chapter forty-eight

767 61 17
                                    

Tandai typo

Happy reading 💫

______________________________________________

Setelah selesai dengan kegiatannya, Xavier segera menghampiri Ella yang sedang memakan sebuah kue yang entah dapat dari mana.

"Udah selesai babe." Ujarnya sambil mendekat.

"Ih...,vier kau bau amis. Sana pergi mandi." Serunya sambil menutup hidungnya.

"Kau juga bau amis. Yah kalau lupa." Kata Danu yang mendapat pelototan tajam dari segala sisi.

"Hehe. Sorry!." Ucapnya sambil menunjukan cengiran lebar.

"Yasudalah Ella mandi saja." Ucapnya sambil berlalu pergi.

"Tunggu babe, kita mandi bareng." Seru Xavier sambil berlari mengejar Ella.

"Bajingan ini!." Umpat Cakra kesal.

"Tuan kita apakan mayatnya?." Tanya anak buah Xavier kepada Cakra yang berniat pergi.

"Terserah." Jawabnya. Setelah itu pergi untuk menyusul Xavier diikuti oleh yang lain.

"Huh, kaya cewek aja pakai kata terserah," gumamnya dengan lirih, kalau sampai terdengar oleh teman atasannya itu. Bisa kena marah dia.

****

"Nyonya. Anak buah kita yang selalu mengawasi Raqilla mengatakan kalau gadis itu telah diculik." Kata salah satu anak buah si wanita misterius.

"Apa?. Bagaimana mungkin gadis bodoh sepertinya diculik." Marahnya sambil menatap tajam bawahannya.

"Tapi, yasudah lah. Aku juga tak membutuhkan gadis bodoh seperti itu." Ucapnya acuh tak acuh.

"Bagaimana?. Apakah kau sudah mencari tahu siapa gadis itu?." Sambungnya bertanya kepada anak buahnya itu.

"Sudah nyonya, gadis itu bernama Bella rechellia. Pindahan dari Korea." Sahutnya memberikan informasi yang ia dapatkan dari hasil penyelidikan.

"Kau yakin?." Tanya wanita itu sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa dan menaikkan salah satu kakinya keatas meja ruang tamu.

"Yakin nyonya. Saya sudah menyelidikinya."

"Hm, pergilah!." Usirnya sambil mengibaskan tangannya. Setelah itu sang bawahan pergi meninggal wanita itu sendirian di tempat itu

****

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, Ella pun tiba di mansion miliknya. Mansion itu masih sama seperti sebelumnya. Tak banyak yang berubah.

Mobil mereka berhenti tepat di depan pagar besar mansion kediaman Wijaya.

Seorang penjaga terlihat menghampiri mereka dan bertanya.

"Maaf, apakah ada yang bisa saya bantu?." Tanyanya sopan.

"Kami ingin bertemu tuan Wijaya!." Ungkap Xavier dengan nada datar.

"Apakah anda sudah membuat janji tuan?." Tanya sang penjaga sekali. Ia sudah mengenal Xavier. Tetapi ia tak bisa membiarkan sembarangan orang untuk masuk.

"Belum, tetapi__." Ucapan Xavier terpotong oleh suara Ella yang ketus.

"Halah, jangan banyak bacot! Cepat buka gerbanya! Atau saya akan menyuruh papa saya untuk memecat anda." Sentak Ella yang tiba-tiba muncul di samping Xavier yang membuat semua orang mengelus dada, entah apa yang membuat Ella menjadi tak manis lagi, atau ini memang sifat aslinya.

"Mohon maaf anda siapa yang nona?." Tanya satpam itu mencoba sabar. Ia tak mengenali Ella kerena dari segi penampilan sudah berubah dan sikapnya pun tak selembut dulu.

"Heh, bapak ini gak kenal saya hah?. Coba tatap muka saya dengan benar." Katanya sambil menunjuk dan memajukan wajahnya yang membuat ia terlihat menggemaskan di mata semua orang.

"Muka anda___ohh, bukanya anda nona Ella." Serunya setelah dapat mengenali wajah Ella.

"Ck...dari tadi kek." Ketusnya sambil kembali duduk dengan tanang dan kalem.

"Buka!." Pinta Cakra datar.

"Ah iya tuan." Setelah pinta terbuka, mobil milik mereka melaju masuk ke dalam gerbang dan sampai di depan mansion mewah. Ella keluar dari mobil milik Xavier diikuti oleh yang lainnya dengan membawa  mobil masing-masing hanya Ella yang numpang.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Ella menerobos masuk kedalam mansion dan menemukan keadaan di dalam mansion yang sepi seperti tak ada penghuninya.

"Eh bi, Dimana papa?." Tanya Ella kepada salah satu pelayan tua yang ada di mansionnya.

"Non Ella, ini benaran non." Ucap nya sambil menatap Ella dengan intens. Ia tak menyangka nona mudanya yang telah lama hilang, kini telah kembali lagi dengan keadaan sehat dan baik-baik saja.

"Iya bi, papa dimana yah?." Tanyanya sekali  lagi.

"Oh tuan?, tuan sedang ada di ruang kerjanya non." Sahutnya sopan.

"Oh kalau gitu Ella mau ketemu papa dulu yah bi." Pamitnya, dan berlalu pergi dari sana menuju lantai dua dan jangan luapan para buntut Ella yang senantiasa selalu mengikuti.

Tok...tok

"Masuk."

Suara pintu terbuka tak mengalihkan atensi pria paruh baya yang terlihat masih tampan dan gagah itu. Saat ini fokus masih tertuju kearah berkas miliknya. Ia mengira yang datang ke ruangannya adalah asistennya.

Mario yang sedang fokus pada layar komputer miliknya tak menyadari bahwa seseorang yang masuk ke ruangannya itu mendekat dan tiba-tiba memeluk dari samping dengan erat.

"Lancang." Bentak nya dengan suara keras dan mencoba menyentak tangan lembut itu. Membuat gadis cantik yang baru saja memeluknya menjadi takut dan segara melepaskan pelukannya.

Mario segera menoleh untuk melihat siapa yang berani menyentuhnya. Namun, ia membeku di tempatnya saat melihat wajah seseorang yang sangat ia rindukan.

"S-sayang?." Panggilnya dengan gugup. Dan mencoba mendekati Ella. Tetapi gadis itu malah melangkah mundur dengan mata berkaca-kaca. Hebat sekali aktingnya.

"Sayang, apakah benar ini adalah kamu?." Tanya Mario seakan tidak percaya. Selama ini ia telah mengarahkan seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Ella. Namun sampai saat ini belum membuahkan hasil, gadis itu hilang bak ditelan bumi seperti ada yang menyembunyikannya.

Tetapi, entah keajaiban apa yang datang. Gadis itu segera yang datang.

Ella masih diam. Ia kesal karena dibentak oleh ayahnya itu. Ia ingin memberi pelajaran pada ayahnya.

"Ada apa?." Tanya Cakra yang baru saja tiba bersama yang lainnya, mereka terkejut melihat wajah Ella yang seperti sedang menahan berak.

"Maafkan papa sayang." Kata Mario setelah berhasil mendekati Ella dan mendekap tubuh putrinya itu. Baru saja ketemu anaknya yang hilang, eh hilang lagi. Untungnya Ella cuma hilang dua tahun itu pun sangat lama menurut mereka.

Ella masih diam tak menjawab. Namum tak dapat dipungkiri, ia juga merindukan seseorang yang sekarang menjadi ayahnya sosok yang sangat ia rindukan. Dulu sebelum transmigrasi, Joy hanyalah anak yatim-piatu. Tetepi setelah menemukan sosok seorang ayah di dunia ini walaupun bukan ayah kandungnya, Joy tetap senang dan bahagia.

Ia membalas pelukan hangat Mario, saat sedang asik melepas rindu, Mario dengan masih memeluk Ella, ia menatap tajam semua orang yang ada di ruangannya, ia yakin mereka semua sudah tahu bahwa putrinya telah kembali.

Enak saja mereka ini tak memberi tahunya tentang masalah ini, gak dia kasih restu mampus mereka semua.

Setelah itu mereka menuju ke ruang keluarga untuk berbincang dan melepaskan rindu kerena sudah lama tak bertemu.

______________________________________________

Bersambung.....

See you in the next chapter all✨

novel transmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang