Mampir Dulu (01)

158 20 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekalipun cerita ini udah tamat nantinya, tolong tetap tinggalkan komentar, kritik atau saran, atau kesan kalian selama membaca cerita ini, terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekalipun cerita ini udah tamat nantinya, tolong tetap tinggalkan komentar, kritik atau saran, atau kesan kalian selama membaca cerita ini, terima kasih.

***



Laju motor itu nampak terhenti di pinggiran jalan, dengan keramaian dari orang-orang yang berlalu lalang ke sana ke mari serta motor lainnya yang terparkir dengan tuannya yang entah ke mana, wanita paruh baya yang berada di jok belakang menepuk bahu sang anak, membuat lelaki berambut putih dengan tinggi tubuhnya yang tidak biasa itu menoleh.

"Di sini kan, Ma?"

"Iya, di sini." Jawab Ayaka, segera turun dari motor, lantas menoleh pada anaknya yang kini memarkirkan motornya di tempat lebih baik. Ayaka melangkah lebih dulu, memasuki bagian depan pasar Kotagede, dan Satoru, mengikuti dari belakang dengan lebar miliknya.

"Ada banyak toko emas, ma, yang mama maksud yang mana?"  Mata Satoru mengedar, memerhatikan keadaan sekitar pasar kotagede sementara teriknya mentari diperjalanan tadi membuatnya agak haus.

"Itu, yang di sana tapi belum buka."  memperhatikan jam di tangannya dengan raut kesal, Ayaka menghela nafas karena seharusnya toko emas langganananya sudah buka, dan ini sudah memasuki waktu sore.

"Kita tunggu dulu atau gimana? Mau pulang juga nanggung." Satoru melirik Ayaka, matanya juga bergerak memerhatikan semua orang yang yang kebanyakan lebih pendek darinya, menguat satoru terlihat seperti tiang di antara yang lain, dan terkadang itu membuatnya agak terganggu.

Ayaka yang juga berpikir demikian mencolek tangan Satoru, menunjuk stand susu sapi di depan jalan pasar sebelum ibu dan anak itu mendekat, Satoru yang tinggi nampak menunduk terlebih dahulu, dan meraih dua kursi plastik yang disediakan, satu untuk dirinya dan satu ia serahkan pada Ayaka.

"Mama lihat yang jual, gak sih? Kok gak ada orangnya?" Ia bertanya agak tidak sabaran, sudah cukup haus dan ingin menegak apapun selagi bisa menghilangkan dahaganya.

"Lagi salat mas, tuh ada tulisannya."

Satoru mengangguk mengerti, lantas mengeluarkan smartphonen dan memotret keadaan sekitar, ia mengarahkan kamera pada meja di mana susu sapinya berada tapi, malah tidak sengaja memotret wanita yang baru saja muncul dan memberi ia dan mamanya senyuman, Satoru buru-buru menaruh smartphonennya di saku celana, agak terkejut.

(Bukan) Tempat Singgah Local AU ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang