6. Dia?

3.9K 584 22
                                    

Setelah pertemuan sepihak itu, Rafa sering pergi ketaman itu. Butuh 20 menit untuk sampai kesana. Beruntungnya, taman tersebut dekat dengan sekolahnya.

Rafa jadi lebih sering meminta, entah pada Abangnya, Kenan, Emir maupun David dan Bobby hanya untuk ketaman membeli bakpao milik orang itu.

Seperti sekarang ini, dia mengajak David karena hanya pemuda itu yang luang. Menyeret David karena dia berjalan santai. "Cepat dong bang Dav. Nanti aku tidak kebagian bakpaonya!"

"Nanti bisa beli d tempat lain."

"Ga mau!"

David tetap memelankan langkah. Dia hanya merasa senang karena Joe 'Rafa' menarik dirinya. Lihat itu, tubuh kecil bocah didepannya kesulitan menyeret dirinya. "Sabar, Joe. Memangnya seenak apa bakpao itu?"

Rafa menyerah, dia melepas David dan berjalan disampingnya. "Enak banget bang. Bang Dav harus nyicip nanti, " Jawabnya mengangkat jempol.

Rafa tidak bohong, bakpao yang dia beli setiap hari dari orang itu rasanya pas, tidak begitu manis. Cocok untuk lidah Rafa. Dia jadi berpikir apakah bakpao itu buatan 'dia' atau orang lain.

Lagi pula... Bagaimana bisa 'Dia' berada di sekitarnya. Pikirannya meliar, jika saja 'Dia' ada disini. Apakah yang lain juga berada di dekatnya, disekitarnya, di ranahnya?!

"Nah itu bang! Orang yang pake kursi roda. Beli 5 ya bang!" Rafa segera menyuruh David membeli ketika ia sampai ditempat. Dia sudah tidak sabar untuk memakan bakpao yang sudah seminggu ini dia makan.

Rafa memang tidak membeli sendiri, rasanya.. Dia masih tidak sanggup untuk berada didekat 'dia'. Makanya, dia selalu membawa orang bersamanya. Memudahkan dia untuk membeli secara leluasa.

"Loh kamu ga ikut cil?" David heran. Jadi dia diseret hanya disuruh untuk beli bakpao. David kan gemas, dia mencubit pipi Rafa. "Kamu harus ikut!"

Rafa tentu menggeleng ribut. "Enggak bang, aku tunggu disini aja. Bang Dav aja yang kesana."

David heran, dia menatap penjual bakpao yang dimaksud bocah didepannya. "Udah, ikut aja. Biar dia tau kalau kamu sudah menjadi pelanggan tetap. Siapa tau kan nanti di kasih bakpao gratis!" Tanpa meminta persetujuan Rafa, David menyeret anak itu hingga berdiri tepat di depan 'Dia'

Orang yang sedang memangku nampan berisi bakpao. Lalu disamping nya terdapat sekeranjang bakpao yang sama.

"Bang, beli bakpao 5 ya?!" Ujar David.

"Baik dek!" jawab orang itu. Dia pun membungkus 5 bakpao, diimbuhi satu bakpao terakhir dan mengikat kresek lalu menyerahkannya ke David.

"Bang, Gue belinya lima, kenapa dikasih enam?"

Dia... Carlos Lesmana, tersenyum simpul. Memandang Rafa di dekat David. "Aku tau, kalau semingguan ini, adik disana membeli bakpaoku. Jumlahnya sama, dia selalu membeli lima. Jadi hari ini aku kasih bonus sebagai rasa terima kasih."

Tubuh Rafa tersentak ketika tatapan itu beradu dengannya. Orang yang dia temui, orang yang menjadi penyebab luka di hati, batin dan fisiknya. Dia, Carlos Lesmana. Pria yang sudah beranjak dewasa, berwajah lesu dengan senyuman lembut. Saudaranya dikehidupan keduanya.

Rafa sontak memegang kuat seragam bagian belakang David. David tentu sadar, "Joe, kenapa?" Dia ambil tangan kecil Rafa dan mengelusnya lembut.

Rafa menggeleng kuat, dia menetralisir detakan jantungnya. Keringat membasahi tubuh. Tetapi sebisa mungkin, Rafa tahan air matanya. Dia harus bisa, Rafa harus bisa berdamai dengan masa lalu.

Akan tetapi perasaa itu timbul. Resah dan ketakutan membludak di relung hatinya. Bagaimana jika dia kembali tersakiti. Bagaimana jika keluarganya sekarang akan bersikap sama seperti keluarga sebelumnya.

"Joe katakan pada abang, ada apa? Ada yang sakit? Haruskah kita ke rumah sakit sekarang?!" David khawatir. Dia menangkup wajah pucat Rafa.

Tetapi Rafa lepas, dia kembali menggeleng lemah. "Aku tidak apa-apa." Dia melirik Carlos yang juga menatap dirinya khawatir.

Namun tetap tidak bisa, nafasnya semakin memberat. Rafa merasa sesak. Air mata pun perlahan turun. Pelan tapi pasti,  dia sedikit mengingat kenangan masa lalunya. Masa kelamnya, masa dimana rasa sakit merupakan temanya.

Entah itu sebagai Rafandra Kusuma atau Kenzie Alsaki Lesmana.

"Carlos, ada apa?" Seseorang datang, Pria memakai setelan jas mahal, datang menghampiri mereka bertiga.

"Xavier, tolong lah adik ini. Sepertinya dia kesakitan, " Ujar Carlos. Dia meminta tolong pada temannya. Carlos merasa sangat khawatir. Wajah pucat anak didepannya seakan mengingatkan dirinya pada seseorang.

Xavier mengangguk, dia mencoba membantu dan mencoba mengangkat Rafa. Tetapi David lebih dulu mencegah. "Gue bisa mengangkatnya. Jadi tidak usah!"

"Tetapi temanmu sepertinya kesakitan. "

"Ga usah bang gue-" Belum sempat David berucap, Rafa lebih dulu tak sadarkan diri. "JOE!"

Mau tak mau David harus menerima pertolongan dari pria yang tak dikenal. Kini, Dia sedang berada didalam mobil pria tersebut duduk dibelakang memangku Rafa. Sementara didepan, penjual bakpao ikut serta dan mengobrol bersama sisupir

"Carlos, berhentilah bekerja disana. Aku bisa memberimu pekerjaan yang lebih layak."

Carlos menggeleng. "Tidak Xav, aku sudah nyaman dengan pekerjaanku." Apalagi, dia sudah banyak menyusahkan teman-temannya. Tidak ingin kembali menjadi beban atau benalu bagi mereka.

Xavier hanya bisa pasrah. Temannya selalu seperti itu. Selalu menolak tawaran apapun darinya maupun dari kedua temannya yang lain.

10 tahun terlewati setelah hari kelam itu. Temanya, Carlos berdiri sendiri, bangkit dari keterpurukan dengan usahanya sendiri. Ketika akan dibantu, pria di sebelahnya akan mengatakan hal sama.

David mengacuhkan obrolan keduanya. Dia lebih memilih menghubungi teman-temannya perihal keadaan Joe 'Rafa'. Tangannya bergerak mengelus rambut lepek Rafa. Karena anak itu berkeringat sangat banyak.

"Joe, sebenarnya kamu kenapa?" David bergumam. Sungguh dia sangat khawatir.






To be continued...

Happy End? - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang