14. Pemenangnya

1.4K 190 504
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ"Kamu udah tau?" tanya Raden diangguki Hasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
"Kamu udah tau?" tanya Raden diangguki Hasan.

"Ning Lituhayu yang cerita?" tanya Raden lagi.

Hasan menggeleng pelan. "Aku taunya nggak sengaja sih, terus karena penasaran aku tanya Husain, baru deh Ayu sedikit cerita."

Raden mengangguk kecil.

Saat ini Hasan dan Ayu sudah ada di Malang, satu hari kemarin Hasan menginap di Al-Ikhlas. Dan sekarang Hasan sudah di Daarul Himah sedang duduk berdua dengan Raden di teras belakang ndalem. Hasan awalnya ingin pura-pura tidak terjadi apa-apa, tapi dia tidak sengaja bertanya perasaan Raden kepada Ayu saat ini.

"Tenang aja, San. Aku udah nggak ada rasa apa pun sama dia. Lagian cewek spek dia banyak, kan?" gurau Raden sambil terkekeh.

Hasan tersenyum kecil. "Tapi Ayu cuma satu."

Kekehan Raden langsung berhenti, dia berdehem pelan lalu berdiri dan menepuk bahu Hasan beberapa kali. "Aku betulan nggak ada rasa lagi sama Ning Ayu. Selain itu kamu jangan khawatirkan aku. Aku nggak kehilangan, karena nyatanya aku nggak pernah memiliki apa pun. Lagi pula kamu tau kehilangan apa yang sangat menyakitkan buat aku. Kalau sekedar ditinggal nikah, nggak seberapa." Raden terkekeh di akhir kalimat lalu pamit untuk masuk.

Hasan hanya menghela napas. Hasan tau betul kehilangan yang Raden maksud. Ditinggalkan oleh keluarga besarnya.

Hasan mengambil gitar di belakangnya, mulai memetik beberapa kunci dan bernyanyi.

He was cryin' on my shoulder, all I could do was hold him.
Only made us closer until July.
Now I know that you love me, you don't need to remind me.
I should put it all behind me, shouldn't I?

But I see him in the back of my mind.
All the time.
Like a fever, like I'm burning alive.
Like a sign.

Did I cross the line?

"Mas."

Hasan menoleh, Ayu berdiri di dekat pintu lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya, Hasan sedikit bingung tapi kemudian membalas uluran tangan Ayu dan menariknya untuk duduk di sebelahnya,

"Antar jajan," pinta Ayu.

"Ayo, tapi jam segini para santri lagi jajan juga, biasanya warung penuh."

"Aku mau jajan di luar, mau beli siomay yang pedas itu, sekalian buat nanti sahur."

"Perut kamu masih kosong lho, Li. Jangan yang pedas pedaslah."

"Ya udah apa aja terserah, tapi di luar."

Hasan mengangguk dan mengajak Ayu untuk ke dapan. Tadinya Hasan akan memakai motor milik Eyangnya tapi ternyata sedang dipakai kang abdi ke pasar.

"Motorku aja, San. Nggak akan dipakai kok," ucap Raden dari arah dalam berjalan menghampiri Hasan dan Ayu.

Hasan : Siapa PemenangnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang