15. Tawa Dan Luka

3.3K 468 9
                                    

Triple up di pagi hari.. ~

Tidak yakin.. Tapi tak ada salahnya menyiapkan tissue..


















Rafa tertawa keras didalam lari paginya. Sungguh, lucu sekali mengingat bagaimana Liodra dipermalukan. Gadis itu berwajah pucat pasi. Setelah dibungkam oleh Agatha, Jonathan yang tak terima langsung menyuruh pengawal menyeret Liodra keluar tanpa memperdulikan jika pakaian gadis itu basah.

Agatha tidak peduli akan Liodra, dia terlanjur malu karena sikap gadis itu. Setelah menuduh tidak jelas, anak dari adiknya tersebut juga membuat drama murahan. Dia jadi malu sendiri menganggap Liodra keponakan.

Entah kenapa mood Rafa bagus sekali. Dia tertawa sejak tadi. Bahkan untuk hal kecil yang biasanya tidak lucu, sekarang menjadi sangat lucu bagi Rafa. Padahal mood nya udah dua hari jelek. Tetapi sekarang, keterbalikannya.

Suaranya mendengar tawa bahagia seorang anak kecil. Rafa sontak menoleh. Awalanya dia terkejut, tetapi kemudian, dia tersenyum lembut. "Ternyata benar, abang sudah menikah dan punya anak?"

Suara itu berasal dari anak yang tertawa lepas bersama abangnya, Gala. Wanita yang telah diyakini Rafa sebagai pendamping Gala terlihat sangat cantik.

Ketika tatapannya bertemu dengan wanita itu, Rafa terkesiap dan segera berlari.

Hingga beneran menit kemudian dia memelankan langkah kakinya. Tiba-tiba dia merasakan sesak. Rafa memegang dadanya. "Ini lagi? Sebenarnya ada apa?" Rafa bingung pada dirinya sendiri. Mengapa dia harus merasakan perasaan tak menentu.

Dari kejauhan, Rafa melihat sebuah mobil melaju kencang. Rafa kenal mobil itu. Entah setan dari mana yang merasukinya. Rafa menghentikan mobil tersebut.

Abi, pemilik mobil pun berhenti. Menurunkan kaca mobil. "Ada apa?!" tanyanya berteriak dari dalam. Karena sungguh dia sedang terburu-buru.

Rafa ragu, tetapi dia meminta masuk kedalam mobil. "Joe, aku sedang tidak bisa mengantarmu kemana-mana. Jadi anak baik lalu keluar."

Rafa menggeleng. Dia memasang seatbelt dan mencengkram kuat. "A-aku ikut bang." Dia hanya menuruti insting nya.

Walau aneh, Abi tetap tancap gas. Dia sungguh dalam keadaan buruk. Kabar duka yang dia dengar tiba-tiba sungguh tidak bisa membuatnya berpikir jernih. Semoga saja apa yang dia dengar hanya sebuah kebohongan belaka.

Rafa perasaan nya kembali tak karuan. Tetapi, ia mencoba tenang. Tidak ada percakapan di dalam perjalanan. Mau Rafa atau Abi, keduanya benar-benar mengatupkan rapat-rapat bibir mereka.

Hingga mereka sampai pada sebuah rumah minimalis dengan pemandangan asri. Terdapat 2 mobil terparkir didepan rumah tersebut. Mendadak, jantung Rafa berdegup kencang.

Rafa melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari dalam mobil. Tanpa menunggu Abi, dia membawa langkahnya berlari cepat masuk kedalam. Didalam sepertinya sudah banyak orang.

Tanpa persetujuan siapapun, Rafa memasuki salah satu kamar yang menjadi pusat berkumpul beberapa orang. Rafa menyela masuk kedalam. Jantungnya seakan berhenti beberapa saat mengetahui apa yang terjadi.

Xavier yang melihat keberadaan pelanggan Carlos itu ingin bertanya.  Belum sempat dia bertanya, Xavier terkejut ketika dia 'Rafa' jatuh terduduk dengan lelehan air mata, menatap lutut tepat pada tubuh kaku temannya, Carlos.

Sekarang Rafa tau alasan mengapa perasaannya gundah.

Rafa berdiri walau lututnya seperti jelly. Tristan membantu saat Rafa ingin mendekat pada ranjang. Mereka yang ada disana tidak ada yang tau hubungan apa yang keduanya miliki.

Happy End? - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang