9. Belum

1.1K 171 287
                                    

1 vote dan beberapa komen untuk ribuan kata yang aku tulis, ga rugi kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 vote dan beberapa komen untuk ribuan kata yang aku tulis, ga rugi kan?

Komen di setiap kalimat ya!

Sebelum baca, tolong tulis doa-doa yang baik buat aku, kamu, Hasan, Ayu dan kita semua yang baca bab ini dong, di sini ya 👉

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🌙

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Lituhayu : Assalamu'alaikum, Mas. Aku izin ke rumah Bunda, barusan Bunda jemput, kamu bisa jemput aku nanti sore.

Hasan terus memandangi pesan dari Ayu beberapa menit yang lalu.

Setelah pertengkaran mereka tadi pagi, Hasan langsung pergi ke kantor dan menghiraukan Ayu yang diam di kamar mandi, dan saat sampai kantor barulah dia sadar jika dia keterlaluan. Bukan itu maksud Hasan, tapi tetap saja ucapan Hasan kepada Ayu tidak bisa dibenarkan.

Hasan kembali melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul satu siang, rasanya dia ingin cepat pulang dan meminta maaf kepada Ayu.

"Mas Hasan, kamu ke pelabuhan ya sekarang, ada barang datang."

Hasan mengangkat wajahnya, Ayah berdiri di depan meja kerjanya.

"Sekarang?" tanya Hasan.

"Iya, sebentar lagi sampai."

"Harus aku, Yah? Ga bisa Om Sandi aja?" tanya Hasan menyebut sekretaris ayahnya.

"Kenapa? Kamu ga bisa?"

Hasan diam beberapa detik lalu bangkit dan membereskan mejanya. "Bisa kok."

Niat hati ingin pulang cepat, Hasan sepertinya malah akan lembur malam ini. Mengurus barang masuk dan keluar membutuhkan waktu lama.

Di sisi lain, di rumah Bunda, Ayu sedang belajar membuat kukis. Bunda memang memiliki toko kue yang dikelola sendiri, hadiah dari Ayah, untuk mengisi waktu luang, katanya. Tapi toko itu berjalan dengan amat lancar dan akhirnya membutuhkan manajemen yang serius dan akhirnya Bunda mempekerjakan beberapa orang di tokonya.

"Dulu, waktu Husna hamil si kembar, awalnya Bunda kecewa sama Husna dan Husain. Mereka terlalu muda untuk jadi orang tua, tapi waktu si kembar lahir, Bunda ga bisa berhenti nangis karena bersyukur Husna dan kedua anaknya baik-baik aja, Bunda bersyukur anggota keluarga kita bertambah." Bunda sedang bercerita masa Aliyah Hasan dan Husain. Ayu hanya mendengarkan sambil mencetak kukis pertama buatannya.

"Kalo kata Ayah, kita kecewa karena kita berharap sama manusia yang memang ladangnya sumber kecewa, tapi saat memang tidak bisa dihindari, yang perlu kita lakukan adalah menerima. Jadi kalo Ayu kecewa karena sesuatu, coba terima dan maafkan, ya? Terutama kalo kecewa karena Hasan.

"Dia cuma anak laki-laki yang berusaha supaya orang disekitarnya senang, tapi terkadang caranya salah. Nah kalo Hasan salah, coba kamu bimbing, kasih tau jalan mana yang benar, kasih tau juga perlakuan apa yang kamu mau dari dia, ucapan apa yang mau kamu dengar dari dia dan lainnya. Hasan itu agak lemot, sama kaya Ayah, kalo ga dikasih tau, ga akan mudeng dia. Kamu bayangin aja, Bunda udah nikah sama Ayah lebih dari 22 tahun, tapi setiap pagi Ayah selalu lupa bilang sayang sama Bunda. Kesal kan?"

Hasan : Siapa PemenangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang