Hari sudah menjelang sore. Suasana di luar sudah tampak dipenuhi lembayung senja bersama riuhnya angin membawa kesejukan malam. Seorang pria tengah berdiri sambil menyesap kopinya hingga habis tak bersisa, lalu melemparkannya sembarang ke tempat sampah.
Pria itu pun melanjutkan perjalanannya menuju halte dengan suasana hati yang tak karuan. Lebih tepatnya kesal dan cemburu setelah mendengar jawaban atasannya terkait hubungannya dengan Jisoo.
Yup, betul.
Jinyoung memutar ponselnya berkali-kali, sambil sesekali melirik kontak nama Jisoo. Tampaknya ia ingin menelpon gadis itu, tetapi ragu, karena tidak tau harus mengatakan apa.
Jinyoung merasa payah dalam hal mengungkapkan perasaan. Padahal saat Jisoo putus dengan Suho, itu adalah waktu yang sangat ia nanti-nantikan, tapi kenapa sekarang ia malah kalah start lagi?
Bertahun-tahun ia dekat dengan Jisoo, tapi yang bisa ia lakukan hanyalah bertindak sebagai teman baiknya, padahal sejujurnya ia sangat mencintai Jisoo. Setiap gadis itu membutuhkan bantuan, ia akan langsung menghampiri Jisoo dan membantunya. Ketika ada masalah, dirinyalah yang pertama kali berlari ke arah Jisoo.
Bukan...
Bukan karena dirinya tidak ikhlas ketika membantu Jisoo. Tapi entah mengapa, rasanya sulit sekali mengatakan perasaannya kepada gadis itu?
"Ya, kau gila? Kau menyukai Jisoo?"
Teriak Jack tak percaya. Kini Jinyoung sedang berada di sebuah kedai tenda pinggir jalan, karena merasa sangat stress, ia pun memutuskan untuk pergi minum bersama sahabat lamanya, Jack alias Jackson."... Sudah kuduga, kau memperlakukan Jisoo berbeda dengan teman wanita lainnya. Aku tidak pernah melihatmu berlari meninggalkan acara kampus demi membantu Jisoo yang kehilangan dompet."
"Apa itu terlihat berlebihan?"
Tanya Jinyoung sembari meringis mengingat kejadian tersebut."Tidak... hanya saja kau gila, itu acara kampus di mana rektor juga datang yaa syekya! Bisa-bisanya kau asal pergi begitu saja."
Jinyoung, "Tapi aku senang membantunya..."
"Tentu saja, kau menyukainya. Tidak ada orang yang senang direpotkan kecuali dengan orang yang disukai"
Lagi-lagi Jinyoung hanya bisa tertawa sembari terus meneguk soju yang kini sudah habis 3 botol.
"Ya... ya... yaa... kau bisa berhenti minum bung, atau kau ingin banyak meracau malam ini!"
"Kenapa? Apa aku tidak boleh meracau 'hah? Apa kau berpikir aku sangat menyedihkan?"
Ujarnya dengan kondisi yang sudah sangat memprihatinkan. Wajahnya kini berubah merah dan pakaian yang sudah tak serapih sebelumnya. Tangannya terus menuangkan minuman ke gelas kecil hingga membuat Jackson sedikit kewalahan dengan tingkah mabuknya yang seperti ini."Ya! Cukup... kau sudah banyak sekali minum. Besok kau masih harus kerja bung," Jackson menarik botol dan gelas soju yang dipegang Jinyoung dengan susah payah.
*
*
*
*
Seminggu berlalu...
Hari ini Jisoo tengah berada di Seoul untuk ikut acara perkemahan yang diadakan oleh perusahaan, khusus untuk para direktur dan beberapa staff karyawan. Meskipun Jisoo tak lagi berada di Samjin, tapi di setiap kegiatan perusahaan, ia selalu diundang karena memang pimpinan perusahaan itu adalah kekasihnya sendiri.
Jisoo tentu saja sangat berantusias dengan acara tersebut, selain karena bisa bertemu Namjoon, ia juga bisa kembali bertemu Seulgi dan Jinyoung.
Bisa dilihat dari raut wajahnya sekarang yang tak henti-henti menampilkan senyuman manisnya, sampai membuat Namjoon menggeleng-gelengkan kepala, tak tahan dengan sikap lucunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin
Фанфик"Cinta yang tulus tidak akan pernah pergi, sejauh apapun jaraknya. Ia akan selalu berada dalam lingkaranmu"- Arugana