Bricia 47🔮

18.1K 1.4K 101
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○

















Flasback ...

Romero tertegun dengan pupil mata membesar melihat Bricia melirik nya sekejap lalu beralih menatap keluar jendela, begitu Romero ikuti ternyata wanitanya menatap penuh tertarik pada sebuah bunga mawar yang tertanam di taman rumah sakit, "Cia mau? Rome ambilin ya Cia tunggu sebentar, harus tunggu ya."

Romero mundur dengan buncahan hati bahagia, perutnya seolah terisi oleh kupu-kupu hanya dengan mndapatkan lirikan Bricia.

Pria itu menutup pintu kamar Bricia lalu melangkah dilorong rumah sakit disertai senyum lebar dari wajah lelahnya, "Rome bakal ambil banyak bunga buat Cia."

Kini Romero dengan kemeja coklat kusut nya begitu anteng memetik beberapa tangkai bunga mawar ditaman rumah sakit dengan perasaan amat senang.

Senyuman tak pernah lepas dari bibir pemuda itu bahkan ketika dia berjalan di lorong rumah sakit orang-orang yang terbiasa melihat wajah lelah dan sedihnya kini ikut tersenyum melihat sedikit pancaran kebahagiaan dari mata itu.

"Kaya Cia bunganya cantik, Cia suka bunga mawar putih ya? Besok-besok Rome bakal bawa terus bunga kekamar Cia biar Cia seneng," celoteh nya mencium harum bunga tersebut, Romero amat bahagia walaupun hanya mendapatkan lirikan tak sampai lima detik dari Bricia nya, "Ini udah cukup? Tambah lagi aja besok Rome bakal beli taman ini kalau mereka larang petik."

Setidaknya sembilan tangkai mawar putih sudah Romero petik, saat baru menegakan tubuhnya mata pria itu tak sengaja menangkap bunga dengan warna lain yang tertimbun dibawah antara dedaunan mawar putih, "Mawar merah? Kenapa ada satu ditengah-tengah mawar putih ini? Mungkin satu bibitnya tertukar."

Tak peduli tangannya akan terluka dan berdarah oleh duri Romero menjulurkan tangan memetik bunga mawar merah itu, "Gapapa buat ngelengkapin ini jadi sepuluh tangkai, aneh. Warna merahnya pekat banget hampir hitam tapi tetap harum, paling harum ternyata, Cia pasti suka."

Disaat tengah menciumi wangi bunga tersebut langkah kaki tergesa disebelahnya membuat ia menoleh, seorang suster tampak panik menghampiri Romero hingga membuat perasaannya gelisah, "Tuan ... Nona ... Nona tidak bisa bertahan lagi, dia pergi Tuan."

Deg! Bunyi degupan jantung Romero seakan bergemuruh, seluruh syaraf di lengannya seolah mati rasa dan tanpa kata pria itu mendorong bahu suster tersebut sebelum berlari secepat mungkin.

Romero menggeleng ribut sepanjang koridor rumah sakit dengan mata mulai memanas bahkan langsung menjatuhkan cairan bening, "E--enggak, gamungkin Cia gamungkin ninggalin Rome ... Cia gamungkin pergi."

Setelah sampai Romero langsung mendobrak pintu tersebut, bunga mawar yang dipegangnya jatuh ke lantai melihat para suster dan dokter menundukkan kepala disamping ranjang Bricia yang sudah tak mengenakan kabel-kabel apapun ditubuhnya, layar monitor di sampingnya juga berbunyi nyaring menampilkan garis lurus.

Jam pasir di atas nakas sudah kosong, Romero lupa untuk membalik nya.

"C--Cia ... Cia gamungkin, kenapa kalian melepas semua alat-alatanya!" Romero bergerak mendekat memarahi mereka, pria itu lalu berjalan disamping ranjang Bricia membungkuk membelai sisi wajah kekasihnya yang dililit perban, "Cia gamungkin ninggalin Rome, Cia udah janji. Rome cuman pergi sebentar kenapa Cia udah tidur lagi? Rome udah bawain bunga cantik itu buat Cia ayo bangun, buka mata cantik nya."

Romero mulai terisak memeluk tubuh Bricia menyandarkan pelipisnya diwajah itu sebelum menciumi nya dibeberapa tempat, Romero genggam tangan dingin dan kelopak mata terpejam tanpa bulu mata itu, "Cia pasti cuman capek kan? Cia mau tidur dulu bukan pergi? Cia gapernah ingkar janji sama Rome, kita sebentar lagi mau menikah Rome bakal buat acara besar buat Cia sendiri, Cia boleh minta apa aja ... Cia ... Rome lama banget ya petik bunganya? Sampai Cia ketiduran lagi."

Bricia's world (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang