1 vote dan beberapa komen untuk ribuan kata yang aku tulis, ga rugi kan?
Komen di setiap kalimat ya!
|200 vote dan komen buat langsung next|
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
🌙ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Setelah tiga hari di Jakarta, Hasan baru mengajak Ayu pindah ke rumah yang dia sewa. Hanya rumah kecil dengan satu kamar, dapur dan ruang tengah, tapi setidaknya itu akan nyaman untuk Ayu dibanding tinggal bersama Ayah Bunda di tengah kondisi mereka yang tidak baik.Ayu memindahkan barang-barangnya juga barang Hasan dibantu Ayah dan Bunda, hanya bertiga karena Hasan langsung kembali bekerja.
"Kecil juga ya, kalian bakal nyaman tinggal di sini?" tanya Bunda seraya membawa kardus terakhir ke dalam rumah.
"Insyaallah nyaman, Bun. Kita juga kan cuma berdua."
"Iya sih ya, tapi nanti kalo misal kamu hamil dan rumah Hasan belum jadi, lebih baik tinggal sama Bunda aja ya? Di sana juga sepi, Ija udah mondok, apalagi kalo Husna sama kembar pulang."
Ayu berdehem pelan, dia jadi merasa tidak enak kepada keluarga barunya. Orang-orang sebaik ini, pun Hasan yang sangat baik kepadanya malah bertemu dengannya yang dengan sengaja membuat konflik sendiri.
"Hasan langsung ke sini kan ya? Kita masak aja gimana?" tanya Bunda diangguki Ayu.
"Ya udah kita ke supermarket aja, sekalian beli beberapa barang buat di rumah ini," sahut Ayah.
Mereka pergi ke supermarket terdekat dan membeli beberapa kebutuhan untuk beberapa hari. Bunda juga mengambil banyak sabun, makanan, juga daging dan ikan untuk stok di rumah baru Hasan.
"Ada barang elektronik yang kalian butuh ga? Air fryer atau televisi mungkin? Rumah kalian kosong banget, cuma ada kulkas dari penyewa," tanya Bunda.
"Ga usah, Bun. Kata Mas nanti kita cicil satu-satu aja," jawab Ayu.
Setelah mendapat teguran dari Hasan beberapa hari lalu terkait cara Ayu memanggil dirinya, Ayu akhirnya memanggil Hasan Mas walaupun umurnya lebih muda, terutama saat di depan orang lain, jika hanya berdua, Hasan membebaskan Ayu untuk memanggil apa pun.
Ayu dan mertuanya segera kembali ke rumah sewa setelah selesai dan ternyata Hasan sudah menunggu di depan rumah. Hasan bangkit menyalami orang tuanya juga mengambil alih belanjaan mereka.
"Mas butuh sesuatu ga? Kasur baru, sofa atau karpet baru?" tanya Bunda lagi.
Hasan tipe orang yang memang harus ditawari, jika tidak, dia tidak akan pernah meminta kecuali benar-benar butuh.
Hasan menghela napas pelan, melihat sekeliling rumahnya yang tampak kosong. "Aku butuh karpet yang agak tebal buat di sini, tapi ga usah beli, aku bawa punya Bunda aja ya, boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasan : Siapa Pemenangnya
Spiritual(Privat acak, follow sebelum baca) Semua orang memiliki masa lalu, termasuk Hasan. Entah masa lalu yang terlupakan begitu saja atau masa lalu yang terpatri selamanya. Tapi, bagi Hasan masa lalu akan tetap menjadi masa lalu, semuanya hanya akan menja...