Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
________________
Tepat tiga hari setelah kunjungan nya pada sungai Chungbu kala itu. Si pria Kim nampak tak pernah absen mengunjungi sebuah restoran sejak hari pertama ia bertemu dengan sang teman masa kecil.
Namun, di tiga hari ini sebuah jawaban seperti dua hari sebelum nya kembali ia dapatkan.
Jungkook lagi-lagi tak datang.
Ada apa?
Apa terjadi sesuatu?
Ataukah, Jungkook hanya menghindari nya?
"Saat kalian pergi bersama, apa kau melakukan kesalahan tuan?"
Tanya sang pemilik restoran. Sebenarnya sama, ia juga memikirkan itu. Apakah ia melakukan kesalahan?
"Jungkook selalu memberi kabar jika akan tak masuk. Namun dalam tiga hari ini nomor nya saja tidak aktif" Sambungnya lagi.
Apakah benar Jungkook tak masuk karena nya? Jika memang iya, sudah seharusnya ia meminta maaf karena menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada sahabat manis nya itu.
"Terimakasih, aku harus kembali"
Taehyung membungkuk dan memilih pergi. Meninggalkan Yoongi dan Bambam yang kini terdiam bungkam sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Aku memiliki firasat buruk hyung. Tapi semoga saja Jungkook baik-baik saja"
Taehyung membawa mobilnya melaju menuju Kawasan Yong-ri, tempat di mana Jungkook tinggal.
Ia tidak bisa jika tidak memastikan nya sendiri. Kalaupun ia bersalah, ia akan meminta maaf padanya.
Taehyung tak ingin Jungkook menjauh, Jangan lagi.
Mobil itu terparkir tepat di sebrang jalan menanjak menuju rumah ujung yang tak lain adalah milik Jungkook.
Telapak kaki yang terbalut sebuah sepatu pantofel hitam itu melangkah dengan lebarnya, meskipun ia tahu betulㅡ diri nya akan bertamu tanpa membawa apa-apa.
Sebuah helaan nafas ragu itu terdengar setelah dirinya sudah berada di depan pintu pendek kayu berwarna abu.
Tangan nya terangkat, sejenak ia terdiam sebelum mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali dengan tempo yang sedikit cepat.
Tok tok tok
Lagi, ia mengetuk nya. Kembali menunggu dengan kedua tangan yang kini berada di dalam saku. Kepala nya tertunduk melihat bagaimana sepatu itu terus mengetuk pada pijakan sesuai dengan kecepatan detik Jam.
Hingga sebuah suara kunci yang terbuka terdengar dari dalam membuatnya tersenyum sampai sosok yang di cari nya muncul setelah pintu itu terbuka penuh.
Namun, senyuman itu memudar tatkala ia melihat bagaimana wajah itu di penuhi oleh lebam dan beberapa luka mengering yang terlihat jelas di sudut bibir.
"H-hyungㅡ"
"Apa yang terjadi padamu?" Nada Khawatir yang terdengar cukup jelas dengan gerakan tangan yang kini menyentuh mencengkram bahu itu tanpa sadar sehingga membuat sang empu mengeluarkan ringisan.
Bagaimana dirinya tidak khawatir disaat terakhir kali mereka masih keluar bersama tepat di tiga hari lalu, si manis itu tak memiliki luka apapun.
"Apa yang terjadi Jungkook?!"
Sedangkan Jungkook masih nampak terkejut dengan tangan yang berusaha menutupi area wajah, mencoba menyembunyikan luka lebam dari pria yang tengah menatapnya.
Taehyung sedikit menarik paksa tangan Jungkook karena tak sengaja melihat ruam ungu di balik kain yang menutupi hingga pergelangan tangan,
Menyingkap lengan panjang kaus itu hingga perpotongan siku. Dilihatnya tak hanya satu luka lebam yang tercetak disana, Taehyung yakin di balik kaus itu pasti masih banyak lagi luka lain nya.
"Apakah kau sering mendapatkan nya?" Jungkook menunduk dengan perasaan penuh seolah ingin mengadu.
Ia ingin mengatakan nya, menceritakan semua nya, namun dirinya terlalu takut. Sangat takut sekalipun ia telah mengadu, pada akhirnya dirinya tetap berakhir di tangan Mingyu.
"Jawab Jungkook!"
"T-tidak hyung"
Gerak-gerik Jungkook nampak begitu gelisah. Taehyung melihat nya dengan jelas, bagaimana raut wajah itu yang di penuhi oleh ketakutan bahkan hanya mampu menahan tangisan nya di pelupuk mata. Taehyung merasa tercabik melihat nya.
"Apa kau mendapat kekerasan dari suami mu?" Tanya Taehyung begitu lembut dengan kontrol penuh pada nada bicara nya. Jemari nya terangkat menyentuh dagu Jungkook dan membawa nya agar menatapnya. Netra itu bergerak sendu penuh akan ke khawatiran, Taehyung meluruhkan bahu dengan helaan nafas yang terdengar. Jungkook nya terlihat sangat ketakutan.
"Benar begitu?" Tanya nya sekali lagi.
Ia tak mendapatkan jawaban apapun, Jungkook hanya diam dengan kepala yang hendak ter tunduk lagi namun Taehyung kembali mengarahkan nya, menatap penuh akan diri nya.
"Jangan lagi menunduk seperti itu, kau tidak melakukan kesalahan apapun"
"M-mingyuㅡ d-diaㅡ" Jungkook begitu terbata bahkan tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
Dan saat bagaimana mata itu terpejam, sebuah bulir mata menetes dengan sebuah isakan yang tertahan. Tubuh itu bergetar menahan gemuruh di dada yang begitu menyesakkan seolah tengah memberontak untuk keluar dan menangis begitu lepas.
Taehyung mengepalkan tangannya, rasanya begitu sakit melihat Jungkook seperti ini. Apa yang sudah di lakukan Suami Jungkook hingga Jungkook pun tak memiliki keberanian bahkan hanya untuk menangis?
Tanpa meminta persetujuan apapun, Taehyung membawa tubuh itu untuk di dekapnya. Ia memeluknya begitu erat dan menenggelamkan wajah Jungkook pada dirinya. Mengusap lembut belakang kepala Jungkook dan terus mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Pada akhirnya, pertahanan Jungkook runtuh begitu saja. Ia menangis terisak terdengar begitu pilu, membiarkan seseorang mendekap hangat tubuhnya. Membiarkan dirinya menangis dan mengadu untuk pertama kali nya.
Jungkook cukup lelah dengan beban yang ia tanggung selama ini. Ia tak ingin mendapatkan pukulan apapun, Jangan lagi. Itu menyeramkan dan sangat menyakitkan.
Bolehkah, bolehkah ia berharap jika seseorang akan benar-benar membantu nya kali ini?