3.Drama Pulang Sekolah

4.9K 638 43
                                    




Para murid dikelas berbondong-bondong keluar kelas untuk mengisi perut. Rafa dan Farel pun sama. Bedanya mereka sedang mengemasi alat tulis mereka. 

"Joe, kamu tidak kekantin? sekalian antar aku yuk," ajak Farel. Dia menarik lengan Rafa. Tetapi Rafa dengan cepat menarik kembali lengannya.

"Tunggu sebentar lagi." 

Farel bingung, dia menatap seluruh kelas, sudah kosong. "Apa yang kamu tunggu. Oh, apa kamu membawa bekal?" 

Rafa menggeleng malas. "Aku menunggu abang." 

"Untuk apa kita menunggunya? Ayo cepat kita bisa ketemuan di kantin. Nanti kalo kita telat pasti tidak akan menemukan tempat. Jam istirahat pun pasti akan cepat berakhir," cerocos Farel panjang lebar. 

Rafa tetap tak bergeming, dia tak ingin mendapatkan masalah. Abang 'Joe' dan orang sekitarnya posesif. Dia berdekatan dengan Farel pun pasti akan membawa masalah untuknya. 

Farel pasrah, dia pun kembali duduk. "Apa anak orang kaya selalu seperti ini? ke kantin pun harus saling tunggu?" 

"Tidak juga." 

"Lalu kenapa kita menunggu?" Farel bertanya dengan tidak sabar. "Kelas pun kosong hanya tersisa kita Joe." 

Rafa menjawab pertanyaan Farel seadanya. Tebakannya benar, Farel merupakan manusia kepo. 

Segerombolan abangnya datang, Rafa berdiri, Farel pun juga sigap berdiri. Dia menatap keara pintu dimana terdapat 5 pemuda yang menunggu dipintu. 

"Apa dia abangmu, tapi yang mana?" 

Menghiraukan ucapan Farel, Rafa berjalan mendekati kelima orang itu. 

"Menunggu lama?" Tanya Emir. Dia mengusak rambut Rafa. 

Rafa mengangguk. "Sedikit lebih lama dari biasanya." 

"Maaf, tadi ada sedikit masalah," jawab Emir sembari melirik David tajam. Yang dilirik hanya cengengesan. 

"Pelajarannya?" 

"Aku bisa mengatasinya." 

Kenan mengangguk puas, dia menepuk kepala Rafa dua kali. 

Sedangkan mata tajam Bian, tidak lepas dari Farel. Pemuda yang menyaksikan interaksi Rafa dengan para kawan abangnya. Tidak menyadari jika Bian memerhatikannya. 

"Siapa dia?" tanya Bian datar. 

Pandangan mereka berlima pun beralih pada sosok Farel. Rafa pun berbalik untuk mengikuti arah pandang mereka. "Dia Farel." 

Farel yang mendapat beberapa tatapan pun mengenalkan diri. " Aku Farel bang. Siswa baru sekaligus teman Joe," ujarnya tenang tanpa menyadari atmostfer telah berubah. 

"Abang, aku sudah lapar. Jika abang masih mengurusi hal lain, aku akan pergi lebih dulu." Rafa memperingati sebelum ketiga titan mengeluarkan ultimate nya. 

Bian, Kenan dan Emir mendengus pelan. David menganggandeng tangan Rafa untuk dia bawa keluar menuju kantin diiikuti ketiga kulkas dibelakangnya

Sementara Bobby dia menatap Farel. "Lo mau kekantin ga? malah bengong," ujarnya dan melangkah mengejar kawannya. 

Farel pun juga berlari mengejar. Dia hanya merasa aneh dengan interaksi teman sebangkunya bersama orang yang dikatakan abang. Dalam benaknya dia berpikir apakah orang kaya memang terbiasa skinship? 

"Bang, memang kalian semua abangnya Joe?" Farel bertanya pada Bobby. Karena Bobby yang terlihat bisa diajak bicara. Apalagi dia berjalan beriringan dengan Bobby. 

"Tidak. Lo lihat pria di samping kanan Joe?" Bobby menunjuk kearah Bian. "Dia Bian, dia abang kandung Joe." 

Farel pun mengikuti arah pandang Bobby kemudian beroh ria. "Tetapi kenapa semuanya terlihat seperti abang Joe? kalian juga perhatian padanya." 

Bobby terkekeh pelan. "Iyalah, Joe adik kami."

Farel mengerling heran. "Katanya bang Bian abangnya Joe. Kok kalian semua ngakuin Joe adik kalian?" 

Bobby mengernyitkan alis. "Emang harus sedarah yang mengharuskan kita memiliki ikatan sleperti itu?" 

Farel terlihat berpikir. "Enggak sih cuma aneh aja. Apakah semua orang kaya seperti ini?" Dia bergumam. Memegang dagu merasa penasaran. Ini pertama kalinya dia sekolahh ditempat elit. Jadi belum terbiasa bahkan belum pernah melihat yang seperti dia lihat sekarang.

Mata Farel membola ketika melihat Kenan mengecup pipi Rafa. David pun mencubit pipi teman sebangkunya itu. Bian terlihat tidak terima dan menjauhkan tangan David, kemudian memeluk Rafa begitu posesif. 

"Serius ... apa kalian homo?"



***


"Kami pulang dulu Bian, Joe." David pamit lebih dahulu bersama Bobby menggunakan motor. Mereka melaju meninggalkan area sekolah. 

"Hati-hati dijalan," ujar Kenan. Dia sudah stay didalam lambo yang dikendarai Emir. Mengucapkan hati-hati kepada Bian maupun Rafa. 

"Ya." 

"Kalian juga hati-hati ya," kata Rafa dihadiahi senyuman oleh Kenan. 

Mereka pun mengangguk dan pergi. 

"Ayo, kita pulang." 

"Uhm." 

Mereka beranjak untuk masuk kedalam mobil, tetapi celetuk Farel lagi-lagi membuat Rafa sontak berhenti. "Wah, baru pertama kalinya aku lihat mobil mewah. Teman-teman kamu orang kaya semua ya Joe," kagum Farel. Dia lebih mendekat kearah Joe.

"Bahkan mobil kamu tak kalah bagus. Enak banget keknya jadi orang kaya."

Rafa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ya, dipikir-pikir. Meski hidupnya selalu menyedihkan, dia selalu serba ada. Hidupnya dipenuhi dan dilimpahi kekayaan. 

Sikap katrok Farel ini pun membuat Rafa sadar dan bersyukur lebih banyak. 

Bian segera memutar balik, membuka pintu pintu mobil dan segera memasukkan adiknya. Tetapi lagi-lagi pergerakannya terhenti karena Bellona yang tiba-tiba datang. 

"Apa-apaan lo Bian. Adik manis gue bel pamit ke gue," ujarnya sembari menarik tangan Rafa pelan.

"Aaa Joe, kenapa lo makin gemesin sih!" seru Bellona menggesekkan hidungnya dengan hidung Rafa. 

Wajah Bellona dijauhkan dari wajah Rafa. Bian menatap tajam mantan pacarnya itu. "Ck apaan si sok dingin ini," sebal gadis itu. 

"Btw orang katrok ini kan murid barunya?" ujar Dewi berdiri disebelah Farel. 

Farel menunduk malu, bukan karena ucapan Dewi. Melainkan paras dari ketiga gadis itu. Sungguh bukan hanya mereka, tetapi sepertinya seluruh gadis di sekolah cantik. Meteka juga kaya raya. Dia yang masuk jalur beasiswa sangat kagum sekaligus iri.

Sebenarnya, Farel masuk sekolah apa. 







To be continued...

Happy End? - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang