BAB 2 (Sahabat)

460 60 10
                                    

Seperti rutinitas pagi Bible selama ini, ia akan membangun kan si kecil Biva untuk bersiap ke sekolah. Umur Biva memang belum genap 4 tahun saat memasuki sekolah itu. Namun, hal itu tidak menghalangi si kecil untuk mengenal belajar dan juga menikmati masa kecil nya di taman kanak kanak. Bible awal nya ragu menyekolahkan Biva yang terbilang sangat kecil untuk memasuki sekolah.

Tapi dengan ke gigihan dan rasa senang nya Biva saat di tanya tenang sekolah, membuat Bible mengiakan ke inginan putra semata wayang nya itu. Alih alih di day care, Biva memilih untuk masuk taman kanak kanak dari pada disana. Ia berkata bahwa jika di day care Biva tidak belajar tapi hanya bermain, jika di taman kanak kanak, ia Bisa belajar dan juga punya banyak teman dan memiliki ibu guru. Maka dari itu Bible tidak bisa membantah ke inginan tersebut.

Saat memasuki sekolah, Bible pikir anak nya akan menangis atau malah tidak ingin di tingal sama sekali, tapi ternyata anak itu malah dengan mudah nya berkenalan dengan teman teman nya dan langsung mendapat kan teman. Bahkan si kecil Biva mengusir ayah nya untuk pergi bekerja saja di banding menunggu nya sampai selesai hari itu. Bible yang mendapat perlakuan seperti seperti itu hanya menghela nafas pasrah. Tampak nya Biva lebih baik dalam bersosiliasasi di banding diri nya saat kecil.

Bible agak intorvet saat kecil, bahkan bisa di bilang sampai sekarang dirinya masih seperti itu.

"No, Biva ingin pakai bus!"

Bible mengangguk sebagai jawaban dari keinginan Biva. "Iya, nanti berangkat sekolah pakai bus." Mendengar kenginan nya terpenuhi, Biva pun memasang baju sekolah nya lalu mencoba untuk mengancingkan pakaian nya.

"Sudah."

Bible menoleh menatap ke samping dan ia ingin sekali tertawa melihat kelakuan Biva. "Kenapa jadi seperti itu? Salah memasang kancing nya seperti itu, son."

Biva menundukan kepala nya lalu tangan nya menyentuh baju yang sudah tertutup dengan benar. "Tidak seperti ini ya?" Bible tersenyum lalu mendekat ke arah Biva. Ia pun melepaskan seluruh kancing baju Biva kemudian mensejajarka baju putra nya agak kancing tersebut terpasang dengan benar.

"Coba ulangi lagi, pasang kancing nya dengan benar. Masukkan kancing nya kedalam lubang yang sejajar dari lubang baju Biva."

Biva mengerjapkan mata nya bingung lalu memiringkan kepala nya sejenak memikirkan apa yang ayah nya katakan. Tangan gempal itu menyentuh kancing baju nya lalu membawa untuk memasuki lubang kecil disana.

"Seperti ini tidak, dad?"

Bible tersenyum lalu mengangguk. "Good job." Biva yang mendengar pujian dari ayah nya tersenyum senang lalu mengulangi hal yang ia lakukan tadi.

Bible membantu menyisir rambut Biva dan memakaikan sepatu untuk putra nya. Tepat setelah semua nya selesai dan si kecil Biva sudah memakan sarapan nya, bus yang memang di sediakan untuk menjemput para murid pun datang.

Dengan kecerian dan kebahagian yang Biva pancarkan di depan nya membuat Bible selalu merasa bahagia dan bersyukur putra nya tumbuh dengan baik.

"Ingat apa yang selalu daddy katakan pada Biva?" Si kecil itu pun mengangguk lalu memeluk ayah nya.

"Ingat sekali, Biva tidak boleh nakal
dan harus selalu patuh pada ibu guru agar pintar, tidak boleh bertengkar dengan teman dan harus menjadi anak baik."

Bible tersenyum lalu mengusap rambut putra nya. "Pintar sekali." Biva melepaskan pelukan nya lalu berbalik menghadap seorang wanita yang mereka kenal sebagai ibu guru. Biva melambaikan tangan nya ke arah Bible untuk berpamitan.

"Dadah daddy, Biva sayang sekali dengan daddy. Sampai jumpa."

Bible mengangguk sebagai jawaban dan ikut melambaikan tangan nya membalas lambayan Biva. Anak nya itu memasuki bus dan berangkat untuk kesekolah dengan teman teman nya.

Beautiful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang