LISA yang pada saat itu tengah mampir ke pinggir jalanan sebentar guna membeli jajanan, mengalihkan pandangannya ke arah seorang nenek yang nampak kesulitan untuk menyebrangi jalan. Lisa yang melihat itu pun merasakan dorongan untuk membantu, dan dengan cepat dia bergerak ke arah nenek tersebut setelahnya gadis itu membayar jajanannya.
Jalanan pada siang hari itu sangat ramai, banyak mobil serta motor yang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi. Karena posisi nenek itu berada di sebuah pinggir jalan yang tidak terdapat zebra cross, maka sulit bagi nenek itu untuk menyebrang.
"Sini nek saya bantu buat nyebrang." Nenek itu sempat kaget ketika tangannya di sentuh oleh Lisa. Dia menerbitkan senyumnya, memandang penuh arti ke arah Lisa yang kini dengan hati-hati membawanya menyebrangi jalan.
"Kau baik sekali, nak. Terima kasih." Nenek itu masih memberikan senyum yang tulus kepada Lisa.
Lisa ikut tersenyum manis.
"Sama-sama nek,"
Melihat nenek tersebut tengah mencari sesuatu di dalam tasnya yang lusuh, Lisa langsung berujar.
"Tak perlu kasih apa-apa nek, saya ikhlas bantu nenek buat nyebrang tadi."
Tapi nenek tersebut tidak menghiraukan, dan malah memberikan sebuah buku kitab tua kepada Lisa.
Lisa memandang sejenak buku itu.
"Ambilah." Nenek itu meraih tangan Lisa agar mau mengambil buku tersebut.
"N-Nggak usah nek, saya-"
"Jika kau menolak pemberian nenek, maka nenek akan merasa sedih." Ujarnya lirih, membuat Lisa mau tak mau mengambil buku tersebut.
Dia kemudian membolak-balikan buku tersebut. Buku di tangannya sudah terlihat sangat tua, bahkan keseluruhan kertasnya sudah menguning dan mengeras.
"Anggap saja itu pemberian dari saya karena kebaikan hatimu." Nenek itu kembali berujar, menatap Lisa dengan senyum manisnya.
"Hati dan jiwamu sangat murni, dan kau memang layak untuk terpilih."
Lisa sedikit tidak paham dengan perkataan nenek tersebut.
"Maksud nenek apa? Saya tidak paham."
Namun nenek itu kembali tersenyum manis.
"Pembela yang terpilih akan datang, dan membawa kedamaian bagi dunia yang telah hancur akan keserakahan."
Lisa semakin tidak mengerti.
"Bacalah isinya, maka kau akan mengerti kenapa aku memberikanmu buku itu... Lisa."
Lisa terkejut ketika mendengar namanya di sebut oleh nenek itu.
Bagaimana bisa wanita tua itu tahu namanya?
"Tapi nek..." Lisa kembali memusatkan perhatiannya kepada buku yang ada di tangannya. Dalam kebingungan yang kentara, dia sama sekali tidak mengerti dengan keseluruhan tulisan yang ada di dalam buku tersebut.
Jadi bagaimana mungkin dia bisa membacanya?
"Saya tidak bisa membaca tulisan ini, dan juga... Ini buku apa?" Lisa melebarkan bola matanya ketika tak lagi menjumpai presensi sang nenek yang tadi berdiri di depannya. Dengan gerakan cepat dia mengedarkan pandangan, mencari keberadaan sang nenek di keramaian.
Namun nihil, nenek tersebut tidak lagi terlihat. Membuat Lisa secara perlahan memundurkan langkahnya. Mulai merinding dengan apa yang barusan terjadi padanya.
Dan sinar cahaya berwarna kuning kembali menarik perhatian Lisa. Sampul buku tersebut yang awalnya kosong kini terlihat, menampilkan sebuah tulisan abstrak yang berjudul.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEILSTEAD KINGDOM
Fantasy[ Lalisa Manoban x 97l x Other ] Karena sebuah buku kitab tua yang dibawa oleh Lisa, mereka semua secara tak terduga di tarik masuk ke dalam sebuah portal dan terpental jauh ke wilayah Kerajaan yang bernama Veilstead. Sebuah kerajaan yang terselubun...