16

192 32 4
                                    

Punggung Kaizo bersandar pada dinding setelah didorong kasar oleh Hali yang masih tidak bisa mengontrol diri. Kerahnya dicengkram kasar dan mata mereka saling bertemu dengan perbedaan pandangan.

Hali menunjukkan tatapan penuh amarah dan kekecewaan, sedangkan Kaizo hanya menatap dingin tanpa emosi. Ia seperti memasrahkan dirinya untuk Hali.

Kaizo benar-benar mengurangi tenaga agar Hali bisa mendominasi dan mengeluarkan berbagai kekesalan langsung padanya. Padahal, jika berbicara soal kekuatan, Hali kalah telak. Ia tidak punya kuasa apapun sekarang dan ia juga sudah melewati setahun tanpa melakukan apapun yang menjanjikan Hali sebuah pengalaman.

Kekuatan Hali sudah pasti turun drastis.

Hali sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengalahkan dirinya sendiri. Hali bahkan masih kalah jauh dengan Gempa secara fisik dan tenaga, apalagi dengan Kaizo. Hali kuat secara emosi dan kecepatan saja, itupun sudah cukup jatuh bebas.

"Kenapa kau tidak lagi membalas?" Hali perlahan melepas cengkraman itu dan langsung memukul-mukul skapula Kaizo dengan kasar. "Jawab aku. Jawab aku, Sialan! Kenapa kau bohong?"

Pukulan itu terus Hali lancangkan tanpa henti. Ia benar-benar tersulut amarah yang tidak bisa ia ungkapkan sebanyak yang ia inginkan. Ia ingin Kaizo membuka suara dan membalas kekesalannya.

Pukulan itu jelas membuat Kaizo merasakan nyeri dari memar imbas dari pukulan yang tiada habisnya untuk beberapa waktu.

Sampai ketika pukulan itu mengendur, Kaizo lantas mengangkat tangannya, lalu secara sadar menepuk kepala Hali. Ia tersenyum lembut bahkan ketika Hali memandangnya sinis penuh benci. 

"Tenanglah."

Hali menatap sinis seakan tak terpengaruh. Ia mendorong tangan itu segera seraya bergerak menjauh dari Kaizo. Hali pun mendekatkan tubuhnya pada kasur untuk merebahkan diri. "Bodoh. Kaizo bodoh! "

Kaizo tertawa mendengar umpatan darinya. "Kau benar-benar butuh psikiater, Hali. Bukan begitu, Solar, Pang?" Pertanyaan yang tak bisa dielakkan ketika mata Kaizo bahkan memandang ke arah mereka bersembunyi.

"Hah?" Solar dan Fang terkejut bukan main ketika mendengar Kaizo memanggil nama keduanya. Mau tidak mau, mereka keluar dari persembunyian dan berjalan ragu ke depan ruang kamar Kaizo. 

"Salam, Ketua."

Mereka gugup akan wajah Kaizo yang tampak tak senang. Tidak ada lagi senyuman yang sebelumnya ia tunjukkan pada Hali. Mereka kira begitu, tetapi Kaizo tidak marah sama sekali. Kaizo justru kembali menyandar pada dinding dan memandangi Hali bersamaan dengan keduanya.

Hali membalik tubuhnya dan membalas pandangan mereka. "Apa kalian sekarang akan ikut menyalahkanku?!"

"Kami ti--"

"Cukup, Hali."

"Bertingkah baik saja kau di depan mereka!" teriak Hali melempar bantal pada wajah Kaizo. Beruntung, Kaizo dapat mengerti keadaan Hali sehingga ia tidak membalas amarahnya. Kaio hanya langsung menangkap bantal itu dan meletakkannya di lantai. 

Solar memandang heran pada keduanya. Ia tidak mengerti akan hubungan mereka yang semakin renggang dan kompleks, padahal seharusnya semakin dekat jika mengingat kenangan lama. "Uh, kurasa kau salah paham deh. Ketua Kaizo malah biasanya selalu membantu. Tidak mungkin dia ingin membunuhmu, Hali," ucap Solar ragu. 

Ia yakin pasti Hali salah pikir dengannya. Namun, Hali tampak tidak senang mendengarnya. Ia berdiri dari posisi sebelumnya, lalu mendekati Solar dan menunjuk wajahnya dengan jari telunjuk. "Kau berada di pihak Kaizo, huh?"

"Tentu tidak! Aku netral ini," jawab Solar bingung harus melakukan apa. Hali benar-benar tidak bisa diajak berkompromi.

Fang menunjukkan pose berpikir. "Aku tidak mengerti cara membuat Hali berhenti seperti ini. Kurasa pria itu sudah merusak sel otaknya. Perubahan pikiran yang terlalu cepat, emosi yang tak terkendali, dan ketidakmampuan membedakan hal baik dan buruk benar-benar membuat Hali terlihat sangat bodoh." Fang lantas menoleh pada Kaizo. "Itulah kenapa abang mengikuti alur Hali sampai dikira berusaha memberikan harapan palsu hingga mencoba melakukan pembunuhan berencana yang nyatanya tidak seperti itu kan?"

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang