18

166 33 5
                                    

"Hali?"

"Kau dengar aku??"

"Halilintar!"

"Buka pintunya, Hali!"

Panggilan demi panggilan Kaizo lontarkan seraya terus menggedor- gedor pintu kamar Hali yang terkunci rapat dari tadi pagi. 

Kaizo semakin mengutuk dirinya karena telah membuat pikiran Hali terganggu dengan mengingat kesalahan yang bahkan tidak Hali lakukan. Ia pikir tidak seharusnya mencoba membicarakan kenyataan disaat Hali masih berada dalam kondisi yang tidak stabil.

"Tidak perlu! Untuk apa kau melakukan itu? Kau hanya akan menghabiskan waktu, bodoh."

"Lebih baik waktuku habis daripada melihatmu seperti ini setiap hari."

"Apa pedulimu?!"

Penolakan yang Hali berikan sebelum memberikan persetujuan teringat jelas dipikirannya.

Kaizo tidak ingin melihat keadaan hati Hali memburuk setiap kali kata elemental diucapkan. Dengan begitu, ia berencana membuatnya merasa lebih baik.

Melihat Hali yang tidak ada respon seperti ini sungguh jauh di luar prediksi Kaizo. Ia bahkan belum memberitahunya kabar dan tanggapan dari mereka, tetapi Hali malah mengisolasi diri di kamarnya tanpa mau mendengar apapun.

Tidak adanya siapapun di rumah dari pagi tadi membuat Hali dengan leluasa bersembunyi tanpa harus merasakan desakan. Kaizo bahkan cukup yakin kalau Hali belum makan dari kemarin.

Kaizo lantas berusaha untuk menguping kamar itu, tetapi tidak ada suara apapun yang bisa memasuki telinganya.

"Hali!"

Ketika panggilan itu meninggi, tiba-tiba pintu kamar Hali terbuka. Butuh waktu belasan menit untuk dapat menerima kehadirannya.

Hali tidak menatapnya. Ia segera berjalan mendekati jendela yang terbuka tanpa mengatakan sepatah katapun. Hali kembali memandangi langit biru tua yang dipenuhi oleh bintang.

"Yang benar saja ...." Kaizo menghela napas lega.

Kaizo hampir gila setelah melihat Hali sepertinya hanya terlalu fokus memandangi bintang di langit dari jendela yang terbuka lebar. Meskipun Kaizo tidak bisa memastikan kondisi Hali yang sebenarnya, tetapi setidaknya dari luar ia baik-baik saja.

Tidak ada memar atau luka, tidak ada barang yang rusak, dan tidak ada apapun yang menunjukkan tanda-tanda Hali melakukan usaha menyakiti dirinya sendiri. 

Sebelum Kaizo dapat menegur, Hali berbalik untuk menatap Kaizo dingin. Melihat Kaizo yang seperti ingin berbicara padanya pun membuat Hali kembali berbalik untuk menatap ke luar lagi. "Aku baik-baik saja secara menyeluruh, jadi pergilah."

Kaizo tidak menyerah. "Ada kabar baik yang harus kau dengar, Hali."

"Tidak tertarik."

Sebelum Kaizo membalas keraguannya, Hali memberikan umpama yang membuat Kaizo menunjukkan raut wajah heran.  "Coba kau hitung bintang di langit itu. Sedikit kan? Mereka bisa bersinar tanpa harus beramai-ramai tuh. Tidak harus ada bintang lain yang ikut menyertai."

Kaizo benar-benar tidak habis pikir dengan pola imajinasi Hali. "Logika macam apa itu."

Hali tertawa mendengar respon Kaizo yang merasa aneh dengan pemikirannya. Hali pun menyadari satu bintang yang bersinar sendirian di antara besarnya langit biru tua ini. Hali pun menunjuk pada bintang itu dan menarik Kaizo untuk turut melihatnya. 

"Ketua, lihatlah lagi," minta Hali untuk pertama kalinya memanggil Kaizo dengan sebutan 'ketua'. Kaizo menuruti permintaannya dan segera memandang ke atas, pada bintang yang Hali maksud.

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang