Gista termenung membaca pesan Rayhan. Hatinya kecewa dan sakit. Memang benar kata seorang kakaknya, jangan jatuh cinta sebelum nikah, kamu harus siap sakit hati. Barangkali Allah menghukumnya karena terlampau menikmati fisik Rayhan. Mungkin juga Allah sedang menunjukkan pada Gista, kuasaNya. Sebaik-baiknya remcana manusia, tetap Allah yang terbaik dalam mengatur.
Ya Allah, jika Mas Ikhsan adalah jodohku, tolong hapus perasaanku pada Raihan...
Gista menghela nafas panjang. Berusaha menguatkan hatinya yang dilanda gundah dan kecewa. Memang benar, berharap pada manusia itu rentan kecewa. Gista membalas pesan Rayhan, mengucapkan terimakasih sudah mau silahturami, lalu mendoakan Rayhan agar dapat istri sholehah.
***
Tadi pagi Rayhan memberitahu Ibunya bahwa ia tidak melanjutkan proses dengan Gista. Rayhan pikir Ibunya akan berteriak bahagia, dia salah. Ibunya justru menangis sedih. Tetesan air mata meluncur dengan cepat.
"Maafkan Ibu Nak, menghalangi kebahagiaanmu.
Rayhan membawa Yati dalam pelukan. Mencoba menyalurkan ketenangan, berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia baik-baik saja. Tidak ingin terlihat marah atau sedih atas batalnya rencana bersama Gista.
"Mungkin jodoh Rayhan ada di Magelang, sesuai doa Ibu."jawabnya menghibur sang Ibu.
***
Ternyata menghilangkan wajah ayu Gista tidak semudah yang dipikirkan Rayhan. Beberapa kali teman kantornya menegur karena melamun. Bayangan indah pernikahan dengan Gista sulit menghilang.
Astaghfirullah...mengapa bayangan Gista selalu muncul. Mungkin aku harus ikhtiar cari yang lain.
Tapi Rayhan berfikir siapa wanita lain itu?
Rayhan tidak pernah dekat dengan wanita, bahkan dengan sepupu wanita baik dari pihak Ibu maupun Ayah, Rayhan menjaga jarak.
"Cie ... pengantin baru. Auranya beda banget emang. Piye rasane, Geng?" Celetuk salah satu karyawan menggoba Sugeng yang baru saja menikah. Rayhan sedikit ingat, dia yang interview laki-laji itu.
Rayhan melihat sugeng, anak buahnya, masuk ke kantin dengan senyum sumringah. Aura kebahagiaan terpancar jelas. Ada rasa bangga karena temannya menggoda dengan label pengantin baru. Sugeng tersipu.
"Sekarang apa-apa ga siapin sendiri, bro. Ada yang siapin, masakin, temenin bobok--"
"Nah, itu yang paling di nanti yo, geng?"
"Oh ya jelas dong, itu intinya."
Rayhan dapat mendengar dengan jelas karena tempatnya makan hanya selisih satu meja dengan anak buahnya.
Kayaknya aku harus cepet cari pengganti Gista...
"Han, Pak Irfan kok udah ga pernah kunjungan kesini lagi ya?"tanya Faris, teman satu angkatan dulu waktu pertama masuk kerja. Hanya dia satu-satunya teman dekatnya saat ini.
Rayhan mengangguk.
"Udah hampir setahun ga kesini, Ris. Ga pernah hubungin aku juga."
Padahal kadang nengok Aisha kesini...
Rayhan juga heran, Irfan tidak bisa dihubungi. Dia seperti menghilangkan jejak. Namun Irfan masih mengirim uang bulanan Aisha.
"Kamu...kayak kenal dekat sama Pak Irfan?"
Tidak ada yang tau Aisha adalah keponakan Irfan, termasuk Faris. Faris hanya tau jika Aisha adalah anak yang di titipkan majikan Ibunya.
"Pak Irfan 'kan satu kampus sama aku di Jakarta."jawab Rayhan.
Kini pikiran Rayhan berkelana memikirkan Aisha. Irfan hampir satu tahun tidak menemui Aisha. Nomer Hpnya tidak bisa dihubungi. Tidak ada anggota keluarga Aisha yang Rayhan bisa hubungi. Bagaimana nasib Aisha kedepan?
Sementara Yati sudah terlanjur sayang dengan Aisha. Ibunya bilang, Aisha seperti anak sendiri.
"Aisha itu sangat peka sama Ibu. Kalau Ibu diam, Aisha akan tanya. Kalau Ibu marah, Aisha cepat-cepat minta maaf. Padahal Desi, harus Ibu sindir dulu baru minta maaf. Aisha itu sekarang ga banyak ngeluh ini itu. Pulang sekolah paling ontime. Tidak pernah keluar rumah kalau ndak mendesak. Ada anak SMP desa sebelah yang suka Aisha, tapi Aisha acuh ga nanggepin. Kdang manja ke Ibu kayak anak sendiri."
Pernah Rayhan mencoba membujuk ibunya agar Aisha dipulangkan ke Jakarta saja, namun ibunya enggan melepas Aisha.
"Kasian kalau di Jakarta dijahatin orang, Han. Kasian kalau keluarganya ga peduli. Mending disini saja. Ibu udah kadung sayang kayak anak kandung Ibu."
Sejak itu Rayhan tidak pernah mencoba memulangkan Aisha.
***
Aisha memasuki usia baligh membuat Yati gelisah. Rayhan bukan mahram Aisha, otomatis penjagaan Yati semakin ketat. Namun Yati harus mengambil keputusan, salah satu dari mereka harus keluar dari rumah. Bukan Yati tidak sayang. Hanya saja Yati mengantisipasi terjadi hal yang tidak diinginkan. Maka Yati menyuruh Rayhan Kost tidak jauh dari rumah. Jadi jika ada suatu hal, Rayhan bisa cepat pulang ke rumah.
Kabar Rayhan yang sekarang kost ternyata membuat omongan tetangga. Kabar tidak sedap didengar Yati.
"Ternyata Rayhan ga nikah-nikah karena ada hubungan sama Aisha. Makanya Rayhan sekarang kost."
"Jangan-jangan Aisha itu anak Rayhan sama majikannya di Jakarta. Makanya sekarang Yati kaya."
"Orang paham agama kok berbuat tak senonoh."
"Jangan-jangan Rayhan jadi simpanan tante-tante, makanya sekarang kaya dan kerjaannya bagus."
"Jangan-jangan mobil yang Rayhan beli itu dikasih tante-tante majikannya. Kasian ya Yati."
Gunjingan yang Yati dengar membuat kesehatan Yati menurun7. Yati tak habis pikir, mengapa tetanggany tidak bertanya kebenarannya, dan malah membuat spekulasi sendiri.
Hingga pada suatu malam, Yati harus dirawat di Rumah sakit. Rayhan bersyukur sudah membeli mobil meski second. Saat kondisi seperti ini sangat bermanfaat. Desi dan Aisha ikut serta ke Rumah sakit.
"Ibu sering melamun sekarang, Mas. Makannya dikit, kayak ga ada nafsu gitu."kata Aisha berusaha memberi tahu Rayhan. Sejenak, Rayhan melirik Aisha lewat spion. Gadis itu mengenakan baru longgar hitam dan jilbab krem. Yang membuat Rayhan terpaku adalah, Aisha nampak lebih dewasa dibanding beberapa minggu lalu. Pembawaannya kalem meski terlihat sorot cemas akan kondisi Yati.
"Tetangga pada nggrenengi Mas Rayhan. Ibu sampai kepikiran." Desi ikut menimpali.
"Memangnya kenapa Ibu sampai jadi omongan, Des?"
Desi mengangkat bahu cuek. Ia tahu, tapi bukan haknya memberitahu Rayhan.
Semua gara-gara aku... batin Aisha
"Mereka tidak tau apa-apa. Jangan mikirin omongan yang tidak baik."
Setelah diperiksa, Dokter mendiagnosa asam lambung Yati naik dan faktor fikiran. Rayhan mengurus administrasi, Desi dan Aisha menemani Yati.
"Ibu itu Rayhan tinggal kost dua minggu malah drop. Gimana Ray ga ngomel ke Ibuk." Kini, giliran Yati yang kena omel anaknya. Biasanya jika anak-anak sakit, Yati yang ngomel banyak hal.
Yati hanya tertawa kecil karena fisiknya masih lemah. Aisha hanya diam memperhatikan interaksi Yati dan Rayhan.
Pakdhe Aswan dan bulek Aini menjenguk. Membawakan buah dan kue. Mereka yang paling paham apa yang menjadi sumber kegelisahan Yati.
"Rayhan, ajak Aisha makan. Dari tadi siang belum makan loh." perintah Yati.
"Iya, sana Ray. Biar bulek yang jaga Ibumu. Nanti kalau kamu sama Aisha sudah, gantian bulek temenin Desi."
"Ya Bu. Ayo Sha, makan dulu, jangan sampai ikutan sakit."
Aisha membuntuti Rayhan. Sesekali menatap punggung Rayhan yang berjalan tegap. Ada batasan yang memisahkan mereka hingga tidak bisa seperti dulu lagi.
***
Votenya jangan ketinggalan ya...
![](https://img.wattpad.com/cover/363673795-288-k438033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha bukan Aisyah
Espiritual"Tolong jaga keponakanku, Ray. Dia yatim piatu. Kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan tragis. Ada banyak hal yang mesti gue urus dan selesaikan. Suatu saat kalau urusan gue sudah selesai, gue akan jemput dia." "Jangan gila, Fan. Gue masih kul...