Di lapangan tampak ramai sekali oleh wara-wirinya anak OSIS yang sedang sibuk menyiapkan panggung acara untuk pensi. Di antara banyaknya yang memakai kaos polo warna hitam, ada Regan yang terlihat paling mencolok. Cowok dengan handy talkie itu kelihatan sedang bingung dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Sesekali ia mendekatkan alat komunikasinya ke mulut, entah mengomelkan apa. Lalu tidak lama beberapa anggota lain datang.
"Pastiin dekor panggung beres sebelum bel pulang sekolah. Sama bilang ke anak keamanan, jangan sampai ada murid yang pulang sebelum waktunya. Entar gue lagi yang kena marah Pak Samsul," ucap Regan kepada 2 anak OSIS yang baru saja menghampirinya.
Kedua cewek itu mengangguk bersamaan. "Oke Re, aman!"
"Gue mau cek anak acara bentar, dari tadi dihalo-haloin pada gak nyaut."
Setelahnya tanpa mau repot menunggu jawaban, Regan bergegas pergi. Cowok dengan kaos polo hitam polos yang lengannya sedikit digulung ke atas itu berjalan sambil terus mengomel pada alat komunikasinya. Lusa, acara pensi tahunan sekolah sudah dimulai. Regan menjadi salah satu orang tersibuk di sekolah. Membantu para guru untuk mengurus ini-itu, selalu siap jika dibutuhkan.
Ketika berjalan lewat gedung belakang, secara tak sengaja Regan melihat seperti ada bayangan seseorang yang berlari menuju tembok samping sekolah. Buru-buru Regan mengikutinya. Benar saja, bayangan itu berasal dari seorang cowok yang rupanya sedang mencoba kabur. Lantas Regan melirik jam tangan, masih ada 2 jam sebelum bel pulang. Kemudian dengan berani Regan menarik tas cowok itu, menggagalkan aksinya yang mau bolos lewat lubang ajaib.
"Anjing!" si cowok yang mau kabur mengumpat tidak terima. Ia mendelik tajam kepada Regan, memberi tatapan sengit sembari membenarkan seragamnya yang habis Regan tarik barusan.
"Mau ke mana lo?!" tanya Regan tidak mau kalah galak.
"Gak usah ikut campur."
"Gue ketos di sini."
Lalu si cowok itu terkekeh, menarik sebelah ujung bibirnya meremehkan ucapan Regan. "Cih, cuma babu sekolah aja bangga," ledeknya.
"Ngomong apa lo?!" Spontan Regan bergerak menarik telinga cowok itu, menjewernya sekencang mungkin. Mereka sudah kayak bapak yang sedang memergoki anaknya kala hendak melakukan kenakalan.
"Babu, babu, seenggaknya gue berguna ya jadi manusia. Gak kayak lo, sampah, cuma ngabisin oksigen, menuhi-menuhin bumi, gak ada gunanya, bikin sumpek aja tau gak?!"
"Bangsat! Lepasin gak tangan lo! Atau mau gue pukul?"
"Pukul aja!" Regan menantangnya tanpa takut.
"Anak mony—"
"REGAN! MALVEN?! SEDANG APA KALIAN?" Inilah yang Regan tunggu. Anggaplah beliau adalah dewa penyelamatnya.
Cepat-cepat Regan melepaskan tangan dari telinga Malven. Ia langsung membentuk sikap berdiri siap. Kedua tangannya ia taruh di depan badan, saling bertautan, sedangkan tatapannya menunduk ke bawah, tapi masih dapat melihat jika seorang guru berjalan lewat di depannya. Pak Samsul selalu datang tepat waktu.
"Kamu lagi, kamu lagi!"
Pluk! Langsung Regan angkat kepala saat dengar suara pukulan. Rupanya, pak Samsul baru saja menggeplak kepala Malven menggunakan peci putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On, Regan!
Teen Fiction[Spin off Malven Alvito] Move on gak hanya tentang melupakan, tapi juga tentang bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu. Regan akui jika masa remaja adalah masa yang paling indah. Lebih sempurna lagi kebahagiaan itu ketika ia bertemu dengan Alet...