"Brengsek!"
Plak!
Seorang cowok termangu. Ia diam bak patung kala tamparan kencang mendarat tepat di pipi sebelah kirinya. Dengan mata yang membulat dan mulut setengah terbuka ia menatap tidak percaya siapa pelaku penamparan tersebut. Gadis dengan baju tidur yang hanya dibalut dengan cardigan, berdiri dengan dada naik turun. Di belakangnya ada seorang cowok yang memasang wajah bingung. Tempat hiburan malam yang begitu berisik akhirnya membuat gadis itu menarik tangan cowoknya untuk keluar. Sampai di tempat parkir, tamparan kedua ia layangkan tanpa beban. Bahkan sampai muka cowok itu tertoleh, tertahan hadap samping selama beberapa detik.
"Apa sih yang ada di otak kamu, Egan?!"
"Pantes chat aku gak kamu balas, pantes perasaan aku dari tadi gak enak. Sosis bakar dan jus tadi siang pun belum kamu sentuh! Brengsek kamu. Udah ngapain aja hah di dalam?!"
Emosi Aleta meledak-ledak saat itu juga. Ia banting tas sekolah Regan tepat di depan yang punya hingga kresek berisi sosis bakar tadi siang yang masih utuh tercecer berantakan di tanah. Aleta mulai terisak, mukanya memerah, tangan dan kakinya gemetar saking takutnya dengan apa yang terjadi.
Malam itu untuk pertama kalinya Aleta nekat keluar ke tempat hiburan malam di Jakarta. Ia yang mulanya sedang asik main sosmed tiba-tiba dapat DM dari teman sekelasnya, yang memberitahu kalau ia sempat melihat Regan, pacar Aleta berada di club, minum-minum dan mabok. Aleta sebenarnya mau tidak percaya, tapi foto dan video yang dikirim seketika mampu membuat jantung Aleta berdetak tidak beraturan. Orang dalam foto dan video itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang cowok yang Aleta kenal selama ini. Aleta sungguh tidak percaya dengan kelakuan pacarnya.
"Sumpah lo lagi kenapa sih, Egan?! Kenapa sampai ke tempat kayak gini? Ngelakuin hal kayak gini, sih?! Lo udah gak sayang sama gue apa gimana, hah?!"
Regan masih mematung sambil menunduk. Kepalanya terasa sangat berat dan pandangannya terus berputar. Ditambah suara teriakan Aleta semakin membuat kepala Regan pusing bukan main. Mati-matian ia tahan rasa mual yang luar biasa. Ia juga tahan tubuhnya yang terasa lemas supaya tidak limbung detik itu juga.
Sementara Aleta sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Beruntung tadi masih ada Romeo di depan rumah, masih belum selesai dengan pesanan nasi gorengnya. Saat melihat Aleta keluar dengan buru-buru, Romeo langsung berinisiatif untuk tanya dan setelah tahu apa alasannya, tanpa pikir panjang cowok itu menawari tumpangan. Romeo sudah sering keluar malam, main hingga dini hari, pergi ke tempat seperti sekarang, tapi gak untuk Aleta. Oleh karena itu ia memilih untuk memberi bantuan kepada gadis itu.
Sekarang Romeo masih berdiri di belakang Aleta, hanya diam memperhatikan kemarahan yang sedang gadis itu luapkan kepada kekasihnya.
"Pulang sekarang!" titah Aleta.
Mendengar kata pulang, alun-alun Ragan angkat kepalanya. Di sana Aleta dapat temukan muka Regan yang tampak lesu, matanya merah dan berair. Kalau tidak ingat apa penyebab semua itu, mungkin Aleta sudah sangat khawatir. Namun rasa empati Aleta hilang sejak tau apa yang Regan lakukan.
"Aku gak mau pulang, Ta ... jangan suruh aku pulang." Regan berucap lirih dengan suaranya yang serak.
Melihat seperti ada ketakutan dalam mata cowok itu, Romeo ikut angkat bicara. "Emm ... Ta, gimana kalau Regan gue bawa ke apartemen gue aja? Kalau pulang mungkin akan jadi masalah besar buat dia. Dia masih tinggal sama orangtuanya kan? Pasti bakal kena marah habis-habisan nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On, Regan!
Teen Fiction[Spin off Malven Alvito] Move on gak hanya tentang melupakan, tapi juga tentang bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu. Regan akui jika masa remaja adalah masa yang paling indah. Lebih sempurna lagi kebahagiaan itu ketika ia bertemu dengan Alet...