Regan berhasil menemukan Aleta di tengah banyaknya kumpulan orang. Seorang gadis dengan rambut terurai panjang, lengkap mengenakan sepasang jepitan kuning di dua sisi kepala itu mampu membuat senyum Regan merekah mengalahkan rembulan. Rasa lelah pada kedua bahunya terasa langsung hilang. Dengan langkah pasti Regan mendekat sambil terus memandangi kekasihnya yang asik ngobrol dengan temannya yang lain tersebut.
Kala jarak mereka cuma tinggal terpaut 5 meter, tanpa disangka Aleta tiba-tiba memutar badan. Gadis itu melihat kedatangan Regan. Menangkap kikuk pacarnya yang mulai berjalan kaku. Ia melambaikan tangan, meneriaki nama Regan, menyuruhnya supaya cepat-cepat mendekat.
"Egan, sini!" panggil Aleta meski suaranya teredam sound acara.
Pensi yang diadakan oleh SMA Brawijaya tahun ini bisa dikatakan paling meriah. Banyaknya penonton yang datang, ramainya sekolah, serta ludesnya ratusan tiket yang terjual sudah cukup untuk membuktikan tentang betapa besarnya acara.
Sesampainya Regan di depan Aleta, cowok itu langsung meraih sebelah tangan kekasihnya. Menggenggamnya erat lalu mengajaknya untuk menepi dari kerumunan. Regan ingin menciptakan ruang hanya berdua dengan pacarnya.
"Ish, apa sih, tarik-tarik?" tanya Aleta sambil terkekeh pelan.
"Sini aja, have fun sama aku."
"Memangnya kamu gak dicariin yang lain?"
Lalu Regan mundur beberapa langkah. Ia melebarkan tangannya, berniat menunjukkan outfit yang ia kenakan sekarang. Cowok itu kemudian berputar dan Aleta baru sadar jika baju yang Regan pakai berbeda dengan anak OSIS yang lain. Cowok itu sudah memakai dresscode dominan warna coklat. Senada dengan Aleta.
"Eh, kok?"
Regan mengangguk. Ia kembali mendekat supaya bisa mengobrol tanpa harus teriak. "Kamu tau Aldo?" tanyanya.
"Tau."
"Nah, dia itu jomblo, Ta."
"Ya terus???" Aleta malah tertawa.
"Karena dia jomblo, jadi dia kasihan sama aku. Katanya, Aldo mau gantiin tugas aku, biar aku bisa nikmatin acara sama kamu."
"Waitt ... wait ... lepas tanggung jawab nih, pak, ceritanya?"
"Enggaklah." Regan lalu memasukkan kedua tangannya pada saku celana. Cowok itu juga menghadap ke depan, di mana panggung berada. "Aku udah nolak, tapi Aldo maksa, ya udah aku iyain aja. Kapan lagi kan?"
"Kesempatan ya?" Aleta lalu berbisik, mendekatkan mulutnya ke telinga Regan. Tidak mau menyiakan momen, langsung saja sekaligus Regan tarik tubuh gadis itu, membuatnya semakin dekat.
Tangan kanan Regan sukses melingkar di pinggang Aleta, membawa pacarnya masuk ke pelukan.
"Mau membuat banyak momen yang indah sama kamu. Mumpung dikasih waktu, aku mau disamping kamu terus."
"Halah, gombal!" Aleta menoel hidung mancung Regan. Lantas keduanya tertawa, cekikikan.
Dengan posisi saling merangkul dari samping seperti itu, Regan dan Aleta sama-sama menikmati acara yang anak-anak SMA Brawijaya bawakan. Mulai dari musik band, dance, drama teater singkat, hingga puncaknya, kala seluruh petunjukkan dari murid-murid selesai, seluruh lampu tiba-tiba dimatikan. Aleta menatap sekelilingnya yang menjadi remang. Selanjutnya ia menatap Regan yang malah tersenyum.
"Bagian dari perform, Ta," ucap cowok itu seakan tau apa yang Aleta khawatirkan.
Aleta menganggukkan mengerti, kembali memberikan atensinya ke atas panggung. Hingga satu lampu menyala, hanya menyorot seorang perempuan yang sudah berdiri di atas panggung lengkap dengan mikrofonnya. Seketika seluruh penonton memekik, bertepuk tangan dengan histeris, begitu pun Aleta. Dengan mata berbinar, tanpa sadar ia memisahkan dirinya dari Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On, Regan!
Teen Fiction[Spin off Malven Alvito] Move on gak hanya tentang melupakan, tapi juga tentang bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu. Regan akui jika masa remaja adalah masa yang paling indah. Lebih sempurna lagi kebahagiaan itu ketika ia bertemu dengan Alet...