Chapter 8

462 77 12
                                    

_________________

Pertemuan mereka adalah awal, namunㅡ Jungkook merasa seluruh jiwa nya yang telah menghilang selama tujuh tahun seolah kembali.

Ia tak pernah merasa sebahagia ini. Ia tak pernah semerindu ini.
Bahkan setelah bertemu dan bercerita tentang banyak hal, rasanya ia ingin terus melakukan lagi di hari ini, selanjutnya, seterusnya dan di kemudian-kemudian hari.

Dalam kecanggungan sebuah permintaan maaf terlontar dari bilah bibir masing-masing. Tangis sedu dibawah pohon yang tengah bersemi membuat kesan pertama pertemuan mereka terasa menyedihkan.
Namun, dekapan hangat disaat kedua nya saling mengucapkan rindu menjadi suatu momen yang tak akan pernah mereka lupakan.

Jungkook bercerita banyak hal, tentang bagaimana kehidupan nya, apa yang ia kerjakan dan sebuah fakta bahwa dirinya telah menikah.

Taehyung juga menceritakan bagaimana kehidupan nya setelah Jungkook menghilang, bagaimana keterpurukan itu yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang dan ia menceritakan banyak hal tentang putra tampan nya yang begitu perhatian.

Ini adalah awal mula yang baik untuk memulai kembali persahabatan.
Namun, satu di antara kedua nya menanamkan sebuah tekad untuk mengesampingkan sebuah perasaan. Ah, atau bahkan kedua nya?

Tak ada yang lebih baik dari pada menahan untuk diri sendiri, atauㅡ sebuah persahabatan bisa kembali hancur karena masalah sepele.

Jungkook, ia meyakini bahwa Taehyung telah menikah. Meskipun pria itu hanya terus menceritakan bagaimana tampan dan pintarnya seorang Juno.

Namun, pria itu tak pernah menyinggung soal istri. Dan Jungkook berpikir bahwa Pria itu hanya tak ingin melukai perasaan nya karena Taehyung telah melihat sebuah rekaman video saat diri nya menyatakan cinta tujuh tahun yang lalu. Bahkan, cinta juga termasuk salah satu penyebab dirinya pergi begitu saja.

Dan Taehyung meyakini bahwa Jungkook amat sangat bahagia dengan pernikahannya.
Bagaimana wajah manis itu berseri setiap kali menceritakan soal pertemuan dengan suami nya dulu, dan bagaimana bersemangat nya Jungkook saat mengetahui bahwa dirinya mengandung.
Taehyung tak ingin menghancurkan kebahagiaan itu untuk kedua kali nya.

Pikirnya, mungkin bersahabat lebih baik karema Jungkook sepertinya menemukan seseorang yang tepat, yang mencintai pemuda itu dengan tulus tidak seperti dirinya.

Buktinya, Jungkook terus menceritakan kebaikan-kebaikan suami nya saat pertama dulu. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan nya sehingga membuat Jungkook pergi.

"H-hyung, terimakasih banyak"

Kalimat itu terucap setelah mobil dengan warna metal itu berhenti di sebuah gang kecil dengan jalanan menanjak, menuju arah rumah nya yang terletak di jalan paling ujung.
Kim Taehyung memaksa untuk mengantarkan pulang.

Ah tidak, bahkan pria itu rela kembali dua kali setelah mengantarkan pesanan dan kembali lagi untuk menemui dirinya dan menceritakan banyak hal hingga sebuah permintaan untuk mengantarkan dirinya pulang terlontar.

"Tentu, jangan merasa sungkan"

Anggukan kepala itu terlihat begitu canggung. Jungkook membungkuk dan hendak membuka pintu, namunㅡ sebuah sentuhan pada bahu ia rasakan sehingga membuatnya berhenti dan kembali menoleh.

"Jungkook, bolehkah aku besok menemui mu lagi?"

Jungkook mengulum bibir bawahnya, menyembunyikan senyuman yang akan ter sungging begitu lebar.

"T-tentu hyung, mari bertemu lagi"

Hingga pemuda itu benar benar keluar.

Taehyung tetap mengawasi nya. Terus menatap Jungkook dari dalam mobil sampai ia melihat seorang pria yang berlari menuju Jungkook dan merangkul nya begitu saja.

Dapat dilihatnya Jungkook sedikit terkejut, namun jemari lentik itu bergerak memberi usapan lembut pada punggung saat pria itu beralih melingkarkan lengan nya pada pinggang.

Kedua bahu itu meluruh, jemari nya tergerak meremat stir mobil, menatap kedua punggung yang tampak semakin mengecil dengan tatapan nanar.

"Seperti nya, kau sangat bahagia Jungkook"







"Para pekerja senang Tae, karena katanya tidak biasanya mereka diberi makanan dan bingkisan seperti ini"

Taehyung melirik Jimin dan tersenyum tipis, meletakkan lipatan tangan di depan perut dengan punggung yang bersandar pada pintu mobil menghadap sebuah tanah kosong yang akan berubah menjadi sebuah gedung "haruskah aku membelikan mereka setiap hari?"

"Gila. Kalau sesekali sih tak apa. Setiap hari?? Kau mau bangkrut?"

Lagi, Taehyung hanya menjawab dengan tawa tipis nya.
Jimin sedikit memincing, menatap Taehyung dengan sedikit tanya.

"Apa terjadi sesuatu?"

Taehyung menoleh, menatap Jimin sedikit lama dan akhirnya berkata

"Tidak"

"Ayolah, tak perlu menyembunyikan apapun. Kita berteman tidak setahun dua tahun Tae"

Namun pada akhirnya Taehyung menghela napas panjang. Ia memilih untuk berbagi cerita, karena Jujur sajaㅡ perasaan nya terasa mengganjal.

"Kau ingat Jungkook?"

Jimin tampak berpikir, namun setelah nya ia mengangguk. "Anak yang menghilang itu kan? Kenapa? Apa sudah ditemukan?"

Karena memang benar, sekolah sempat heboh akan Siswa yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

"Bukan kah dia teman mu dulu Tae? Kalian terlihat sangat dekat"

Taehyung mengangguk, tatapan nya menyendu dengan kepala tertunduk.

"Dulu memang seperti itu, namun karena kebodohan kuㅡdia pergi Jim. Aku yang membuatnya pergi"

Raut wajah itu terlihat terkejut, Taehyung melihat nya dan ia terkekeh.

"Dia sahabat ku, sejak kecil kami sudah tinggal bersama. Kami lebih dekat dari yang kau bayangkan"

Jimin beralih posisi berdiri di hadapan Taehyung dan menyimpan kedua tangan nya di dalam saku

"Ku tebak, pasti karena percintaan?"

Benarkah begitu? Meskipun itu menjadi salah satu penyebab Jungkook pergi, namunㅡ perubahan sikap nya lah yang menjadi alasan utama Jungkook memilih menyerah.

"Aku membully nya secara terbuka. Aku menertawakan nya dulu, mengatai nya di hadapan teman-temanku, termasuk dirimu. Membuat dirinya sebagai lelucon agar candaan ku tidak garing. Sangat bodoh bukan?"

Dan Jimin mengingatnya. Ia sangat ingat sekarang.
Adik kelas yang selalu mengikuti Taehyung kemanapun Taehyung pergi. Adik kelas yang hanya tertawa saat dirinya menjadi bahan candaan dan cemoohan banyak orang. Pikirnya, dulu memang sangat menyenangkanㅡ namun ternyata, canda dan tawa mereka melukai perasaan seseorang.

"Dia terluka karena ku Jim. Karena itu dia pergi" Taehyung memberikan jeda pada kalimatnya. Ia kembali menghela napas dan mengangkat pandangan, menatap Jimin dengan netra nya yang kian menyendu.

"Aku bertemu dengan nya, dan dia terlihat sangat bahagia."



_______________

T b c

Hi, jangan lupa vote ya sayang♡

To My Youth || TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang