⚠️Cerita fiktif belaka. Ambil hal positif, jangan tiru tindakan negatif!
📌Tandai typo, revisi setelah end.
Langsung vote!⭐"Bukan tujuh belas yang manis, tapi tujuh belas yang amat pahit. Dunia menghentak membuatku menjerit sakit."
—Anna Srinavasha
Dering ponsel di atas nakas sangat mengganggu gadis yang meringkuk di balik gumpalan selimut. Getaran suara yang mengusik alam bawah sadarnya di tengah malam begini. Anna mencoba mendiamkannya, menutup telinga rapat-rapat dengan bantal. Namun, lama-lama ia kesal juga. Entah untuk ke berapa kalinya ponsel itu mengeluarkan bunyi yang tidak tepat pada waktunya. Memang menyebalkan! Tapi ... tidak, tidak, itu bukan suara alarm, melainkan panggilan dari seseorang. Gadis itu geram. Decakan pun keluar dari mulutnya. Ia terpaksa bangun dengan muka tak sedap dan rambut tergerai acak-acakan."Ih, Ya Allah! Siapa, sih, yang nelpon? Ganggu aja!" sungutnya seraya mengambil ponselnya penuh emosi.
Ketika akan mengangkat, panggilan itu justru malah diakhiri sebelum diterima.
"Astagfirullah, belum aja diangkat, udah dimatiin aja!" Anna tahu siapa yang menelepon. Zein telah membuatnya menyesal, dirinya malah memilih bangun untuk menerima telepon tak bergunanya. Ia pun menyimpan kembali ponselnya.
Hendak berbaring, lagi-lagi dering panggilan berbunyi, Zein meneleponnya kembali. Secepat kilat Anna mengangkatnya.
"Akhirnya—"
"Apa?! Lo, tuh, ya! Mau apa?! Penting nggak, ganggu iya!"
"Ya ampun, gue belum selesai ngomong, kali. Justru ini penting banget!"
"Penting apaan? Buruan!" sewot Anna.
"Gue cuma mau ngucapin ... selamat ulang tahun! Happy sweet seventeen, Anna! Cieee ... udah mau jadi legal nih, bikin KTP. Haha ...." Tawanya terdengar renyah di pendengaran Anna.
"Udah? Gitu doang?"
"Iya. Lo jutek amat, sih? Reaction lo gak expect. Kenapa?"
"Anda telah mengganggu tidur nyenyak saya!" ucap Anna tegas.
"Ya ampun, Anna, niat gue baik. Tapi, lo malah—"
"Iya, tapi gak harus sekarang tengah malem begini juga! Udah tau gue bukan tipe yang suka bergadang. Lo ucapin di sekolah juga bisa, kok, Zein. Dah, lah, gue mau tidur!"
Anna langsung memutus panggilan itu secara sepihak. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 00.06. Hari kelima sudah berganti menjadi hari keenam. Angka 17 September terpampang menjadi tanggal di hari ini. Anna tersenyum simpul melihatnya. Tanggal dan bulan ini jelas hari istimewa untuknya. Ia menantikan, apakah nanti akan ada kejutan?
Sebuah notifikasi pesan muncul di layar. Segera Anna membacanya.
Zein Net Not
Senggaknya gue jadi yang pertama ngucapin
Mungkin
00.07Pesan dari Zein membuatnya melukis senyum. Sweet seventeen, ya? Lo selalu jadi yang pertama ngucapin sebelum keluarga gue. Thanks, Zein. Gue jadi penasaran, kra-kira lo bakal ngasih kado apa lagi ke gue?
Tanpa disangka, seseorang membuka pintu. Ah, Anna lupa menguncinya. Tapi, pasti suara dirinya yang sewot memarahi Zein terdengar ke kamar sebelah. Apalagi, Lisa itu pendengarannya sangat tajam. Gadis itu terkejut. Ia baru sadar bahwa kakaknya itu sering begadang mengerjakan tugas kuliah. Jadi, tengah malam begini Lisa belum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNAZEIN (TERBIT)
Tienerfictie⚠️FOLLOW & SUPPORT AUTHOR! Part masih lengkap. Terjebak friend zone memang sakit, tapi di lain itu ada hal yang lebih menyakitkan bagi Anna dan Zein. Apa? Pengkhianatan yang dibalut kenyamanan, kesalahpahaman yang enggan diluruskan, penyesalan yang...