kakashi pasang badan, takut-takut jika Aiko bersiap menendangnya.

Kakashi melepaskan pijatan kakinya dan menggeser tubuhnya untuk mendekat kearah Aiko. Ia akan memijat pinggang Aiko yang pegal.

Aiko terus saja menggerutu, sedangkan Kakashi hanya diam tak bersuara. Saat Naruto hendak bersuara saja oleh Kakashi mulutnya dibungkam. Tidak boleh ada yang memotong Aiko yang sedang kesal.

Lambat laun pijatan Kakashi membuat Aiko merasa nyaman. Sofa empuk yang ia duduki, juga pijatan yang diberikan oleh suaminya, mampu membuat Aiko mengantuk.

Perlahan ia menyandarkan tubuhnya ke belakang untuk bersandar pada dada Kakashi. Matanya terpejam, sedangkan tangannya tak berhenti mengelus perutnya yang besar.

"Aku sudah mulai kesulitan bernapas, bayi ini semakin hari semakin besar saja."

Kakashi menundukkan kepalanya sedikit untuk melihat Aiko d bawahnya. "Bukankah itu bagus? Bayi kita akan menjadi bayi yang sehat."

Aiko menggeleng. "Aku ingin lahiran normal."

"Aiko.."

Aiko berdecak sebal. Ia tahu jika Kakashi akan mengatakan jika ia tidak boleh menolak perkataan dokter kandungan untuk melahirkan secara sesar, dikarenakan ukuran bayinya yang besar. Dokter khawatir akan keselamatan ibu bayi jika memaksa untuk melahirkan secara normal.

"Kau sudah mendapatkan kandidat ART yang tepat? Jujur aku tidak sanggup jika harus mengurus rumah besar ini sendirian. Apalagi jika anak kita sudah lahir." Aiko mulai mengalihkan pembicaraannya.

Kakashi berpikir. "Sudah ada beberapa nama yang sekiranya cocok dengan kualifikasi kita. Tapi aku tidak tahu bagaiamana kinerjanya yang asli."

"Aku ingin yang lebih tua dari kita, tapi jangan terlalu tua."

"Huh?"

Aiko bangun dari istirahat santainya pada dada Kakashi dan duduk tegak. "Karena kalau terlalu tua aku kasihan padanya. Rumah sebesar ini dan ia juga harus mengurus anak kita, bagaimana bisa ia melakukannya setiap hari?"

"Lalu kenapa tidak mencari usia di bawah kita saja?"

Aiko menatap Kakashi dengan tajam, membuat pria itu terkejut. "Aku tidak mau ia bermain mata denganmu!" Setelahnya ia bangkit dari duduknya dan mulai berjalan.

"Hari ini bisa? Aku sudah muak harus melakukan semuanya sendiri, karena kau dan Naruto SELALU SIBUK!"

Kakashi membungkam mulutnya karena ia sadar jika perkataan Aiko memang benar. Hari ini saja tumben sekali jam segini Kakashi ada di rumah. Biasanya ia akan berangkat pagi sekali dan pulang larut malam.

Life After Marriage || Kakashi x AikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang