ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Ayu tertawa puas sedangkan Hasan kembali keluar dan membanting pintu kamar lalu tidur dengan posisi tengkurap. Dia kesal bukan main, bagaimana tidak, saat dia sudah siap bertempur, Ayu tiba-tiba mendorongnya dan berlari ke kamar mandi, Hasan kira kenapa, ternyata Ayu haid."Kasihan deh lo," ledek Ayu keluar kamar dan berdiri di depan pintu.
Hasan tidak membalas, memilih menutup telinganya dengan bantal. Bukan hanya kesal, tapi sakit juga. Kalian pasti mengerti. Ayu jadi sedikit iba melihatnya.
"Mas," panggil Ayu pelan.
Hasan tidak menjawab, Ayu mendekat dan menepuk lengannya beberapa kali. "Mas ih."
"Jangan ganggu Ayy, kamu ke kamar aja sana, kunci pintu, aku mau tidur."
Ayu berdiri dan menatap Hasan kasihan, tapi lucu juga jika dipikir, siapa yang tau jika rencananya akan gagal, kan?
"Mau aku buatin minum?" tawar Ayu.
"Ga usah, sana tidur, aku juga mau tidur."
"Ga mau tidur di kamar aja?"
"Engga Ayy, udah sana."
Ayu mengangkat bahunya, terserah kalau begitu. Ayu kembali ke kamar dan mengunci pintu seperti apa yang Hasan suruh.
Keesokan subuhnya, Hasan masih bete. Setelah sholat di masjid, Hasan kembali tidur dan tidak mau mengobrol dengan Ayu, karena biasanya beberapa waktu belakangan jika Ayu sedang memasak, Hasan akan menemani sambil main gitar atau sekedar merecoki.
Selesai memasak dan beres-beres, Ayu membangunkan Hasan dan menyuruhnya sarapan.
"Aku lagi ga mau sarapan. Bekal makan siang aja," ucap Hasan sembari bersiap merapikan bajunya untuk pergi ke kantor.
Ayu hanya mengangguk, menyiapkan bekal dan memasukkannya ke dalam tas kecil. Hasan mengambil tas itu lalu pergi setelah berpamitan dan mengucap salam.
Ayu diam di depan pintu melihat Hasan pergi, apa Hasan marah kepadanya? Tapi kan ini bukan salahnya, iya kan?
Entah kenapa seharian ini Ayu malah dibuat resah oleh sikap Hasan. Sudah berkali-kali Ayu melihat jam dinding, jam pulang kantor Hasan masih lama. Ayu mendesah pelan, dia bosan dan tidak ada yang bisa dilakukan lagi, andai ada mesin jahit seperti di rumahnya di Malang, sudah pasti Ayu akan membuat sesuatu dengan keahliannya.
Waktu maghrib sudah tiba, tapi Hasan belum juga pulang, tadi dia memang sempat mengirim pesan akan melihat rumah mereka yang katanya sudah mulai bisa diisi furnitur.
Ayu memilih menunggu sambil menonton, sebenarnya Ayu kurang suka menonton film atau membaca buku, dia lebih suka kegiatan yang membuatnya bergerak atau minimal tangannya bekerja.
Saat suara motor yang sudah Ayu kenal terdengar, Ayu bergegas berdiri dan membuka pintu, Hasan baru sampai dan membuka helmnya lalu turun dan memberikan bungkusan yang dia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasan : Siapa Pemenangnya
Spiritual(Privat acak, follow sebelum baca) Semua orang memiliki masa lalu, termasuk Hasan. Entah masa lalu yang terlupakan begitu saja atau masa lalu yang terpatri selamanya. Tapi, bagi Hasan masa lalu akan tetap menjadi masa lalu, semuanya hanya akan menja...