Typo bertebaran ~
***
Nana terbangun di ruangan bernuansa putih abu itu, ia memegang kepalanya yang berdenyut sakit.
Dirinya kini tengah terbaring di rumah sakit. Tak ada siapapun disana, dia hanya sendirian.
Nana mengingat kembali akan kejadian waktu itu, dengan sekuat tenaga, ia memaksakan tubuhnya yang masih terbilang lemah. Untuk turun dari ranjang rumah sakit.
Hanya satu yang Dirinya inginkan, yaitu melihat Zergan dari mata kepalanya sendiri. Dan meyakinkan dirinya, bahwa sang Abang masih hidup.
Nana berhasil bangun, namun ketika dirinya hendak berdiri untuk berjalan. Yang terjadi selanjutnya adalah, badan nya yang terhuyung kesamping.
Nana pasrah, bila dirinya mungkin akan jatuh ke lantai. Tapi, tepat ketika semua itu akan terjadi.
Pintu terbuka, menampakkan Leon dengan mata yang membelalak. Ia kemudian berlari kearah Nana, lalu meraih sang Adek kedalam pelukannya.
"Adek sudah bangun? Kamu tidak apa-apa? Ada yang sakit? Bilang sama Abang. Mau kemana kamu?" pertanyaan beruntun Leon berikan kepada Nana.
Setelah dirinya menaruh Nana duduk kembali diatas Ranjang rumah sakit.
Nana menunduk, menatap kakinya yang bergelantumg di atas ranjang.
Perasaan bersalah yang amat besar kembali Nana rasakan. Hingga tanpa sadar, dirinya kembali menangis.
Leon semakin khawatir, ketika Sang Adek malah kembali menangis.
Ia kemudian memeluk tubuh kecil Nana, lalu mengusap-usap punggung kecilnya yang bergetar.
"Stt. Sudah ya sayang, jangan menangis. Kamu baru siuman, setelah satu hari penuh tertidur di rumah sakit ini." Leon mencoba menenangkan.
"Dia tidak apa-apa, abang mu kuat. Dia hanya akan tertidur sebentar, kamu harus yakin. Bahwa dia akan kembali terbangun." kata Leon selanjutnya, seolah tau apa hal yang membuat Nana menangis.
Nana melepaskan pelukannya, ia menatap Leon dengan wajah yang masih berlinang air mata.
"A—aku, udah tidur selama 1 hari penuh?" tanya Nana, yang sedikit terbata. Anggukkan kepala Leon berikan sebagai jawaban.
"Abang Egan dimana? Boleh aku ketemu sama dia?" Nana menatap Leon dengan wajahnya yang memelas.
Leon mengangguk, dirinya kemudian pergi keluar. Lalu kembali dengan membawa kursi roda.
Kini, Nana tengah berada di depan ruangan Zergan. Melalui Kaca kamar itu, Nana bisa melihat Sang Abang, yang terbaring lemah. Dengan beberapa alat medis yang melekat pada tubuhnya.
Wajah Nana kembali sendu, ia pegang kaca Kaca itu. Dirinya menatap Zergan dengan lekat.
"Kalo hari itu aku ga samperin abang, ini semua ga akan terjadi, kan? Apa bener kata bunda ... Ini semua karena aku?" batinnya.
Sedangkan di sisi lain, Leon menatap Nana dengan sorot mata yang begitu khawatir.
Dimana yang lainnya? yang lainnya sibuk membantu Sean, untuk mencari siapa dalang dari penusukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana Grizsella.
Teen FictionSeseorang ekstrovet yang kelewat aktif. Nana. Gadis yang di kenal bar-bar dan petakilan, hidupnya monoton dan membosankan. Kemudian, dia di pertemukan dengan empat pria? Memiliki ikatan darah dengan sang kakak kelas? *** Penasaran? Skuy langsun...