Ending🔮

26.5K 2K 250
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○










Aldino dan Felix memulai aksinya, mereka menyuruh Bricia untuk tidur berbalut kan selimut sementara keduanya mendorong kasur gadis itu keluar ruangan.

Mereka dengan berusaha santai terus mendorong tempat tidur itu melewati dua bodyguard disana, "Tuan menyuruh kalian untuk menunggunya sementara disini, tenang saja kalian bisa menyebutkan jika ruangan Nona pindah ke lantai tiga."

Sial sekali Felix harus bersuara alay dalam membodohi keduanya, beruntung mereka mengangguk singkat sampai salah satunya menepuk pundak Aldino, "Maaf, sepertinya bulu kaki mu terlalu lebat untuk seorang perempuan, cukurlah lain kali."

Bricia yang memejam berusaha menahan gugupnya, untung Aldino pandai berakting.

"Tidak sopan melihat kaki seorang perempuan dasar pria cabul," pria itu memukul pelan dadanya lalu mengibaskan rambut sebelum kembali mendorong tempat tidur itu, "Sial, hampir aja gue ketahuan."

"Bukannya mirip suster lo malah mirip banci lampu merah!" tawa Felix setelah mereka sedikit jauh, "Sekarang ayo ke bawah Zaflan udah nunggu di mobil."

Sementara itu Miller berjalan cepat sembari membenarkan jam tangannya.

"Nona sudah dipindahkan ke lantai tiga oleh suster Tuan sesuai permintaan anda," celetuk bawahannya membuat langkah Miller yang hendak masuk terhenti.

"Apa maksud kalian? Aku tidak pernah menyuruh suster lain untuk memindahkan kamar putriku!" keduanya saling melirik terkejut, itu artinya tadi, "Sial! Apa kalian membiarkan orang lain membawa putriku darisini?! Kejar mereka!"

"Baik Tuan!"

Keduanya berlari diikuti Miller menyusuri lorong, setelah melewati beberapa pasien yang lewat akhirnya punggung mereka terlihat, "Berhenti!!! Kembalikan Nona Bricia!"

"Mereka dibelakang kita!" pekik Bricia terkejut.

"Kabur Din!" Felix memangku tubuh Bricia menurunkannya ke lantai sebelum ditarik Aldino untuk berlari memasuki lift, "Kalian gabisa ngejar gue!"

Pria itu melempar selimut hingga menutupi tubuh kedua pria itu lalu mendorong kasurnya kedepan hingga menghempaskan keduanya ke belakang, "Rasain lo!"

Mereka memasuki lift berbarengan kala Miller sudah mencapai hendak menghentikan keduanya, tapi pintu itu tertutup cepat.

"Syukur--Lo berdua ngapain buka baju!" Bricia menutup matanya berbalik badan, "Gila ya lo! Ganti baju disini lo gak bisa lihat ada gue?!"

Keduanya hanya menyengir lebar, "Hehe gerah Cia pake baju gini mana ketat banget, jago lo semua pake baju beginian kemana-mana," kata Aldino.

Benar saja, diparkiran tepat didepan rumah sakit mobil hitam Zaflan sudah stay di sana, ketiganya menarik tangan Bricia dari kedua sisi agar berlari lebih cepat memasuki mobil.

"Udah, sekarang kita cari Romero!" mendengar ucapan Aldino, Zaflan segera menarik tuas dan menginjak gas mobil mereka.

Mereka mulai mencari pemuda itu, dan selama perjalanan pun Bricia hanya diam memandang keluar jendela mobil dengan jemari bergerak diatas paha.

"Oh, iya. Cia, waktu itu Rome nitipin ini ke kita katanya buat lo," Aldino disebelahnya mulai meminta kotak tersebut pada Felix yang duduk didepan menemani Zaflan, "Nah, ni."

Bricia dengan ragu menerimanya, perlahan ia buka kotak berukuran sedang itu demi menuntaskan rasa penasaran nya, detik itu juga mata Cia dibuat melebar terkejut melihat isi di dalamnya.

Bricia's world (Proses Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang