Chapter 7

426 77 7
                                    


_______________


Sebuah luka gores dengan panjang kurang lebih 1 centi meter itu terlihat jelas di sudut mata hingga ke pelipis sebelah kanan.

Mingyu pergi setelah mendapatkan panggilan dari seseorang. Dirinya ditinggalkan begitu saja setelah pria itu menghajarnya sebelum mendorong dirinya terjatuh dan menubruk sebuah pintu kaca yang terbuka sehingga menimbulkan bekas luka.

Bambam yang melihat itu menangis tersedu karena nasib buruk yang menimpa sahabatnya.
Ia pikir Jungkook selama ini baik-baik saja. Dirinya tidak pernah terpikirkan bahwa Mingyu tak segan melakukan kekerasan pada sahabatnya.

Tidak masalah jika pria itu hanya mengomel atau yang lain nya, tapiㅡ melihat bagaimana pria itu menghajar Jungkook di tempat umum membuat dirinya berpikir, bagaimana Jungkook menjalani hari-hari nya dirumah?

"Bam, sudah ya? Aku tidak apa kok"

Dan Jungkook yang sekarang mencoba terus menenangkan Bambam.

"Maaf hiks Jung. Karena aku kau mendapatkan luka ini"

Jungkook menggeleng, ia terus mengusap punggung Bambam dan berusaha menenangkan.

"Kau sering mendapatkan perlakuan kasar Jung? Mau aku laporkan saja tidak? Huks aku tidak menyangka bocah itu begitu berani. Bagaimana nasibmu nanti saat dirumah? Maaf aku tidak berpikir panjang, gara-gara aku kau dalam masalah"

Jungkook kembali menggeleng pelan. Ia menghela napasnya, sedikit melamun memikirkan bagaimana nasibnya nanti.
Syukur-syukur kalau Mingyu sudah melupakan nya dan sibuk dengan urusan yang lain, tapi Jika nanti Mingyu mengungkitnyaㅡ ia harus menyiapkan pertahanan diri.


Kring

Kedua nya menoleh saat mendengar seseorang membuka pintu restoran.
Seketika Aroma woody soft dengan kesan sensual dan manis menyeruak masuk kedalam indra penciuman, namun dengan kesan klasik dan adanya efek therapeutic yang dapat membuat tubuh merasa rileks. Begitu menenangkan.

Terlihat Pria berkaus coklat polo bergaris berpadu Celana beige dengan bagian bawah baju yang terlipat rapi masuk kedalam celana, Juga bagaimana lengan kekar yang terpampang jelas karena lengan pendek baju yang mengetat dengan surai hitam legam yang tersugar kebelakang, mengambil sebuah buku menu yang terdapat di atas meja kasir.

Jungkook menepuk bahu Bambam dan memberi usapan pelan seolah mengatakan, Ayo kesana

Dan Bambam yang paham mengangguk dengan menghentikan tangisnya.
Mereka berjalan menuju meja kasir dan berdiri menunggu pria itu memesan.

Mata Jungkook sedikit memincing menelisik.
Seseorang di depan nya nampak tidak asing, namun ia tidak yakin dengan itu.

"Banyak menu yang masih harus kucoba. Mungkin lain kali" Suara itu terdengar rendah dan berat namun terkesan begitu lembut.

Mereka tetap menunggu, pria itu tampaknya tak bosan melihat lihat buku menu dengan membuka perlembarnya secara perlahan.

Jungkook menoleh pada Bambam yang terus bergerak mengusap air mata nya meskipun sahabat nya itu tak bersuara.
Bambam tidak biasa seperti ini, bahkan ini adalah Kali pertama ia melihat Bambam menangis.

Melihat hal itu membuat mata Jungkook memanas. Tapi, sebisa mungkin ia menahan air mata nya. Jika dirinya menangis, maka Bambam akan semakin merasa bersalah dan terus mengkhawatirkan nya.

"Aku akan datang lagi nanti, untuk sekarang aku hanya mau mengambil pesanan ku"

Jungkook mengangguk-angguk saat kembali menatap Pria itu,  "ah, anda yang memesan? Sebentar tuan, akan kami siapkan"

Kim Taehyung menutup buku menu itu dan menegakkan kepala nya, menumpu kedua lengan nya pada meja kasir untuk melakukan kontak mata.

Namun, waktu seolah terhenti saat ia di hadapkan dengan wajah yang begitu ia kenal. Seseorang yang sudah 7 tahun menghilang dari kehidupan dan Seseorang yang sangat amat ia rindukan.

Jungkook. Sang teman masa kecil, sahabat masa remaja dan damba nya saat dewasa.

Kedua nya saling terpaku dengan mata berkaca nya.

Bilah bibir yang begitu kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.

Jungkook meremat jemarinya saat dirasa debaran di dada nya semakin kencang, bagaimana rasa sesak itu muncul seolah mengadu dan terus menggebu membuat dirinya ingin menangis karena dirinya teramat rindu.

"H-hai"

Si Pria Kim mengawali nya. Menyapa dengan bulir mata yang menuruni pipi dan senyuman yang terpatri begitu canggung. Lantas, Sebuah uluran tangan terulur begitu gemetar, mencoba menyapa dengan harapan penuh bahwa sapaan nya diterima dengan baik.

"A-apa kabar, Jungkook?"

Jungkook menangis, mencoba menutupi separuh wajah nya dengan satu tanganㅡ membalas uluran tangan itu dan menggenggam nya dengan ragu.

"A-aku,ㅡ baik"

Namun, Jungkook mengurungkan nyaㅡ membiarkan wajah basah nya terlihat saat ia menggenggam telapak tangan itu menggunakan kedua tangan.

"A-aku baik hyung, sangat baik"

Hingga sebuah isakan lolos, dari bilah bibir kedua nya.
Sebuah isakan yang tersirat penuh oleh kerinduan.

Bambam yang melihat itu paham akan situasi.
Ia mundur perlahan, menjauh dari pandangan karena tak ingin menganggu barang sedikit pun. Kendati demikian, ia terus berharap jika pertemuan Jungkook dengan pria itu tak akan membawa Jungkook pada tangis kesedihan, namun pada sebuah tangis kebahagiaan.

___________________

T b c

To My Youth || TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang