Siang itu di depan gerbang SMA Brawijaya. Regan dan Aleta tengah duduk di belakang gerobak es cendol langganan. Cendol Mang Asoy, yang sudah berjualan di sana sejak 10 tahun yang lalu kata orang-orang. Jam pelajaran sudah berakhir 15 menit yang lalu, tapi kedua pasangan itu sama-sama memilih untuk nyantai dulu, alih-alih langsung pulang ke rumah. Berdalih rasa rindu, Aleta berhasil merampas waktu kosong Regan.
Punya pacar yang super sibuk membuat Aleta kadang kebingungan, harus dengan cara apalagi supaya mereka bisa bertemu dan ngobrol. Padahal mereka juga satu sekolah, kelasnya jejeran, tapi buat ketemu dan ngobrol sebentar rasanya sangat susah. Regan yang realistis, selalu memilih mendahulukan hal yang lebih penting ketimbang pacaran. Jika saja Aleta egois, mungkin ia bisa marah karena Regan terus mengabaikannya. Namun yang Aleta lakukan adalah bersabar, memberi Regan ruang untuk duninya. Karena semesta ini bukan hanya tentang mereka berdua.
"Oh iya Egan, ini aku belum kasih kado loh buat Mama kamu. Misal kamu udah nggak sibuk, boleh ya, aku main ke rumah kamu."
Regan menaruh gelas es cendolnya ke tempat duduk yang kosong. Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang dengan jemari tangan. "Udah dibeli kedonya? Kalau belum, mending jangan, Ta, sayang uangnya lebih baik buat beli kebutuhan kamu yang lain aja."
"Kenapa? Kan kadonya buat Mama kamu, bukan buat orang lain. Lagipula cuma setahun sekali. Gak apa-apa dong?"
"Jangan ... uangnya kamu simpan aja, ya? Mamaku udah tua, jarang keluar rumah juga, gak perlu kado dia mah."
Lalu Aleta memasang muka lesu. Memangnya salah kalau ia ingin memberi hadiah kepada mamanya Regan? Salah kalau ia ingin menyenangkan orang lain? Nila itu sangat baik kepada Aleta sejak tau kalau gadis itu adalah pacar anaknya. Sejauh Aleta pernah main ke rumah Regan pun, Nila selalu memperlakukan Aleta sama seperti anaknya sendiri. Aleta dimasakin, diajak karokean, diajak ngurusin tanaman, diajak ngobrol. Sejak pacaran sama Regan dan bertemu Nila yang 24 jam selalu berada di rumah, Aleta jadi bisa merasakan peran-peran kosong yang beberapa tahun ke belakang ini sedikit demi sedikit telah ditinggalkan oleh seorang ibu.
Aleta hanya ingin membalas kebaikan Nila dengan memberinya hadiah kecil di hari spesialnya, tapi Regan melarang. Gadis itu lantas menundukkan kepalanya, memainkan sedotan es untuk mengaduk-aduk cendol. Ia sungguh sedih dan Regan sangat sadar akan hal itu.
Sontak Regan bersusah payah untuk putar otak. Sebenarnya tidak masalah kalau Aleta mau beli kado, tapi bagi Regan, daripada memberi yang ujungnya gak kepakai, lebih baik uangnya dibuat untuk keperluan Aleta yang lain kan?
"Emm ... gimana kalau kadonya diganti jadi masak bareng mama aja?" celetuk cowok itu. "Pasti mama akan lebih seneng kalau kamu temenin masak."
Mendengar penawaran tersebut, Aleta lalu mengangkat kembali kepalanya, menatap Regan masih dengan tatapan lesu. "Serius bakal seneng?"
"Iya dong!" Regan menjawab dengan semangat guna mengembalikan mood Aleta yang hilang karenanya. "Kemarin mama sempat mau nyoba bikin es gabus, sih. Katanya, dulu pas masih kecil aku doyan banget sama es itu, jadi mama pengen coba buat sendiri, soalnya kalau beli udah jarang banget yang jual, Ta."
"Tante Nila mau buat es gabus?!" Tiba-tiba saja Aleta memekik. Dapat Regan lihat mata gadis itu berbinar ngalahin cerahnya matahari siang itu. "Ihhh Egan, aku juga suka es gabus! Asli, itu emang enak banget. Ya ampun jadi ingat jaman pas SD. Serius deh, sekarang emang susah cari penjual es gabus."
Regan terkekeh melihat keantusiasan kekasihnya, sampai-sampai kedua matanya melengkung kayak bulan sabit tanpa sadar.
"Mau dong, Egan. Bilang ke mama kamu, kapan bikinnya, nanti Aleta mau bantuin, gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On, Regan!
Fiksi Remaja[Spin off Malven Alvito] Move on gak hanya tentang melupakan, tapi juga tentang bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu. Regan akui jika masa remaja adalah masa yang paling indah. Lebih sempurna lagi kebahagiaan itu ketika ia bertemu dengan Alet...