"Ayah!! Ayah tau!! Aku bukan Joe loh!" pekik Rafa lalu tertawa. Dia berada di pelukan Jonathan. Berceloteh dan berkata jika dirinya bukanlah Joe. "Aku itu Rafa, terus jadi Kenzie sekarang jadi Joe hehe horee!"
Jonathan tak membiarkan putranya lepas barang sedetik pun. Jika dia lepas, putranya akan berlarian kesana kemari tanpa melihat arah. Jonathan dibuat mati rasa ketika putranya ini mau meloncat dari tangga.
Kemarin, yang seharusnya sang putra datang lari pagi, putranya datang dengan pakaian serba hitam di tengah hari. Senyuman yang megembang tetapi berhasil membuatnya kacau.
Putranya mengatakan jika baru saja datang melayat. Putranya datang ke pemakaman siapa? Kenapa putranya seolah kehilangan jati diri. Air matanya jatuh tetes demi tetes. Jonathan tidak sanggup membawa putranya ke dokter.
Dia takut menerima fakta yak mengenakkan lagi tentang putranya. Putra sulungnya dia kurung didalam kamar lantaran mengamuk melihat kondisi adiknya. Sementara sang istri harus berada dirumah sakit karena pingsan akibat tekanan darah naik mengetahui kondisi Rafa.
Jonathan tidak mengerti mengapa keadaaan keluarganya menjadi kacau dalam setengah hari?
Rafa bersandar pada dada bidang Jonathan. "Ayah, hidup itu sederhana. Hanya saja, manusia menjalaninya dengan sangat rumit."
"Manusia juga tidak akan pernah mengerti jika tidak merasakannya sendiri. Mereka hidup egois untuk diri sendiri."
"Pada akhirnya, mereka akan mejadi bodoh dan menyesal kemudian hari. Seperti aku... Menjilat ludah sendiri, menyepelekan sumpah, kurang ajar, apalagi ya?" Rafa menghitung kesalahannya seakan menghitung penambahan. Jonathan semakin mendekap erat Rafa.
"Ayah, aku bahagia sekali. Aku bahagia bersama keluarga ini." Rafa mendongak menatap Jonathan yang juga menatapnya dengan tatapan penuh kesakitan.
"Ayah, Rafa bukan Joe."
Jonathan tak kuasa menahan tangis. "Sayang, siapapun kamu. Ayah menyayangimu. Kamu sudah menghabiskan waktu yang lama bersama ayah." Benar, semisal yang dikatakan putranya benar. Dia tidak masalah sama sekali. Karena terkadang, Tuhan memberikan kejutan hebat pada setiap manusia yang sama sekali tidak bisa ditebak.
"Hehee.. Ayah hebat sekali. Rafa sayang ayah. Ayah sayang Rafa kan? Rafa sayang ayah sebesar ini!" Rafa membuka lebar tangannya, mengukur kasih sayangnya pada Jonathan.
"Ayah jangan tinggalin Rafa yah. Rafa sayang ayah."
"Ayah, Rafa juga sayang ibu. Rafa juga sayang abang."
"Ayah, Rafa tidak punya siapapun kecuali ayah ibu dan abang."
"Jangan tinggalkan Rafa sendirian. Rafa takut. Jangan tinggalin Rafa."
"Ayah!!"
"Nyatanya, kamu ninggalin ayah duluan Rafa. Kamu pergi bersama Joe didalamnya." Jonathan terluka. Dia memeluk nisan putranya. Dengan nama nama milik putra tengahnya, dan jiwa Rafa yang sudah dia anggap seperti anak bungsunya.
Rafa meninggal karena menusuk dadanya sendiri dengan pisau. Karena Rafa, kehilangan kewarasan. Dia menjadi gila. Selalu berceloteh setiap hari, tidak bisa diam dan melakukan hal-hal berbahaya berakhir kehilangan nyawa.
"Hikss.. Kamu berbohong. Padahal kamu sudah berjanji untuk selalu bersama ayah. Kamu mengatakan menyayangi ayah, tapi kamu tega ninggalin ayah."
Mengapa?
Apakah ada yang salah?
Dia akan menjadi yang lebih baik. Tidak akan pernah menyepelekan perasaan manusia.
Tetapi tidak bisakah putranya di kembalikan?
"Ayah harus terus mengurung abang kamu. Keadaannya makin parah karena dia tak ingin makan jika itu bukan dirimu." Jonathan menangis tersedu. "Kembali nak.. Kembali lah, mau ngomong apa Ayah ke abang kamu."
"Ibumu juga enggan keluar kamar. Boy, mau itu putraku Joe atau kamu Rafa. Kalian sama-sama putra ayah." Jonathan tidak tau Tuhan menghukum segala perlakuan buruknya dengan takdir semenyeramkan ini.
"Jadi ayo kembali. " Jonathan mengeruk tanah kuburan Rafa. Beberapa setelahnya kembali merapikan. Pria itu menangis frustasi. Putranya, putraya yang dia jaga meninggalkan dia.
Kesombongan nya terhantam kekuasan Takdir Tuhan.
Tak pernah ada dalam benak Jonathan jika ia aan ditinggalkan.
"Ayah berharap, jika ada kehidupan setelah kematian. Ayah harap, kita bisa menjadi keluarga kembali. Dengan ayah, ibu, abang Bian, Abang Joe, sama bungsu kesayangan kita, Rafa." Jonathan mengecup nisan Rafa lama.
"Ayah pergi dulu ya. Ayah janji, ayah kesini bersama ibu dan abangmu."
Jonathan berdiri dan beranjak pergi. Langit begitu cerah, seolah mengantarkan Rafa dengan sangat ceria. Burung berkicau bernyanyi dengan sangat merdu. Angin sepoi kesukaan Rafa menggoyangkan pepohonan yang juga menjadi favoritnya.
Disni.. Akhir dari kisah Rafa.
Manusia berencana tapi Tuhan berkehendak.
Ketika manusia memiliki dendam, dia harus siap menerima resiko.
Tuhan juga bisa menjungkirbalikkan keadaan. Hari ini kau sedih, bisa saja nanti kamu bahagia. Jika besok kamu miskin, siapa tau lusa kamu kaya.
Seperti kehidupan Rafa, yang mulanya sedih dan kecewa berakhir bahagia, namun pada akhirnya dia tak tenang karena memendam dendam begitu lama.
Setiap manusia bersalah pasti akan menerima karma.
THE END!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy End? - END
Teen FictionDi kehidupan ketiganya ... Rafa mulai tenang. Secercah harapan hadir ketika keharmonisan keluarga memeluk erat tubuh dinginnya. Kali ini ... Rafa memilih sedikit egois. Rafa suka kehidupan ketiganya. Bersama keluarga Caesar yang amat menyayanginya...