22. Istimewa

762 176 92
                                    

Keesokan harinya Ayu diperbolehkan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Ayu diperbolehkan untuk pulang. Begitu menyelesaikan administrasi, Hasan, Ayu dan Hali pulang dijemput Ayah dan Bunda. Mereka berkumpul di rumah Hasan. Di sana juga sudah menunggu Husna dan yang lainnya.

Begitu sampai, si kecil di sambut hangat dan kembali menjadi pusat perhatian. Ayu membiarkannya, toh dia juga masih belum pulih. Hali hanya Ayu gendong saat diasihi.

Hasan juga lebih banyak diam di samping Ayu, lelah sekali beberapa hari belakangan ini, apalagi pekerjaannya sedang banyak.

"Aqiqahnya di rumah Bunda aja ya. Biar kita yang urus semuanya," kata Ayah diangguki Hasan.

Dulu saat si kembar lahir, Ayah juga melakukan hal yang sama dan mengatakan semua cucunya harus seperti itu, tapi entah jika Khadijah nanti, karena sudah pasti Khadijah akan ikut suaminya jika nanti menikah.

Ayah Bunda memutuskan untuk menginap, sedangkan Husna pulang karena harus bersiap untuk ke Bandung menyusul Husain yang akan wisuda.

"Makan malamnya beli langsung aja, Bun, nggak perlu masak," kata Ayu saat melihat Bunda mengecek persediaan bahan makanan.

"Nggak apa-apa, selagi mood mending masak aja," jawab Bunda.

"Maaf ya, Bun. Aku malah merepotkan."

"Enggalah, merepotkan apa sih? Cuma masak doang. Oh iya, Abi sama Ibu kapan datang?" tanya Bunda.

"Beberapa hari lagi, biar dekat waktu aqiqah katanya, soalnya Abyan sama Ahmad mau ikut juga," sahut Hasan seraya mengambil Hali dari pangkuan Ayu untuk ditidurkan di ranjangnya.

Saat maghrib tiba, Hasan dan Ayah sholat ke masjid, sedangkan Bunda di rumah.

"Ayu mau mandi nggak? Mau Bunda bantu?" tanya Bunda.

"Emm... Nanti sama Mas Hasan aja, Bun," jawab Ayu pelan.

"Oh ya udah, jangan terlalu malam ya."

Ayu mengangguk, dia berdiri sambil menggendong Hali dan berpindah ke ruang makan duduk bersama Bunda yang sedang menanak nasi.

"Bunda baru tau loh cerita kamu dan Raden," ucap Bunda.

Ayu hanya diam, tidak tau harus menanggapi seperi apa.

"Awalnya Bunda merasa bersalah sama Raden, anak itu dari kecil terlalu mandiri, semua dia lakukan sendiri, sampai akhirnya benar-benar sendiri. Tapi, Bunda juga nggak tau apa yang sebenarnya Ayu pikirkan saat akhirnya memutuskan memilih Hasan dibanding Raden. Dan mungkin memang ini takdir kalian. Kalau dipikir-pikir sih lucu juga. Yang naksir masnya yang dapat malah adiknya." Bunda terkekeh di ujung kalimat.

"Apa pun alasan Ayu memilih Hasan, Bunda harap itu akan selalu menjadi pegangan kamu berumah tangga. Saat kalian bertengkar, saling diam, atau ada hal yang buat Ayu kecewa sama Hasan, coba ingat alasan itu dan pastikan kamu kembali memilih Hasan setelahnya. Jangan tinggalkan Hasan ya, Yu," lanjut Bunda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hasan : Siapa PemenangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang