H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮
●○●○●○●○
Bricia lihat Kevin disampingnya tampak duduk dengan canggung terbukti dari gerakan kaki yang pria itu lakukan ke pasir dibawahnya.
"Lo mau ngomongin apa?" Cia memutuskan bertanya lebih dulu.
Pria itu tertawa sumbang dengan anehnya, "Aku cuman mau minta maaf."
"Maaf?" ulang Bricia menegakan tubuh semakin bingung, "Coba ngomong dulu kesalah lo sama gue apa sampai lo minta maaf?"
"Maaf karena aku sempat menjelek-jelekan terus Romero bahkan meminta kamu buat jauhin dia Cia," Kevin menelan ludahnya menatap keatas langit yang ditaburi bintang, "Aku paham sekarang, kalau semua pemikiranku tentang dia ke kamu itu semuanya salah besar, Cia. Aku cinta sama kamu."
Bricia tertegun halus mendengar pernyataan tiba-tiba Kevin, pria itu tersenyum tipis meraih tangannya dengan genggaman lembut, "Tapi semuanya gak sebanding sama cinta yang Romero kasih sama kamu, aku nyerah. Tapi aku seneng bisa ungkapin perasaan aku yang sebenarnya sama kamu."
"Kev ... Gue jahat ya kalau gue baru nyadar sama perasaan lo?" kedua alis Cia tampak sayu menatap senyum tipis Kevin yang seolah lega telah mengatakan semuanya.
"Aku paham, sekarang kamu udah buka hati sama Romero atau bahkan udah dari lama. Romero cowok yang baik buat kamu Cia, dia bahkan rela ngorbanin nyawanya buat kamu," katanya lagi menyampirkan helai rambut halus Bricia yang menghalangi wajah cantik gadis itu, "Kamu gaakan percaya kalau Romero yang bunuh semua perampok yang menjarah musium beberapa hari lalu."
Bricia speechless dengan ragu ia menjawab, "Lo ... Tapi gak mungkin perampok itu jumlahnya banyak banget, walaupun waktu gue buka mata Romero emang udah didepan gue tapi rasanya mustahil banget Kev."
Kekehan diberikan Kevin, ia menopang kedua tangannya disisi tubuh dengan kaki diselonjorkan mendorong pasir pantai dibawah, "Aku juga gak percaya, tapi setelah aku lihat pake mata kepalaku sendiri semunya bukan cuma halusinasi. Romero memporakporandakan isi musium karena lihat kamu dilukain mereka, aku gatau apa yang merasukin dia tapi aku rasa sematan bayi setan yang selalu kamu ucapin ke dia bukan cuman panggilan biasa."
"Apa maksud lo bawa-bawa nama panggilan itu? Kev, jangan buat gue takut sama dugaan gue sekarang," Bricia mengusap bahu terekspos nya dengan kapala terangkat menatap keatas pohon kelapa, "Romero beneran bayi setan?"
Setelahnya Bricia meringis saat pria itu menjentik pelipisnya, "Bukan kaya gitu Cia, tapi bisa aja dia berteman sama mereka."
"Becanda lo gak lucu!" ia memukul bisep pemuda itu hingga membuatnya tertawa melihat wajah takut Bricia, "Serius dong gue gak ngerti, ada apa sama Romero? Apa yang terjadi waktu itu sampai dia bisa lawan dengan penuh ajaib semua perampok disana?"
Mimik wajah Kevin berubah menjadi kerutan bingung, "Kamu gak dapet mimpi apa pun tentang Romero?"
Bricia menggeleng karena memang dia tidak mendapat petunjuk apapun kecuali kecemasan nya tentang alur novel yang terbawa kedalam mimpi.
Kevin tiba-tiba menarik kedua bahunya, Bricia mengerjap kecil karena terkejut, "Cia, kalau aku bilang kita ini hidup didalam novel kamu percaya?"
Bricia tertegun dengan bibir terbuka kecil menatap penuh terkejut akan pertanyaan Kevin, "Asal kamu tau Cia, aku bukan dari dunia ini. Aku jiwa asing yang tiba-tiba terdampar setelah baca novel berjudul Obsession dimana si protagonis disini itu Arthur sama Aira sementara Romero itu antagonis, dan alasan aku minta kamu jauhin Romero karena aku tau akhir tragis yang bakal kamu alami dari Romero karena kamu cuman tokoh figuran tunangan pria itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bricia's world (Proses Terbit)
Fantasy(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗶𝗻𝗴𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻!☠︎ BELUM REVISI!!! _______ (𝘔𝘦𝘯𝘨𝘢𝘶𝘮 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘰𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘱𝘢�...