3. Veilstead Kingdom

763 143 8
                                    

MENEMUKAN sebuah gubuk tua, Minnie yang jadi orang pertama melihat gubuk tersebut langsung berbalik dan memberitahukannya kepada teman-temannya yang masih tertinggal jauh di belakang.

"Kita istirahat di sini dulu." Dia menarik tubuh Rosé yang sudah terlihat lelah, begitupun dirinya yang sudah tak sanggup untuk berjalan.

Mereka sedaritadi terus melangkah tanpa arah, melewati tiap semak belukar yang tinggi dan tumbuh secara lebat di antara pepohonan. Bahkan darah Dokyeom sempat dihisap oleh lintah ketika pemuda itu duduk di sebuah rerumputan karena kelelahan.

"Astaga badan gue!" Dokyeom langsung merebahkan tubuhnya di atas lantai gubuk yang masih berupa tanah liat. Minghao yang melihat temannya tersebut tepar hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kaki lo gimana kak? Masih sakit nggak?" Tanya Mark yang duduk di atas ranjang tua yang terbuat dari bambu. Disebelahnya ada Rosé serta Minnie yang saling menyenderkan tubuh mereka ke dinding kayu. Terlihat jika kedua gadis itu sangat kelelahan.

Hujan deras pun mulai turun membasahi bumi.

Untungnya mereka berhasil menemukan tempat untuk berteduh sebelum hujan benar-benar turun.

Mata Dokyeom masih terpejam di bawah sana, namun kepalanya terlihat mengangguk. Menggumam pelan seakan mengatakan 'ya.'

"Gue agak kaget pas lihat ukuran lintahnya segede kotak pensil." Pemuda dengan rambut coklat itu bergidik geli. Mengingat lintah berukuran besar yang sempat menghisap darah kaki Dokyeom membuat Mark benar-benar takut sekaligus geli.

Minghao yang sedaritadi berkeliling untuk melihat seisi gubuk itu mulai memusatkan atensinya ke arah Mark. Dia pun ikut duduk di sebelah pemuda itu; setelah menarik kursi kecil yang tersimpan di sana.

"Wilayah yang kita pijak sekarang benar-benar aneh." Minghao melirik Minnie, Rosé, serta Dokyeom yang memejamkan mata. Suara hujan yang turun terdengar jelas membentur permukaan atap gubuk yang berasal dari dedaunan.

"Semua hutan di sini dipenuhi dengan kabut asap hitam, kemudian banyak tanaman aneh yang bisa menelan seekor kera."

"Kakak serius?" Mark melotot tidak percaya.

Minghao mengangguk. "Gue bahkan sempet ngeliat sekumpulan serangga berukuran besar terbang di atas pepohonan. Lalu menelan setiap burung yang tinggal di sarangnya."

Mark benar-benar terkejut mendengar cerita Minghao.

"Gue rasa kita terpental ke sebuah wilayah kerajaan sihir hitam; seperti yang ada di novel-novel."

Wajah Mark berubah pucat.

"Terus kita harus gimana?" Nada Mark berubah lirih. Dia memikirkan keberadaan kakaknya dan juga teman-teman Minghao yang lain.

"Kita bahkan belum ketemu sama kak Lisa dan juga yang lain." Dia merundukkan kepalanya.

"Apakah kita berlima bisa bertahan di tempat yang seperti ini? Dan dapat bertemu dengan mereka?"

Minghao menepuk bahu Mark.

"Jangan khawatir. Kita pasti bisa menemukan mereka."

***

Lisa mencoba untuk menelpon adiknya melalui handphone miliknya yang tidak Lisa duga terbawa olehnya. Hujan sedang mengguyur dengan deras di luar sana. Lisa berdecak kesal ketika tidak dapat menghubungi nomor adiknya; karena jaringan sinyal yang tidak terdeteksi. Lisa menghela napasnya dengan kasar. Memikirkan keberadaan Mark yang sama sekali tidak Lisa ketahui.

"Lo sekarang lagi di mana dek?" Mata bulatnya memperhatikan setiap tetes hujan dari sebuah jendela yang terbuka di hadapannya. Lisa sekarang telah berada di dalam rumah Mingyu. Dan ternyata pemuda itu tinggal sendirian di rumah yang bisa dibilang adalah sebuah gubuk kecil.

VEILSTEAD KINGDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang