17

34 6 0
                                    

Dua hari berlalu sejak kejadian hari itu. Tapi Namjoon sama sekali belum menghubungi Jisoo, begitu juga sebaliknya. Mereka sama-sama menutup diri, ragu untuk memulai, dan sibuk berkecimpung dengan perasaannya masing-masing.

"Mau sampai kapan kalian berdua saling diam begini?"tanya Seokjin yang saat ini sedang berada di ruangan Namjoon.

"Aku butuh waktu..."balas Namjoon singkat.

"Sampai kapan? Apa kau mau menunggu sampai salah satu diantara kalian ada yang meminta putus, hah? Tidak semua masalah itu memiliki banyak waktu untuk diselesaikan, Joon. Kau harus tahu kapan waktunya untuk bergerak, dan kapan waktunya untuk berhenti."

"Aku hanya masih kesal mengingat kejadian hari itu, hyung."

"Lalu bagaimana dengan hubunganmu? Apakah akan berakhir begitu saja?"tanya Seokjin kesal melihat sikap kedua orang terdekatnya itu. "Lakukan sesuatu, Joon. Bicaralah, lalu selesaikan dengan baik. Aku yakin di sana, Jisoo menunggumu untuk mengajaknya bicara."

Tak ada respon dari Namjoon. Ia tampak masih berpikir panjang mengenai perasaannya itu. Ia masih belum bisa menemui Jisoo, ia merasa sangat bersalah karena telah mengatakan hal yang buruk kepada Jisoo.

Sedangkan di sisi lain...

Jisoo tengah menatap layar ponselnya. Ia ingin sekali menghubungi Namjoon, tapi apalah daya, dia takut jika nanti akhirnya Namjoon akan meminta putus darinya.

"Dia masih belum menghubungimu, Sooya?"tanya Jennie.

Jisoo menggelengkan kepala, menandakan tidak ada satu pesan pun yang dikirimkan oleh Namjoon.

"Huh... mau sampai kapan kalian begini terus? Lama-lama, hubunganmu akan terasa hambar. Bukankah yang terpenting saat ini adalah komunikasi agar bisa mempertahankan hubungan kalian, Sooya?"

"Aku harus bagaimana, Jenn?"

"Bicaralah, jelaskan sebaik-baiknya apa yang terjadi saat itu kepada Namjoon supaya dia tidak salah paham. Kalaupun setelah dijelaskan dia tidak bisa lagi menerimamu, setidaknya kau sudah punya kepastian tentang hubunganmu,"

"Kau benar. Baiklah... akan aku coba,"

Jisoo mengambil ponselnya dan mulai memberanikan diri untuk menelpon kekasihnya itu.

Dering pertama...
belum ada jawaban

Dering kedua,
masih belum ada juga

Ketiga...

Keempat...

Dan, kelima...

Terdengar suara serak pria itu menjawab telepon Jisoo.

Yeoboseyo?

"Aaa... yeoboseyo. Ini aku... Jisoo"

Ya, aku tahu. Ada apa, Sooya?
tanya pria itu dengan polosnya.

"Bisakah kita bertemu? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Joon."

Mmm... baiklah

"Aku tunggu di Holistik jam 19.00 malam."

Setelah itu, Jisoo segera mematikan ponselnya dan seketika langsung menangis lagi. Jennie yang melihatnya kembali menenangkan Jisoo. Dia tahu pasti sangat berat bagi Jisoo untuk bisa berbicara dengan Namjoon. Apalagi tadi mendengar jawaban pria itu yang terkesan singkat dan juga dingin, siapa yang bisa tahan.

Jennie hanya bisa memeluk Jisoo dan berharap agar hubungan sahabatnya itu bisa membaik seperti semula.

*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LabirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang