EXTRA PART

24 5 4
                                    


"Sakiiit!"

Situasi di dini hari menjadi makin mencekam ketika tarikan suara dari dalam sebuah ruangan sedikit terdengar keluar. Rintihannya keluar dari mulut yang terus melontarkan rasa sakit yang tertahan. Keringat menempel mengitari wajah hingga lehernya diiring napas terengah-engah. Seorang perempuan muda yang kini tengah mempertaruhkan nyawanya di dalam sana demi lahirnya malaikat kecil yang selama ini berada si rahimnya.

Jarinya tak bisa lepas dari mulut yang giginya terus gigiti. Lisa gelisah dengan kondisi Anna yang sekarang berada di ruang bersalin. Dia terus berdoa untuk keselamatan adik dan keponakan kecilnya. Nek Salamah yang melakukan hal yang sama, berdoa. Mereka duduk tak tenang menunggu. Keduanya membawa Anna dengan susah payah menggunakan mobil angkot. Anna mengalami pendarahan cukup banyak dan ketubannya pecah.

Mendengar kabar itu, Glen dan Levin menyusul ke rumah sakit. Sekarang, dua laki-laki dewasa itu tiba di sana. Lisa menangis saat itu juga karena dilanda panik. Levin yang mendengar itu pun lantas mendekatinya.

"Tenangkan diri kamu, Lisa. Aku yakin mereka berdua selamat, insya Allah," katanya. Meski tak melihat, Levin yakin Lisa berada di sisi kanannya.

"Bagaimana aku bisa tenang. Usia adikku masih sangat muda untuk melewati fase ini. Tubuhnya sering lemah dan tak sekuat diriku," ucap Lisa lirih, sesekali terisak.

Levin terdiam agak lama. "Doamu pasti menyertai keduanya,  Lis."

Sudah hampir setengah jam berlalu. Akhirnya, dokter pun keluar. Mereka bangkit dari duduknya, kemudian mendekat. Lisa menanti kata yang akan dokter itu ucapkan.

"Suami dari Nyonya Anna ada?"

"Saya kakaknya, Dokter," kata Lisa menunjuk dirinya sendiri.

"Alhamdulillah, proses persalinan telah selesai. Keduanya selamat. Saya ucapkan selamat karena keponakan Anda lahir dalam kondisi normal dan sehat dengan berat 3 kilogram. Selamat, ya, keponakan Anda laki-laki." Dokter itu tersenyum.

"Alhamdulillah."

Mendengar kabar itu Lisa terharu senang. Begitu juga dengan Nek Salamah, Levin, dan Glen yang mengucap syukur. Di balik kabar bahagia itu, ada sosok yang diam-diam mengawasi di balik dinding. Dia memakai topi hitam dan pakaian yang serba hitam. Dia tersenyum.

"Syukurlah, gue ikut seneng. Anna dan bayinya selamat. Andai aja lo menyaksikan ini semua, Zein, pasti lo seneng juga." Jojo tersenyum sendu. Dia pun segera pergi.

***

2 bulan kemudian.

Wajah mungil halus itu terus Anna pandangi tanpa henti tersenyum. Jarinya mengusap-usap pahatan wajah yang tampan, dan kini malaikat kecil itu sedang tertidur lucu di dalam kotak bayi dibaluti selimut.

"Vhaisal jagoannya Mama," lirihnya, penuh sayang.

Anna mengusap air matanya. Selalu ada rasa bersalah ketika memandang bayi tersebut. Hampir sering Anna selalu ingin melenyapkannya ketika emosinya tak terkendali. Tapi, Anna bersyukur di kelilingi orang-orang yang tulus dan menyayanginya seperti Lisa, Nek Salamah, Rean, Anha, dan Glen, juga Levin.

Anna tinggal bersama Lisa juga Anha di rumah sewa dekat rumah Nek Salamah, itu keputusan Lisa, Anna dan Anha setuju. Mereka enggan merepotkan nenek Rean itu untuk tinggal menampung ketiganya di rumahnya yang kecil. Tapi setidaknya, mereka masih bisa saling bertemu. Lisa juga yang mengajak Anha untuk tinggal bersamanya, karena dia tahu Anha itu gadis polos yatim-piatu dan tunawisma yang dulunya bekerja menjadi orang suruhan Levin, dan melakukan apa saja demi uang. Tapi, karena Levin sudah bertaubat, Anha juga jadi terarahkan.

ANNAZEIN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang