Jika setiap manusia diberi kesempatan untuk mempunyai suatu kekuatan super, maka Regan akan dengan sangat lantang berteriak, "Aku ingin bisa melihat masa depan!" setidaknya begitu yang ia pikirkan sekarang. Seorang cowok yang sedang duduk melamun, ditemani playlist lagu galau, membawa kepalanya yang berisik melayang-layang bebas di tempat antah berantah yang tanpa batas.
Sudah hampir satu jam lamanya Regan terduduk diam, menopang dagu di meja belajar kamar sembari terus berpikir, apa salahnya? Katakanlah dunia tidak adil untuk sekarang. Mengapa manusia tidak pernah diberi kesempatan untuk menjelaskan? Kenapa ada manusia yang bisa langsung memutuskan suatu hal yang termasuk berat hanya dalam sekali kedip. Tidak, ini bukan tentang manusia super dan kekuatannya untuk mengubah keadaan. Ini tentang Regan, yang tidak punya tenaga bahkan hanya untuk sekadar berpikir jernih.
Cowok itu kemudian bangkit, matanya yang sembab sudah cukup untuk membuktikan kepada semesta bahwa sedang ada yang tidak baik-baik saja sekarang. Regan berjalan ke jendela kaca, telapak tangannya menempel di sana. Masih dengan pikiran yang gak karuan Regan menatap nanar jalanan di depan rumahnya. Tepat di depan pagar, benda mati itu seolah jadi saksi bisu, jika sejam yang lalu sempat ada hubungan yang pupus dengan tragis.
***
Perasaan riang membawa kaki mungkil itu melangkah. Tentengan peper bag coklat di tangan kanannya berayun ke depan dan belakang. Rambut gadis itu juga ikut bergerak selaras dengan kakinya. Ia yang hatinya sedang sangat bahagia itu datang ke suatu rumah yang sangat ia kenal dekat dan dalam pemiliknya. Rumah dari seseorang yang tengah menyinggahi hatinya. Pemilik rumah itu yang tangannya selalu menggandeng Aleta ke mana pun gadis itu pergi. Pemilik rumah yang jalannya tidak pernah jauh dari Aleta saat sedang berdua. Pemilik rumah yang selalu mau menuntun Aleta, mau belajar bersama untuk terus menjadi lebih baik ke depannya.
Aleta mampir ke rumah Regan di sore hari, ketika ia baru saja pulang main bersama Mega, sahabatnya. Karena melewati rumah sang pacar, jadilah Aleta berhenti sejenak. Gadis itu sengaja membelikan makanan untuk Regan dan Mamanya, mengingat jika Mama Regan suka sekali dengan makanan yang Aleta bawa sekarang.
Namun kala sudah semakin dekat, tiba-tiba langkah Aleta terhenti mendadak. Jantungnya seketika terasa terjun bebas ke lutut. Kaki gadis itu menjadi lemas dengan tatapan yang nyalang, melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana di depan sana, seorang cowok yang ingin ia temui, entah tengah melakukan apa, yang pasti, di mata Aleta, apa yang ia lihat sekarang sungguh pemandangan yang tak pantas.
"REGAN?!" gadis itu langsung berteriak kencang. Dadanya sudah naik turun, kedua tangannya mengepal kuat walau sedikit gemetar.
Di tempatnya berdiri, Regan tersentak dengan suara itu. Seluruh badannya sontak kaku. Cepat-cepat ia mendorong perempuan yang berdiri cuma 5 senti di depannya. Dengan mata yang membelalak, Regan menggeleng.
"Le-Leta, sejak kapan ada di sana?" cowok itu memaksakan senyumnya. Ia berjalan lambat mendekati sang pacar.
"Kamu dari mana, hm?" tanyanya basa basi sembari hendak meraih tangan kekasihnya.
"Aku mau putus!"
Ungkapan mutlak yang sama sekali tak bisa Regan sanggah atau tidak sempat? Ntahlah, keputusan pacarnya di hari itu terlalu mendadak. Terlalu kaget dan tiba-tiba sampai bibir Regan kelu. Otaknya tak mampu bekerja saat itu. Semuanya blank. Baik Regan dan Aleta, keduanya sama-sama seperti terkurung dalam ruangan sempit untuk beberapa waktu. Mereka diam, hingga Aleta yang tersadar duluan memilih untuk langsung berbalik badan, berlari meninggalkan Regan begitu saja. Paper bag yang ia bawa sempat terjatuh dari genggaman tangan, Aleta tidak berniat untuk mengambilnya. Ia tetap berlari kencang bersama air mata yang mengucur deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On, Regan!
Teen Fiction[Spin off Malven Alvito] Move on gak hanya tentang melupakan, tapi juga tentang bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu. Regan akui jika masa remaja adalah masa yang paling indah. Lebih sempurna lagi kebahagiaan itu ketika ia bertemu dengan Alet...