📌Tandai typo, revisi setelah end.
Langsung VOTE aja (gratis)."Saat ini kamu sedang jatuh ke tanah paling dasar, ranting penopangmu ikut patah menghilang, aku yang akan menemanimu, sebisaku apapun kondisinya."
—Vhaisa Nurussyifa WicaksanaKabar Kelas XI-MIPA-2 yang gaduh dan perseteruan antara Anna dan Oliv cepat menyebar ke beberapa kelas. Pak Tamrin berharap kejadian seperti itu tidak sampai ke telinga kepala sekolah. Hampir setiap pasang mata yang Oliv temui di sekitarnya menanyakan kondisinya. Tapi, bukan Oliv namanya kalau tidak pandai akting. Lain halnya dengan Anna yang mendapatkan tatapan sinis dari murid lain karena telah menyerang Oliv kesayangan mereka yang posisinya Anna di SMA Araspati ini masih dibilang murid baru.
Pelajaran seni dari Pak Tamrin dikatakan selesai. Pemenang hasil make up karakter kali ini adalah kelompok Oliv, hanya beda 4 poin saja karena kelompok Anna mendapat pengurangan nilai akibat kerusuhan yang terjadi.
"Guys, mumpung gue lagi happy hari ini, kalian bertiga gue traktir!" Oliv berkata santai di meja kantin, duduk dengan posisi kakinya menyilang sambil bersedekap dada.
"Hah?! OMG! Serius, nih?" Thania, Salsa, dan Ruby melongo.
Oliv mengangguk menyeringai. "Ambil aja sepuas kalian," balasnya.
Mereka pun senangnya kegirangan, lalu memesan makanan dan minuman yang mereka mau.
"Oh, ya, Zein ke mana? Tumben gak makan sama lo?" tanya Thania pada Oliv.
"Zein di kelas, tadi dia lagi angkat telepon dari sepupunya, dan dia nyuruh gue ke kantin duluan," jawab Oliv sambil bercermin lewat ponselnya.
"Ooh, gitu." Mereka manggut-manggut.
"By the way, lo keren banget, Liv. Gue akui lo pasti menang dari Anna. Hasil make up lo rapih dan berkarakter, bener-bener Zein dibikin mirip Joker. Lo emang lebih unggul!" puji Ruby, dia mengemut lolipopnya.
"Gue gak rela, sih, kalau posisi Oliv princess kita, the best girl tersingkirkan sama orang gak jelas kayak Anna yang cuma ngandelin skor tes beasiswa tertinggi aja. Jelas beda jauh, lah!" sambung Salsa, sambil menikmati spagetinya, tangannya begitu mahir memainkan sumpit. Uniknya, spagetinya ditaburi bubuk keripik singkong. Salsa si doyan keripik garis keras.
Lain halnya dengan Oliv dan Thania yang hanya memakan salad buah dan sayur. Keduanya sedang melancarkan rencana dietnya. Mereka tetap menjaga tubuh agar tetap ideal.
"Tapi, Liv. Lo jangan seneng dulu," kata Thania.
"Why?" tanya Oliv mengernyit.
"Gue liat, Anna itu berusaha ngerebut apa yang ada pada diri lo. Dia berusaha ngerebut Zein kembali dari lo. Bahkan, dia berhasil ngerebut Vhaisa dari lo, liat aja sejak awal dia masuk ke sekolah ini, gue liat Vhaisa itu nempel terus sama Anna dan keempat temen kampungnya itu. Masa lo gak cemburu, sih, liat sodara baik lo direbut Anna?" Thania terus mengompori Oliv, entah sadar atau tidak. "Terus, dia juga bisa lolos jadi kandidat model promosi sekolah dalam waktu seminggu doang!" lanjutnya serius.
"Nah, bener banget, Liv. Gue setuju apa kata Thania," ucap Salsa mengangguk-angguk.
"Iya, Liv. Di data prestasi siswa kemarin, Anna naik drastis. Dia di posisi kedua setelah lo! Bayangin, ini bukan data satu kelas doang, tapi satu angkatan!" timpal Ruby.
Oliv terdiam menelan setiap perkataan dari ketiga temannya. Fakta itu memanas di hatinya. Tangan Oliv yang berada di atas paha mengepal kuat. Namun, siapa sangka, respons Oliv tak sesuai ekspektasi mereka. Gadis berbandu karet ungu muda itu malah tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNAZEIN (TERBIT)
Jugendliteratur⚠️FOLLOW & SUPPORT AUTHOR! Part masih lengkap. Terjebak friend zone memang sakit, tapi di lain itu ada hal yang lebih menyakitkan bagi Anna dan Zein. Apa? Pengkhianatan yang dibalut kenyamanan, kesalahpahaman yang enggan diluruskan, penyesalan yang...