Bricia 33🔮

20.2K 1.9K 258
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○











Bricia berjalan semakin mempercepat langkah bersendal berbulu nya mendekati pintu berdaun dia itu, begitu dibuka benar saja terlihat seorang pria berkemeja biru dongker berdiri membelakangi nya dengan membawa paperbag kecil juga mengecek jam tangan di lengannya.

"Coach Arsen?!" senyum Bricia mengembang apalagi pria itu tampak berbalik badan, "Kirain siapa yang yang datang, ada apa Coach? Apa soal balapan?"

"Lupakan balapan di otakmu Bricia, ini," pria tampan dengan rambut klimis itu menyerahkan paperbag yang langsung diambil Bricia, Saya mendengar apa yang terjadi padamu, untuk itu sebelum pergi melatih saya sempatkan untuk datang ke sini menjenguk keadaanmu dengan membawa hadiah kecil, semoga kamu suka."

Dibelakangnya Romero berhenti melangkah, alis tebalnya menukik menatap sinis pria yang berdiri di depan Bricia, "Masih gantengan gue."

"Makasih Coach aku menyukainya!" jawab Bricia mengangguk mendapatkan hadiah beberapa dessert cake manis, "Sepertinya ini enak, terimakasih karena Coach mau datang kemari."

"Ck," Romero berdecak keras membuat Bricia dan Arsen menoleh, pria itu terlihat menyandarkan lengannya pada sisi pintu, "Cia kalau mau bilang aja Rome bisa bawain yang lebih dari itu semua! Dessert kecil begitu mana kenyang."

Bricia gemas ingin sekali memukul kepala Romero, Arsen tiba-tiba bertanya, "Kamu baik-baik saja sekarang?"

"Aku sudah lumayan baik, hanya mendapat luka kecil saja," senyum Bricia membuat Arsen menepuk kepalanya tiga kali.

Melihat itu Romero makin meradang, segera itu berjalan menepis tangan tersebut menyembunyikan tubuh Bricia dibelakangnya, "Jangan seenaknya nyentuh cewek gue! Lo gaada kepentingan lain kan? Bisa angkat kaki sekarang?"

"Romero! Lo gak sopan baget, maaf Coach," Bricia tertawa canggung pada Arsen yang menatap tak berekspresi wajah marah Romero.

"Cepatlah sembuh Bricia, saya menunggumu," ujarnya sebelum mundur dan berlalu menuruni tangga kecil diteras sebelum memasuki mobilnya.

"Apaan yang menarik dari dia? Tampan? Masih tampanan gue, tajir? Cih, jauh banget. Bisa-bisanya kamu kenal cowok begitu, yang berdasi-dasi biasanya tukang korup-- Aduh!" Bricia pukul perut Romero, "Cia ko makin jahat aja, sama cowok itu senyum-senyum manis giliran sama Rome."

"Ya lo nya nyebelin! Jangan buat gue malu terus!" sembur Bricia menarik telinga Romero, "Eh! Paperbag gue!"

Romero menarik tas kecil tersebut, ia jauhkan saat Bricia hendak kembali meraihnya, "Rome mau uji keamanan dulu, takut di dalamnya ada racun emang Cia mau diracun cowok itu?"

"Mana mungkin di racun Rome orang itu belinya di toko langsung! Siniin!"

"Gak!" Romero menjauhi Bricia yang menarik bajunya hendak merebut lagi paperbag itu, "Ini gaenak Cia percaya sama Rome! Kita buang aja ya."

"Sembarangan lo! Tampilannya aja menarik gitu!" Bricia meloncat menaiki punggung Romero lantas memeluk erat leher pria itu dengan tangan bersusah payah meraih tas yang diangkat tinggi oleh Romero, "Rome balikin gue aduin Bunda ya! Itu milik gue!"

"Kita beli aja Rome borong sama toko-tokonya--akh ke cekik Cia!" Romero terbatuk hingga tak sengaja menjatuhkan deser itu bahkan terinjak oleh kakinya.

Bricia melotot turun menatap dessert nya yang sudah penyek, "ROMERO!!! MATI AJA LO SIALAN! BUNDA!!!"

"Eh Cia! Cia Rome gak sengaja!" teriak Romero kala Bricia merengek masuk kedalam rumah dengan kaki dihentak-hentakan.

Bricia's world (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang