Assalamu'alaikum, halooo, terima kasih udah klik cerita ini, semoga suka dan ikutin sampai akhir ya.
Pastikan kalian udah baca Al-Qur'an hari ini.
Jangan lupa voment ya.
1 vote dan beberapa komen untuk ribuan kata yang aku tulis, ga rugi kan? Komen di setiap kalimat ❤️🔥
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🌙ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hasan meremas rambutnya pelan, terus beristighfar dan mencoba menenangkan hatinya. Apa yang dia baca sore tadi membuatnya marah dan bingung. Bagaimana sekarang? Apa yang harus Hasan lakukan?"Hasan?"
Hasan menoleh dan tersenyum kecil saat melihat ayah mertuanya. Hasan bangkit dan segera menyalaminya.
Hasan sedang duduk di dalam masjid dan sekarang pukul dua pagi, sudah waktunya orang di pesantren bangun satu per satu untuk melaksanakan sholat malam.
"Kok udah di sini? Ga tidur ya?" tanya Abi.
"Tidur kok, Abi. Cuma sebentar."
Abi mengangguk dan berjalan ke shaf depan dan mulai sholat, membiarkan Hasan kembali duduk.
Hasan kembali merenung. Seharusnya, ini adalah momen yang membahagiakan untuknya. Kemarin pagi, Hasan baru saja menikah. Pernikahan yang memang Hasan inginkan dengan wanita yang juga dia inginkan.
Namanya Lituhayu Nala Athaya. Wanita yang tiga tahun lebih tua dari Hasan itu merupakan putri sulung dari keluarga Kiai Gunawan, pemilik pesantren Al-Ikhlas di Malang. Hasan menyukai gadis itu sejak pertemuan pertama mereka saat acara haul di pesantren ini. Hasan sebelumnya memang sudah mengenal dekat keluarga pesantren ini, karena Hasan juga berasal dari keluarga pesantren yang cukup tersohor yang juga berlokasi di Malang. Tapi, Hasan baru tau jika keluarga ini memiliki seorang putri, karena yang dia tau sebelumnya, keluarga Al-Ikhlas hanya memiliki dua putra.
Kemeriahan pesta pernikahan sejak pagi sampai sore mendadak Hasan lupakan saat dia membaca buku harian Ayu. Tadi sore setelah acara selesai, Hasan beristirahat di kamar Ayu, sedangkan Ayu memilih di luar karena merasa canggung jika berduaan di kamar, dan Hasan tidak masalah, mempersilakan istrinya untuk keluar. Setelah tidur sebentar, Hasan bangun dan baru sempat melihat sekeliling kamar Ayu.
Kamar yang sederhana dengan dua rak kecil berisi buku dan beberapa kitab. Pandangan Hasan beralih ke meja rias yang diatasnya terlihat ada beberapa make up baru pemberian dari Hasan. Senyum Hasan merekah, mendekati meja itu dan matanya menangkap satu benda yang sangat menarik. Buku harian Ayu. Awalnya Hasan tidak ingin membukanya, tapi sepertinya tangan Hasan bekerja lebih cepat dibanding otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasan : Siapa Pemenangnya
Spiritual(Privat acak, follow sebelum baca) Semua orang memiliki masa lalu, termasuk Hasan. Entah masa lalu yang terlupakan begitu saja atau masa lalu yang terpatri selamanya. Tapi, bagi Hasan masa lalu akan tetap menjadi masa lalu, semuanya hanya akan menja...