15. Main Bola

1.4K 187 263
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Duniya bhulake tumse mila hoonnikli hai dil se yeh duaarang de tu mohe geruaAAA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Duniya bhulake tumse mila hoon
nikli hai dil se yeh duaa
rang de tu mohe geruaAAA!"

Ayu melempar lap yang sedang dia pegang saat berbalik dan menemukan Hasan yang duduk santai di kursi pantri mereka.

"Sejak kapan kamu di situ?!"  tanya Ayu masih kaget.

Dia tidak mendengar suara motor atau pintu terbuka. Ayu malu sekali karena sejak tadi dia menyanyi. Apa Hasan mendengar semuanya?

Hasan terkekeh mengambil lap di lantai lalu memberikannya kepada Ayu. "Dari pertengahan lagu Ayishne Aktar."

Ayu membuka mulutnya, itu berarti sudah dua lagu dia nyanyikan sampai selesai dan tidak sadar jika Hasan sudah pulang?

"Lanjut, Mba. Suara kamu enak. Kayanya anak kita nanti jago ngaji dan nyanyi. Apa kita daftarin dia pesantren khusus qiraah, ya?"

Ayu menghela napas kecil dan kembali fokus menyelesaikan masakannya.

"Sambil nyanyi lagi dong," pinta Hasan.

"Tadi ada kayu yang jatuh dari tumpukan di belakang, aku belum sempat beresin. Tolong kamu yang beresin ya." Ayu malah membahas hal lain.

Mereka sudah pindah ke rumah baru beberapa hari lalu, sudah diadakan syukuran kecil-kecilan juga. Tapi rumah mereka memang belum selesai sempurna, beberapa bagian masih perlu dicat dan dirapikan, terutama bagian belakang rumah mereka.

Hasan mengangguk dan segera melihat kayu yang Ayu maksud. Membereskannya dan sedikit menyapu halaman belakang yang masih gersang. Sepertinya Hasan akan membuat halaman ini seperti di rumah Ayah.

"Malam ini jadi, kan? Nggak boleh ingkar janji lho. Kita udah di Jakarta, udah pindah, kamu nggak haid, semuanya aman." Hasan berjalan dan mendekat ke arah Ayu setelah selesai di halaman belakang.

"Tolong masukin ke kulkas, biar dingin buat nanti buka." Ayu memberikan mangkuk besar berisi sop buah yang baru dia buat.

Hasan menurut dan menyimpannya di kulkas.

"Jadi kan, Li?" tanya Hasan lagi.

"Aku masak agak banyak biar nanti sahur nggak usah masak lagi, nggak apa-apa kan buka sama sahur pakai menu yang sama?" tanya Ayu seraya membuka tudung saji dan memperlihatkan beberapa masakan yang dia buat.

"Iya nggak apa-apa, tapi besok aku mau sahur pakai mi instan aja. Masa dari pertama sahur sampai sekarang makan enak terus, nggak afdol."

Ayu mengerutkan keningnya heran, ada ya orang seperti ini?

"Mba ih, jawab dulu. Jadi, kan?" tanya Hasan lagi, gemas sekali dia.

"Ini masih puasa, sopan ngomongin yang gitu?"

"Tapi nanti kamu ingkar janji, ditunda lagi aja sampai lebaran!"

Ayu berdecak pelan, memilih membereskan dapur dan menghiraukan Hasan.

Hasan : Siapa PemenangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang