05. Di mana bisa cari bahagia selain kamu?

181 24 2
                                    

Aleta menyandarkan kepalanya di bahu Regan sambil memainkan ponsel. Sementara Regan sedang sibuk memperhatikan apa yang tengah Aleta baca di media sosial sembari memainkan rambut gadis itu. Keduanya anteng dalam posisi tersebut, duduk beralaskan tikar kecil di atas rumput, ikut melihat pulangnya sang surya ke peraduan.

Di pukul 17.10, Regan dan Aleta masih senantiasa berada di taman yang lapangan rumput hijaunya luas. Pengunjung lain sili berganti meninggalkan tempatnya, menyisakan beberapa yang tujuannya sama dengan Regan dan Aleta.

Sore di kala senja menyapa, semilir angin menerpa wajah keduanya, membuat anak rambut mereka beterbangan. Menatap wajah Aleta yang sedikit kena cahaya kekuningan matahari, Regan jadi senyum-senyum sendiri. Tangan cowok itu meraba pelan pipi kekasihnya, sampai Aleta menoleh dan bertanya, "Kenapa?"

Lalu Regan tertawa pelan sambil geleng-geleng kepala. "Enggak, lanjut baca aja."

Aleta menarik kepalanya dari bahu Regan. Mengubah duduknya menjadi bersila. Gadis itu menyimpan ponselnya, membuat sebelah alis Regan terangkat.

"Nggak dilanjut bacanya?" tanya Regan.

"Enggak, mau nyantai aja lihat senja."

"Maaf ya?"

Sontak Aleta menoleh tidak mengerti. Maaf untuk apa yang Regan katakan?

"Tanganku ganggu kamu, bikin kamu jadi gak mood lagi buat scroll sosmed." Cowok itu bicara seolah tau apa yang ada dalam kepala kekasihnya.

Namun gadis itu malah langsung menundukkan kepalanya guna menyembunyikan tawa. Setelah puas, Aleta menatap Regan lagi, keduanya saling mengunci pandangan dalam waktu yang tidak sebentar. Sampai akhirnya Regan kalah, ia berdeham dan memalingkan mukanya terlebih dahulu.

Selanjutnya terdengar helaan napas dari seorang gadis di samping. Regan melihat Aleta yang sepertinya sedang menikmati awan jingga di atas. Lantas Regan ikut melakukan hal yang sama. Ia melihat di atas sana, burung-burung tampak terbang dengan bahagia, mengitari langit, menembus awan, terbang dengan bebas di angkasa.

"Cantik ya, Egan?" Suara lembut Aleta menyapa telinganya.

"Iya."

"Ternyata nyantai kayak gini bukan ide yang buruk. Aku pikir bakalan bosan."

Regan menarik sebelah ujung bibir. "Kadang kita sebagai manusia juga butuh waktu buat bengong tanpa mikirin apa-apa, Ta. Karena katanya, bengong adalah hal paling sederhana yang bisa dilakukan seseorang untuk mengistirahatkan mental dan pikiran."

"Iya kah?"

"Hm, aku juga gitu biasanya. Kalau lagi banyak kegiatan atau merasa agak stres, aku selalu nyisihin waktu sebentar untuk bengong. Kadang duduk-duduk di teras, kadang juga matiin lampu kamar terus bengong sebentar di meja belajar sambil lihat bulan. Percaya gak percaya, tapi dengan kayak gitu, setelahnya aku ngerasa jadi lebih enakan." Regan berucap diikuti tawa ringan. "Melipir sebentar dari kesibukan dunia gak akan membuat seseorang langsung ketinggalan banyak hal kok, Ta."

"Kayaknya kamu benar. Kapan-kapan deh, aku coba." Gadis itu kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Regan.

Kemudian secara otomatis tangan Regan terangkat, merangkul lembut tubuh pacarnya.

"Lakuin kalau lagi capek pasti setelahnya bakal langsung enakan."

"Em."

Sebentar lagi peran matahari selesai. Cakrawala mulai menggelap. Cahaya jingga kekuningan itu kini pelan-pelan mulai berganti warna, jadi ungu, biru sedikit kehitaman. Lapangan yang awalnya sangat ramai, sekarang sudah semakin sepi. Lampu-lampu bergantian menyala, seolah menyorot Regan dan Aleta yang masih saja enggan berpindah tempat. Keduanya terlihat seperti tokoh utama dalam sebuah cerita, kala terlihat paling mencolok dari banyak hal di sekitarnya.

Move On, Regan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang