Prolog

718 42 4
                                    

Siap berkelana di hidup Regan?
Btw, kamu tau cerita ini dari mana?

Happy reading!

_____________________________________

Bukan aku gak mau lupain kamu, tapi memang kalau udah jodoh, mau ke mana pun kamu pergi, sejauh apa pun kamu lari, dengan siapa aja kamu coba buat buka hati lagi. Jika Tuhan udah bilang kamu milik aku, maka itu adalah mutlak. Kamu milikku selamanya. Dan sekarang, aku hanya sedang menunggu kamu kembali.
-Regan Adyaksa -

***

Terkadang aku masih bingung tentang bagaimana cara cinta bekerja. Namun, yang baru aku sadari sekarang, pernyataan tentang cinta habis di orang lama, itu ternyata benar adanya.
- Aleta Pricilla -

***

Gak punya pacar bukan berarti gak laku, dong? Cari pasangan yang setara itu penting banget dalam sebuah hubungan, salah satu cara juga untuk menghindari yang namanya jatuh cinta sepihak.
- Romeo Laksmana -

_____________________________________

PROLOG

Ting!

Pagi itu Regan terbangun oleh suara notifikasi pesan dari ponsel yang ada di samping bantal tidurnya. Sambil menyipitkan mata Regan menyalakan alat elektronik tersebut. Matanya makin hilang kala cahaya dari benda itu menyorot di tengah gelap kamarnya.

Letaaaa🌼
[Egan ....]
[Good morning Egan]

Namun, bukannya marah karena tidurnya terganggu, Regan malah tersenyum sambil sedikit geleng-geleng kepala. Pesan tersebut dari kekasihnya. Aleta Pricilla. Seorang gadis cantik penyuka warna kuning yang sudah beberapa bulan ini menemani hari-hari suramnya.

Hanya Aleta yang mampu membangkitkan mood Regan di pagi hari. Meskipun itu cuma dari sebuah pesan sesederhana ucapan selamat pagi.

Regan
[Good morning cantik]
[Tumben? Ada apa]

Secepat kilat pesan balasan terkirim.

Letaaa🌼
[Send picture]

Regan
[Kok gitu? Kamu kenapa?]

Letaaa🌼
[....]

Regan
[Ohh aku paham]
[Setengah 7 paling lambat aku sampai rumah kamu ya sayang?]

Letaaa🌼
[Hehe ... Terima kasih Egann!]

Lalu setelah itu dengan buru-buru Regan beranjak dari atas tempat tidur. Cowok yang kebiasaan tidur tanpa pakai atasan tersebut dengan cepat bergerak kesana-kemari. Mulai dari membuka gorden, merapikan tempat tidur, membersihkan meja belajar, membuang sampah, hingga yang terakhir mandi.

Pukul 6 lebih 10 menit Regan sudah siap dengan seragam sekolah rapi. Ia tergesa-gesa menuruni anak tangga. Akan tetapi saat tiba di depan ruang makan, langkahnya otomatis melambat. Wajah Regan memucat, tenggorokannya tercekat ketika tak sengaja melihat sebuah pemandangan yang selama ini selalu ingin ia hindari.

Rupanya di sana bukan hanya Regan saja yang terkejut, Nila sang Mama juga sama dengannya. Wanita 40 tahun itu langsung menyingkirkan badan Ditya—suaminya yang bahkan masih mengangkat kepalan tangan di udara. Nila berusaha menggapai Regan yang terus memundurkan langkah.

"Re ... it's okey sayang, Mama nggak apa-apa."

"Kenapa Ma?"

Ditya termangu dalam posisi sama. Ia tidak berani untuk bergerak barang sedikit pun. Menolehkan kepala saja tidak. Ditya belum siap melihat wajah ketakutan putranya tiap ia kelepasan hendak melakukan kekerasan kepada Nila.

"Pa, Papa apain Mama?" Regan bertanya menggunakan suara yang amat lirih dan terdengar bergetar.

"Katanya udah janji gak berantem lagi."

Baru setelah itu Ditya memaksakan diri untuk menengok. Benar dugannya, Regan sungguh ketakutan. Setahun yang lalu, psikolog menyatakan jika Regan punya trauma akan kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa. Regan juga punya ketakutan akan suara-suara kencang. Dan semua itu disebabkan oleh orang terdekatnya sendiri. Orang yang Regan percaya selama belasan tahun. Trauma itu timbul karena orangtuanya.

"Maafin Papa Regan, maafin Papa." Dipeluknya Regan dengan sangat erat oleh Ditya.

Cowok itu benar-benar mematung. Kepalanya tiba-tiba sekali berisik. Apa yang baru saja ia lihat sungguh berhasil memancing trauma Regan kembali.

"Re—Regan mau berangkat sekolah, Pa." Ia melepaskan paksa pelukan Ditya. Tanpa salim dan pamitan lagi, Regan segera pergi.

Pagi itu pikiran Regan kacau sekali. Ia sama sekali tidak bisa menahan traumananya. Entah sampai kapan ia akan seperti itu.

***

473 kata
Cerita ini tentang Regan dan dunianya

Move On, Regan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang