📌Tandai typo, revisi setelah end.
Langsung aja VOTE!⭐
Janglup KOMEN-SHARE juga, ya!^^🥀
"Dia bahagia bersama orang barunya. Tak seharusnya dia kembali pada bunga yang sudah layu."
—Anna Srinavasha
🥀"Aaakh!"
Untuk ke sekian kalinya mulut itu menjerit. Tubuhnya tak mampu lagi menerima pecutan dahsyat dari cambuk yang dilontarkan Anha. Lisa tak menyangka, gadis remaja itu akan seganas ini. Sudah hampir sepekan dia mencoba menyelamatkan diri, kabur dari gudang penyiksaan itu, tapi usahanya ditahan oleh orang-orang berbadan besar nan berotot. Entah untuk apa mereka melakukan itu semua. Lisa sama sekali belum mendapatkan jawabannya.
Tubuh Lisa benar-benar dibuat tak berdaya. Kedua tangannya diikat ke tali yang menggantung, kakinya terasa berat karena besi besar menindihi bagian tubuh untuk berjalan maupun berdiri itu. Hal yang masih dia syukuri adalah cambuk itu tak menyentuh langsung dengan kulit punggung maupun kakinya. Ada jaket dan celana yang melindungi meskipun tak bisa dimungkiri rasa sakit itu tentu ada. Bahkan, darahnya mulai menembus pakaiannya itu.
"Aaakh! Cukup!"
"Rasakan ini!" Anha memcambuknya tanpa peduli rasa sakit yang dirasakan Lisa.
"Hentikan! Aaakh!" jerit Lisa berkeringat hebat.
Bukan hanya itu, wajahnya memar bekas pukulan. Terdapat luka yang membiru di mata kanannya, dan lebam di ujung bibirnya mengeluarkan darah. Lisa benar-benar sedang disiksa.
"Sudah kubilang! Kakak tidak bisa kabur dari pengawasan kami! Kakak harus menuruti perintah kami!" sentak Anha mengakhiri aksinya. Dia pun melempar cambuk besar itu dengan sembarangan. Sementara beberapa laki-laki berotot besar dengan pakaian serba hitam, mereka hanya diam tegap menyaksikan.
"Aku tidak akan kabur kecuali kalian mengatakan yang sebenarnya! Apa tujuan kalian menyekapku di sini?!" teriak Lisa geram meski tengah menahan perih.
"Kakak menantangku, ya?" Anha, si gadis remaja berambut sebahu itu bersikap angkuh.
"Cih! Bahkan kamu lebih muda dariku, Anha!" Lisa terus menanggapinya dengan rasa ingin mencabik-cabiknya.
Gadis itu mendekat perlahan sembari bersedekap dada. Anha benar-benar membuat emosi Lisa tersulut. Pasalnya, gadis tengil itu menyentuh pipinya yang lebam, tentu itu sakit. Lisa pun memalingkan muka. Dugaannya benar, Anha hanya berpura-pura baik selama ini.
"Tolong lepaskan aku, Anha! Aku harus bertemu adik-adikku!" Teriakan Lisa menggema untuk ke sekian kalinya. Wajahnya memerah akibat luapan amarah yang kian memuncak.
Anha malah tertawa kelewatan, dia bertepuk tangan entah karena apa. "Kakak lucu sekali kalau sedang marah," katanya.
Lisa mendecak kesal. "Cukup Anha!"
Tawa Anha pun terhenti. "Aku tidak akan menjawabnya sebelum datang perintah langsung dari Tuan kami!"
"Memangnya Tuan kalian siapa?!"
"Kakak tidak perlu tau!"
Lagi-lagi Lisa dibuat mendecak oleh Anha. Gadis itu sangat menyebalkan. Kalau saja tanpa didampingi para rekannya yang berbadan besar itu, dan Lisa bisa bergerak bebas, dia yakin, Anha pasti bertekuk lutut padanya. Dering ponsel Anha mengalihkan dialog sengit mereka.
"Halo?" kata Anha menerima panggilan itu. Dia mengangguk-angguk. "Baik, Tuan, semua sudah saya kerjakan dengan baik," lanjutnya.
Sialnya, Lisa tidak dapat mendengar sedikit pun suara yang menelepon Anha. Sekilas, Anha menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNAZEIN (TERBIT)
Novela Juvenil⚠️FOLLOW & SUPPORT AUTHOR! Part masih lengkap. Terjebak friend zone memang sakit, tapi di lain itu ada hal yang lebih menyakitkan bagi Anna dan Zein. Apa? Pengkhianatan yang dibalut kenyamanan, kesalahpahaman yang enggan diluruskan, penyesalan yang...